Part Five

10.1K 972 34
                                    

Vaye lagi-lagi membuka matanya saat mentari telah tenggelam di ufuk barat. Ia terduduk sambil menutupi wajahnya, malu, karena baru saja menangis layaknya anak kecil pada seseorang yang bahkan belum pernah ia kenal benar sebelumnya.

Tidak ada siapapun dikamarnya, dan setelah beberapa waktu melakukan ritual gelisah akibat tindakan yang menurutnya sangat bodoh, Vaye memutuskan untuk keluar kamar dan kembali ke kediamannya mengingat Jay mungkin saja khawatir akan keberadaannya.

Dan seperti yang Vaye duga, rumah keluarga Tritas bahkan tidak bisa dibandingkan dengan rumah milik keluarganya dulu. Desain interior rumah bergaya Eropa, penuh ukiran artistik dengan lorong-lorong panjang berkaca. Lampu-lampunya saja diukir indah dan berjejer di sepanjang lorong, dimana Vaye bisa melihat foto-foto keluarga Tritas disini.

Vaye berhenti didepan sebuah foto dengan tulisan -Lussac Garlos Tritas, 1 tahun- , foto milik Lussac saat dirinya masih bayi dan dibalut pakaian bergaya Eropa dengan wajahnya yang tenang di kasur bayi miliknya. Ingin rasanya Vaye tertawa, melihat wajah bayi Lussac yang kemerahan terlihat sangat lucu dibandingkan fotonya saat sudah dewasa yang bagi Vaye terlihat sangat sombong.

Vaye beralih pada foto Lussac saat dia berumur 5 tahun. Di foto itu terpotret saat Lussac dengan balutan jas hitamnya difoto di depan masion mewah sambil menggendong tas kecil. Mungkin itu saat dia pertama masuk sekolah, lagi-lagi tidak pantas dengan wajahnya yang merah mungkin karena malu.

Tawa kecil Vaye berubah menjadi kesedihan saat ia ingat bahwa seumur hidupnya, belum pernah ayah dan ibunya memfoto dirinya seperti itu. Vaye dianggap sebagai aib bagi keluarganya, tidak diijinkan keluar dan diabaikan begitu saja.

Satu air mata yang menetes dari matanya Vaye usap dengan kasar. Ah.... Sejak kapan ia menjadi secengeng ini? Padahal dulu, ia bahkan biasa saja melihat foto bahagia keluarganya tanpa Vaye didalamnya.

"Aku tahu aku ini tampan. Tapi perlukah kau terharu ketika melihat fotoku sampai menangis begitu?"

Suara yang begitu Vaye kenal mendekat dari arah sampingnya. Mood Vaye yang semula melow berubah menjadi kesal begitu saja saat dirinya dihadapkan dengan wajah sombong khas Lussac dan gaya bicaranya yang narsis. Vaye berdecih kecil, berusaha meledek Alpha menyebalkan itu dengan pemikirannya sendiri.

"Aku menangis membayangkan betapa sedih ibumu yang harus memiliki anak berwajah konyol sepertimu. Ah, padahal ibumu cantik sekali" desah Vaye pura-pura kecewa. Lussac tidak marah kali ini, matanya yang tajam dapat dengan jelas melihat kesedihan mendalam dalam sorot mata Vaye. Lussac tidak ada keinginan untuk memperburuk suasana hati Vaye, setidaknya. Jadi dia berlalu begitu saja dan memberi tanda agar Vaye mengikutinya.

Tidak ingin tersesat di masion besar ini, Vaye memilih untuk menjadi anak penurut sambil menata moodnya yang sedang labil saat ini. Matanya teralih saat mereka baru saja melewati foto besar yang terletak di akhir lorong. Potret seorang Omega yang begitu manis tercetak disana, tengah tersenyum lebar seperti sedang memainkan kamera yang memfotonya. Foto itu terlihat begitu indah dan menyihir. Membuat Vaye bertanya-tanya apakah foto itu merupakan potret adik yang selama ini selalu Lussac singgung.

"Apa yang pikirkan? Jalanlah dengan benar, nanti kau jatuh lagi" ujar Lussac yang mengembalikan kesadarannya kembali.

Ah, mungkin dia akan bertanya nanti saja. Perut Vaye sudah kembali berdemo minta diisi saat ini.

*****

"Ah, Vaye kau sudah baikan? Mommy telah membuatkanmu makan malam, kemarilah dan makan bersama kami"

Sesampainya di ruang makan, Vaye segera disambut Gena yang segera menghampirinya untuk memegang hangat tangannya. Vaye lagi-lagi merasa terharu, setelah sekian lama berharap untuk mendapatkan kasih sayang seperti ini.

[END] I Know You're An Omega!! (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang