Part One

19.4K 1.1K 32
                                    

"Dad, seharusnya kau tahu bahwa aku sangat malas berurusan dengan masalah merepotkan seperti ini. Ugh, aku bahkan sangat membenci bau busuk yang memenuhi seluruh tempat ini"

Seorang pria tinggi dan gagah tengah bersandar di mobil Porsce keluaran terbarunya yang terparkir disalah satu bar pinggir kota. Wajahnya terlihat begitu dingin, memandang kesal beberapa wanita penghibur yang berusaha menggodanya.

"Mereka semua Omega yang tidak tahu diri" desis pria tersebut melanjutkan. Badannya yang kokoh disandarkan pada mobil berwarna hitam mengkilap miliknya, mengetukkan sepatunya malas seakan menunggu sesuatu.

"Jangan mengeluh Lussac. Lylo adikmu sedang melakukan perjalanan ke luar negeri dan Dad harus menjaga adikmu yang tengah sakit. Apa Dad perlu-"

"Tetap disana Dad. Jaga Al untukku, aku akan kembali tidak lama lagi" potong Lussac tergesa-gesa sambil memberi tanda ke beberapa orang di mobil hitam didekatnya untuk keluar dan mengikutinya kedalam bar tersebut. Semua mata memandang kagum dirinya, yang terus mengeluarkan feromone Alpha yang sangat kuat.

Di pintu masuk, Lussac disambut oleh pria dengan brewok tipis yang tersenyum kecil padanya. Lencana yang disematkan pada cardigannya menandakan bahwa dia adalah owner bar ini. Cukup sopan, untuk ukuran bar malam yang diisi manusia-manusia yang butuh pelampiasan.

"Selamat datang di bar kami Tuan Tritas. Tuan Dereck telah menunggumu di ruangan VVIP" ujar owner Itu sopan. Lussac melirik dingin owner itu sekilas, sebelum mengangguk dan masuk kedalam bar dengan cahaya remang-remang tersebut. Di dadanya terdapat name tag bertuliskan Jay, nama pemilik bar tersebut.

Alunan musik dalam bar tersebut menghentak dengan kerasnya, membuat Lussac mengumpat dan berharap sekarang juga dia dapat menutup telinganya dengan apapun saat ini. Lussac boleh Alpha idaman, kaya, berwibawa, tampan, dan cerdas. Namun bukan tipenya untuk bermain ketempat menyedihkan ini. Lussac lebih suka bermanja dengan adiknya di rumah milik Al dan Steve daripada bermain ke tempat seperti ini.

Bicara tentang adiknya, Lussac benar-benar tengah khawatir sekarang dan bertekad untuk menyelesaikan urusannya dengan cepat lalu mendekap adiknya yang lagi-lagi tidak dalam kondisi baik.

"Selamat datang Boy. Duduklah, kita akan bicarakan bisnis setelah ini"

Ingin rasanya Lussac meninju pria tambun yang kini duduk didepannya dengan sombong disaat emosinya tengah memuncak seperti sekarang. Namun Lussac harus menahannya demi keluarga yang dia sayangi. Ini informasi yang penting, dan harus dijalankan secara rahasia demi kenyamanan keluarganya.

"Dimana panggilan itu dilangsungkan?" tanya Lussac langsung pada intinya. Matanya sempat memandang jijik jalang-jalang bar yang berkumpul disekitar pria tambun itu. Sekedar menggoda atau mulai menyentuh beberapa bagian tubuh yang menurut Lusaac, tidak berbentuk itu.

Pria tambun bernama Dereck tersenyum lalu melepas cerutu yang tengah dia isap dan dia hembuskan asapnya pada para jalang tersebut. Mereka mengerang menggoda, menumpukan tubuh mereka sepenuhnya pada tubuh Dereck.

"Belahan barat dunia, daerah perkampungan dimana dia akan berpindah-pindah setiap sebulan sekali. Tikus itu selalu berganti identitas setiap kami melacaknya, terlalu cermat untuk ukuran dua orang pemuda. Kami sempat 'membunuh' mereka, yang ternyata hanya orang pengganti yang mereka korbankan. Pembunuh bayaran, mafia, bandar obat-obatan, tikus itu tahu pasti bagaimana caranya menyamarkan diri"

Lussac bangkit berdiri, sudah cukup muak untuk selalu berusaha mengendalikan dirinya. Para jalang yang berniat menggodanya mendadak mundur merasakan aura mencekam yang dikeluarkan Alpha tampan itu.

"Terus lacak dia sampai kita bisa membaca apa yang sebenarnya para bajingan itu pikirkan. Ikuti dan buat dia tidak memiliki pilihan lain selain menyerahkan diri pada kita. Temukan tikus itu, aku tidak ingin mendengar alasan konyolmu lagi setelah ini. Jangan buang waktuku dengan membunuhmu jika aku tahu kau ternyata berkhianat. Kami membayar mahal untukmu, ingat itu. Aku akan pergi untuk hari ini" geram Lussac sambil melangkah pergi bersama bodyguardnya. Ini adalah yang kesekian kalinya Lussac harus memarahi pria itu karena seorang pelacak hebat seperti Dereck pun kesulitan mencari dua tikus yang lepas itu. Lussac bertambah kesal sekarang. Setelah dipaksa mendatangi tempat yang paling dia benci, hal yang didapatkan Lussac malah kegagalan, lagi.

Wajahnya berubah dingin, jauh lebih dingin dari puncak gunung es di Himalaya.

Bruk

Prang

Semua terjadi begitu saja, disaat Lussac sedang berjalan kesal untuk keluar dari bar, seorang pria tiba-tiba saja terdorong kearahnya dan lebih parahnya lagi, segelas minuman keras jatuh begitu saja dan mengenai setelan mahal milik Lussac. Alpha itu tidak dalam mood untuk memaafkan sekarang. Wajahnya semakin marah seiring dengan matanya yang menyapu seluruh bar.

Musik yang menghentak telah berhenti, semua orang terlalu takut untuk bergerak di aura Alpha yang begitu pekat seperti ini. Apalagi saat sadar orang yang sedang marah ini adalah anak tertua salah satu keluarga elit terkemuka, Lussac dari keluarga Tritas.

"Sialan kau jalang! Apa susahnya tidur denganku hah?! Jika kau ingin marah, salahkan saja badanmu yang menggoda itu! Dasar jalang, sampai sok jual mahal segala" umpat pria mabuk itu tidak sadar akan keadaan buruk yang dialaminya. Matanya tertuju pada pemuda pendek berambut sebahu terikat yang tengah memandang pria mabuk itu rendah sambil mendesis.

Tampaknya, pemuda itu juga tidak sadar pada siapa mereka berdua mencari masalah.

"Bawa mereka berdua!" titah Lussac kesal yang segera diangguki oleh para bodyguardnya. Pemuda yang tadi mendorong lelaki mabuk itu tersentak kaget, sementara si lelaki mabuk bahkan sudah terlalu mabuk untuk sekedar sadar dengan apa yang kini tengah menimpanya.

"Hei Pak! Kau tidak bisa seenaknya membawaku! Aku akan melaporkanmu jika kau tidak segera meminta orang-orang ini untuk melepas tanganku!" gertak si pemuda kesal. Lussac tersenyum meremehkan, siapa yang berani menangkapnya disini?

Mendegar keributan dalam barnya, Jay segera mendekat dan terkejut saat melihat salah satu karyawannya tengah mencari masalah pada keluarga yang paling ditakuti negara ini, Tritas.

"Ah, Tuan Tritas tolong maafkan kecerobohan salah satu karyawan saya ini. Hei Vaye, cepatlah minta maaf padanya!" Jay mencoba untuk membuat pemuda itu menunduk. Namun bukan Vaye namanya jika ia mau menunduk pada Alpha yang menurutnya sombong dengan semudah itu.

"Pria mabuk itu yang mengotori pakaiannya, bukan aku!" sungut Vaye tidak terima. Jay melotot kejam pada Vaye yang telah dia anggap sebagai adiknya sendiri, karena pemuda itu berani membantahnya di situasi yang genting ini.

"Kau iblis kecil-"

Ucapan Lussac terpotong saat handphonenya berbunyi kembali. Wajah Lussac semakin menggelap mendengar apa yang dibicarakan orang dalam panggilan, dan tanpa mengatakan apapun Lussac segera pergi sebelum menghampri pemuda manis itu lalu menatapnya tajam.

"Kau akan membayar nanti karena telah membuatku kesal" ucapnya sungguh-sungguh sebelum melangkah pergi diikuti para bodyguardnya.



Mueleh cerita baru lagi. Ya dua aja di anak tirikan😂

Seperti kata saya, My Mate 2 bakal publish kalau side story sudah tamat. Tenang, ada Alnya juga kok, secara Lussac sama Lylo kan nempel terus sama Dedek Al😂

Lagian, ada beberapa hidden part tentang Al yang bakal dibuka disini, di My Mate kedua tinggal ngelanjutin😅

Jadi, baca juga cerita yang ini yaaa~

Vote dan comment ya.... Hehe baru awalan ini, semoga bisa update cepat guys~

See you in next chapter^^

[END] I Know You're An Omega!! (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang