Semua terjadi begitu saja. Seminggu setelah pertemuan mereka pernikahan itu dilaksanakan. Jangan tanya bagaimana persiapan pernikahannya. Mikoto, sebagai salah satu pemilik jasa wedding organizer tentu tidak merasa kesulitan. Dengan senang hati dia mempersiapkan segalanya bahkan sampai kimono putih Richi yang mirip dengan shiromuku Sakura.
Ya, faktanya keluarga Uchiha mengetahui dengan jelas bahwa Sakura bukanlah bagian dari keluarga Senju. Yang mereka tahu, keluarga Senju yang memang tidak memiliki anak itu mengangkat Sakura beberapa tahun lalu. Bahkan mereka tidak keberatan dengan nama marga mereka yang juga dipakai oleh Richi.
Dan Mikoto, obsesinya pada anak perempuan belum berakhir meski usianya di awal angka 5. Memiliki 2 putra lelaki dan fakta bahwa salah satu menantunya enggan untuk hamil, memutuskan semua harapannya.
Sampai saat perjodohan itu akan dilaksanakan, Mikoto tak keberatan dengan status Sakura yang seorang janda. Baginya, Richi sudah seperti cucu kandungnya. Sedikit harapan terselip agar Sasuke bersama Sakura nantinya bisa memberikan cucu yang selama ini diharapkan. Entah itu lelaki maupun perempuan. Toh, mereka memiliki Richi saat ini.
Pasangan pengantin baru itu masih berdiri di depan kuil sambil menyalami para tamu yang datang. Ya, meskipun mereka adalah orang dengan marga sama. Uchiha dan Senju nyatanya adalah klan terbesar bersama Hyuga di Konoha.
Mengangkat tradisi warisan leluhur, pernikahan ini tidak diisi dengan kemewahan pesta ala barat. Tradisi pernikahan Shinto menjadi pilihan kedua keluarga. Dari sudut sana, terlihat sang mempelai pria yang nampak lebih gagah dengan hakama hitamnya yang terselip lambang Uchiwa berupa kipas kertas dipunggungnya.
Uchiha memang terkenal dengan kerupawaannya. Dengan ciri khas onyx sehitam bara, dan rambut segelap langit malam. Rahang kokoh, hidung mancung, kulit putih dan ciri khas Uchiha yang lain, dingin dan minim ekspresi membuat siapapun penasaran. Pria sedingin es itu hanya menanggapi dengan 'hn' ataupun 'aa' ketika semua orang memberi ucapan selamat. Setidaknya senyum tipis selalu tersungging untuk menghormati keluarga nya.
Sasuke melirik pada wanita yang sudah sah menjadi pasangannya. Harus dia akui meskipun tidak mau, wanita itu benar-benar cantik. Raut wajah khas Jepang selaras dengan namanya. Shironuku putih panjang membalut tubuh mungilnya, menyembunyikan lekuk badannya. Helai merah muda
itu disanggul tidak terlalu rapi dengan aksesoris bunga lili putih di bawah telinganya. Jangan lupakan kulit putih pucatnya yang sekarang terlihat merona dengan bubuhan sedikit blush on. Make up natural mempercantik wajahnya.Sasuke bahkan sedikit terhenyak tadi saat pertama kali melihat Sakura, ya.. Bukan hanya tadi saja sih tapi sejak pertemuan pertama. Seingatnya, Sakura tidak secantik itu. Dia menggunakan kaca mata botol dengan rambut sepunggung yang senantiasa diikat ekor kuda. Helaian itu sempat dipangkas secara paksa oleh-- ehm , sasuke tidak mau mengingatnya lagi. Toh itu tidak ada urusannya dengan dirinya. jadi kenapa dia harus peduli?
Sekali lagi Sasuke melirik Sakura, entahlah.. Dia hanya merasa dirinya menjadi pribadi yang sedikit berbeda semenjak perjodohan itu. Sedikit sih, hanya saja Sasuke penasaran. Bagaimana mungkin di pernikahan ini raut wajah wanita itu masih datar dengan mata hijau yang senantiasa kosong. Tak bisakah dia tersenyum sedikit? Dia memiliki lesung pipit di sebelah kiri hanya saat dia bicara saja, bgaimana jika dia tersenyum? Ah.. Pasti dia terlihat jauh lebih manis. Sekali lagi Sasuke menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pikiran konyolnya itu. Tapi hei.. Yang terkenal dingin dan jarang tersenyum adalah dirinya? Kenapa jadi begini. Ah!!
"Ada apa dengan dirimu, otouto? Masih belum percaya kau sudah bukan perjaka tua, eh? " Sasuke mengerjapkan matanya. Suara ini, tanpa dia menoleh pun sudah hapal dari lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
FanfictionUchiha Sasuke hanya ingin membahagiakan keluarga dan wanita yang dicintainya. Haruno Sakura hanya ingin melindungi putri yang disayanginya. Saat rasa penasaran Sasuke pada Sakura yang dingin tak terkira mengantarkannya pada konflik dan kebenaran m...