*brukkkkkk
"Adduhhh.. Hati-hati dong, kan jadi sakit kepala gue" pekik Nala sambil memegangi keningnya.
"Yaudah sih maaf, kan gue juga ga sengaja, sewot amat lu!" Sergah Salman.
"Iya, tapi kan tetep aja sakit, ah dasar tetangga!" Nala kesal lalu memainkan handphone nya lagi.
"Udah-udah! Kalian itu berantem aja terus kerjaannya. Man, bawa lagi bolanya!" Lerai Daffa.
Salman pun beranjak untuk membawa bola yang berada di dekat Nala yang tadi tak sengaja ia lemparkan ke arah Nala.
***
Rumah yang begitu megah, tetapi seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, kecuali Nala si bungsu salah satu penghuni rumah tersebut. Kegiatannya banyak ia lakukan di rumah, di temani oleh ke-2 sahabatnya yaitu Daffa dan Salman yang kadang membuat rumah tersebut terasa ramai.
Ya, sekarang mereka berada di taman belakang rumah Nala, tempat keramat bagi mereka bertiga, karena sudah sedari kecil mereka selalu bermain di tempat tersebut.
Nala yang sedang duduk sambil memainkan handphonenya di saung kecil yang berada di taman belakang rumahnya tersebut, tak sengaja mendapatkan lemparan bola basket yang mendarat tepat di keningnya. Bola tersebut tak sengaja dilemparkan oleh Salman yang sedang bermain basket bersama Daffa. Tentu saja kejadian tersebut membuat Nala kesakitan sekaligus kesal terhadap Salman, dan terjadilah keributan kecil seperti biasa diantara mereka, dan pasti selalu Daffa yang akan meleraikan mereka berdua.
Berbicara tentang Daffa, dia adalah sahabat Nala dari sejak kecil. Rumahnya pun berada persis di sebelah kiri rumah Nala. Daffa memiliki sifat yang tidak banyak tingkah, pemikirannya pun lebih dewasa ketimbang Nala dan Salman. Daffa juga memiliki wajah yang kalem dan bisa dibilang tampan, tak heran bila banyak gadis yang menyukainya, ditambah otak yang cerdas menjadi nilai plus bagi dirinya.
Sedangkan Salman, dia juga sahabat kecil Nala. Rumahnya berada di sebelah kanan rumah Nala. Sifat Salman justru kebalikan dari sifat Daffa, banyak tingkah dan sedikit kekanak-kanakan. Salman tak kalah tampannya dengan Daffa, hanya saja dia sedikit lebih tinggi dari Daffa karena dia sangat menyukai olahraga basket. Karena sedikit kelebihannya itulah, tak jarang Salman selalu menggoda gadis-gadis di sekolahnya, namun tak satu pun dari mereka yang sampai ia pacari. "Gue cuma ngerayu doang, ga lebih. Ya kalo cewenya kecantol sama gue, berarti dia baperan orangnya." Begitulah jawaban Salman jika ditanya soal sifat yang suka merayunya itu. Tapi dibalik sifatnya yang seperti itu, percayalah, Salman juga sangatlah baik. Saking baiknya, dia selalu berdebat dengan Nala cuma gara-gara hal sepele. Hehe, baik bukan?
Dan Nala, gadis cantik penyuka senja itu adalah anak bungsu dari mama dan papanya. Nala mempunyai satu kakak laki-laki bernama Noval Artha Sanjani. Kakak yang sibuk dengan kegiatan band-nya ditambah sibuk dengan kuliahnya dan juga banyak kegiatan lainnya membuat Nala tak begitu dekat dengan kakaknya, juga dengan kedua orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Alhasil, Nala selalu ditemani oleh bi Asih dan mang Ewok yang bekerja di rumahnya. Meskipun begitu, tetap saja Nala merasa kesepian.
Nala adalah tipe orang yang tak suka bergaul dengan banyak orang. Di kompleks rumahnya pun dia tak mengenal banyak tetangganya, di sekolahnya pun dia tak bergaul dengan teman-temannya. Dia lebih suka diam di mejanya dibanding harus ikut ngegosip hal-hal yang menurutnya tidak penting bersama teman perempuannya.
Jika saja bukan karena Daffa dan Salman, mungkin hidup Nala akan selalu dipenuhi dengan kekosongan. Ah, beruntung sekali Nala. Dia mempunyai teman sekonyol Salman dan teman yang mau mengerti apapun keadaan dia seperti Daffa.
***
"Udah ah cape, gue mau pulang dulu udah sore, takut dicariin mama." Ucap Salman.
"Ah elahh, lu kayak rumah di ujung dunia aja pake sok sok an dicariin mama segala. Lebay lu!" Timpal Nala.
"Lha, emangnya rumah gue di mana?" Tanya Salman pura-pura tak tahu.
"Lu ga punya rumah! Lu itu gelandangan yang suka tiba-tiba masuk ke rumah orang trus ngabisin makanan di kulkas, abis itu pergi dengan meninggalkan jejak!" Cerocos Nala.
"Ninggalin jejak gimana? Orang telapak kaki gue itu putih dan bersih, ga mungkin dong sampe ninggalin jejak segala. Ngawur lu!" Sergah Salman.
"Cape gue ngomong sama lu mah, ga bakalan nyambung sampe kapan pun juga! Udah sana cepet pulang, ntar mama lu nyariin lu karna lu belum mandi sore. Dan jangan lupa, kalo udah mandi pake bedaknya ya biar kayak dede dede gemezzz" Ledek Nala.
"Gausah pake bedak juga gue udah gemes kali, tampan pula. Huahahaa" Ucap Salman sambil berlalu pulang ke rumahnya, yang hanya berjarak 5 langkah dari rumah Nala.
Sedangkan Daffa hanya tertawa kecil melihat kelakuan 2 sahabatnya itu. Meskipun mereka berdua selalu ribut tak jelas, Daffa yakin kalau dibalik itu semua terselip rasa kasih sayang diantara mereka berdua sebagai seorang sahabat, dan tentunya juga Daffa. Dia juga pamit pulang kepada Nala.
"Yaudah La, gue juga mau pulang ya. Bye" Ucap Daffa sambil berlalu meninggalkan Nala.
Dan sekarang tinggallah Nala seorang diri, "Yahh, sendiri lagi deh gue" keluh Nala. Lalu dia pun beranjak pergi ke rooftop rumahnya untuk melihat senja sore kali ini. Baginya, tak ada yang lebih indah daripada senja sore. Menenangkan.
***
Hallo semuaaaa 🤗
Haii haii haii, hallo hallo hallooo
Hallo hallo haiii, haii haii halloo 😅Ini baru pertama kalinya aku nulis cerita lhooooooooooo, jadi maaf-maaf aja yaa kalo ceritanya masih acak-acakan dan gajelas banget 😅 kalo ada part yang ga nyambung, monggo silahkan masukannya teman-teman 😊 Jangan lupa juga vote & comment yaaa...
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANADA
Teen Fiction"Gue beruntung punya sahabat kayak lu berdua, semoga gaada yang sampe ngerusak persahabatan kita. Awas aja kalo ada! Gue sledding kutub utara!" -Nala. "Cih, omongan aja lu gedein, badan kaga. Pantes kerempeng!" -Salman. "Berantem aja terus, pusing g...