Inspiration

11 4 4
                                    

Thursday, 20th september 2017.
09.00 am

3 hari berlalu,
hari ke tiga juga aku bekerja di kantor megah ini.

aku bersandar pada kursi kerja ku, menutup mataku, memikirkan segala masalah yang berlayar dipikiranku.

aku terlalu pusing dan tidak bisa berfikir, bagaimana hal ini bisa terjadi?

aku, seorang pegawai di kantor majalah keuangan,
tetapi memiliki masalah keuangan.
papahku, lebih tepatnya.

ya, dia memiliki masalah keuangan,
hutang hutangnya.

bagaimana bisa ini terjadi,
bagaimana caraku menghadapinya.

aku terus terbawa fikiran dengan hal itu,
sampai sampai aku lupa dengan tugas yang diberikan pak Seongwoo kepadaku.

"Dithya"

aku terkejut sampai hampir terjatuh dari kursi ku,

"yy-yaa?" aku menengok, oh itu Pak Seongwoo.

"apa yang kau lakukan? kau hanya berdiam dan melamun selama 20 menit."

aku menengok jam tanganku, ternyata benar.

aku benar benar kacau. benakku.

"ah aku-- saya benar benar tidak bisa berfikir sekarang pak, maaf. aku benar benar stuck." jelasku dengan jujur,

Pak Seongwoo seperti menatap ku kesal, aku pasrah jika harus di ceramahi oleh dia.

"ambil mantel mu." ucapnya,

"hh-hah?"

"ikut aku." ia berjalan santai meninggalkan ku setelah mengatakan itu.

aku langsung bergegas mengambil mantel ku, dan mengikuti langkah Seongwoo.

.
.
.
.

kita sampai, didepan sebuah gedung.. konferensi pers? semacam itu..

ketika kami masuk, ternyata benar
ada konferensi pers untuk perusahaan Comintex...

"kau kenal orang ini, kan?" bisiknya,

"tentu, Comintex. Perusahaan komunikasi kan?"

kami langsung mengambil tempat duduk dibagian tengah, dan mendengarkan speech dari pimpinan perusahaan tersebut.

"tahun ini menjadi tahun pertumbuhan tidak ada bandingannya, dalam industri komunikasi."  ucap nya,

"secara umum, kawan. bukan dikantormu." ucap Seongwoo sambil menatapku dan tersenyum,

aku membalas senyumnya,

"bagi kita di Comintex, keuntungan setelah merefleksikan bahwa ini telah menjadi pendapatan setahun, keduanya dari APL perusahaan fiber-optic Belanda, Zandak."  lanjut seseorang didepan sana,

"menutup rapi 24 juta dalam bonusnya, mereka membayar diri mereka sendiri." bisik Seongwoo, lagi.

oh, lelaki ini ingin membongkar kebenaran.

"hmm, aku tau." jawabku

"dan sekarang dithya."

aku menengok, memastikan ia memang menyebut namaku.

"hm, iya?"

"sekarang adalah situasi dimana harusnya ada seseorang yang memberi pertanyaan menusuk."

sesi tanya jawab maksudnya? eoh.

aku hanya mengangguk,

"kau angkat tangan." ucap Seongwoo,

dan bodonya aku refleks mengikuti ucapnnya,
ya, aku mengangkat tanganku.

dan segera menurunkannya saat tersadar, untung saja tidak ada yang menyadari hal ini.

"apa maksudmu pak? saya tidak punya pertanyaan menusuk, untuk di tanyakan."

"aku punya. sekarang berdiri" ia memaksa ku,

"tidak pak, aku hanya akan mencatat, terimakasih."

"Park Dithya, berdiri." ucapnya sambil mendorong ku berdiri, dan lagi lagi

membuat ku refleks. bodoh.
bahkan aku refleks, berteriak

"Park Dithya!" teriak ku,

saat itu juga, semua tatapan tertuju padaku, serasa seperti ingin diterkam beruang.

"dari.. dari.. dari kantor.." bisik Pak Seongwoo, memberi isyarat untuk memperkenalkan Kantor kami.

sialan.

"d-dari Gleewen Group, i-itu kantor majalah.. Keuangan."

Pak Seongwoo tersenyum puas,

"maaf nona, kami akan melakukan sesi tanya jawab nanti."

"jangan duduk, tetap berdiri. bilang saja kau ingin bertanya sekarang." jawab Pak Seongwoo, lagi.

"t-tidak, aku ingin menanyakan ini ss-sekarang."

semua orang masih menatap ku,
Pak Seongwoo mulai membisikkan pertanyaannya.

"Apa yang kau bayar?" ucapku, setelah Pak Seongwoo membisikkannya.

"maaf kami akan menjawabnya nanti."

Pak Seongwoo kembali membisikkan pertanyaannya,

"Kenapa kau tidak menghadiahkan dirimu sendiri dengan bonus bonus, sebanyak 24 juta dollar, sementara investor mu kehilangan 8%?"

aku tersenyum puas, saat semua audience berbalik, menatap lelaki tua didepan sana yang menatap ku cemas.

"seperti yang aku katakan, aku akan menjawabnya--"

"apa itu benar?" sambungku,

Aku terdiam, Pak tua itu terdiam, semua terdiam.

.
.
.
.

Aku dan Pak Seongwoo tersenyum puas, dan lega saat berjalan keluar dari gedung itu.

aku seperti baru saja dihantam oleh ribuan inspirasi dan solusi.

aku merasa, semua masalahku bisa terselesaikan setelah ini.

aku sangat bersyukur Pak Seogwoo membawa ku kemari,

"kau sudah mengerti, dengan apa yang kita lakukan tadi?"

aku membalas ucapannya, hanya dengan senyuman.

Pak Seongwoo menghadap ku, dan memegang kedua pundak ku.

"sekarang pulang lah, istirahat kan otak mu, lalu setelah itu buatlah uraian singkat inisial nya, lalu kirim ke e-mail ku pada pukul 15.00 am."

aku tersenyun kembali, dan menganggukkan kepala ku, tanda mengerti.

— publish, 16th April 2018.

ddiithaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mistake | ONG SEONGWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang