It's Just Him

29 2 0
                                    

DYLAN POV

Dasar Albert. Pasti dia yang mempermainkan Clarissa. Memangnya main begitu dianggapnya lucu? Bukankah tambah menyakiti hati orang lain ya? Cih. Sudah playboy, sialan lagi.

Tanpa kusadari Clarissa bertanya padaku. Ya, ia sudah kubawa pergi menghindar dari tempat itu. Karena apa? Karena kasihan.

Hanya itu saja.

Tak lebih.

"Lan. Lo napa sih?" tanyanya polos.

Cewek ini. Nggak tahu apa kalo dia lagi kena masalah.

"Coba lo liat deh. Tulisan di punggung lo itu," jawabku.

Dia bingung. Lalu mulai meraba punggungnya. Terlihat bahwa dia kaget mendapati sebuah kertas tertempel disana.

Ia segera menarik kertas itu lepas dari seragamnya.

Dan.. Ia membacanya.

Raut wajahnya berubah. Kesal, marah, curiga. Rasanya semua bercampur jadi satu.

"Siapa yang nempelin ini?" tanyanya sambil cemberut, dan menyodorkan kertas itu padaku.

Aku mengangkat bahu.

"Nggak tau. Pastinya bukan gua sih.." jawabku asal.

Ia mendengus.

"Ga tau ah, terserah lo deh." katanya, lalu hendak berjalan pergi.

Tetapi aku mencegahnya. Menarik tangannya.

"Eits, lo nggak ngelakuin apa gitu buat bales budi lo?" tanyaku dengan senyuman nakalku.

Dia berbalik menghadapku.

"Tch. Memangnya kau mau minta apa dari aku?" tanyanya menantang.

Aku tersenyum.

"Hmm.. Bagaimana kalau.. Aku minta cium aja?" tanyaku menggoda.

Plakk. Sebuah jitakan mendarat di kepalaku.

"Mimpi kali ya! Nggak mau!" katanya sambil melangkah pergi.

Aku terkekeh. Tapi sebelum ia melangkah lebih jauh, tangannya sudah kutarik duluan.

Ia keget.

Kusandarkan dia di tembok dan mendekatkan wajahku padanya.

"Kalo nggak mau.. Aku ambil paksa gimana?" tanyaku sadis.

Ia berusaha mendorongku. Tapi ya nggak bisa lah. Emangnya cowok macem apa aku kalo di dorong cewek aja gak kuat.

"Eh apaan sih lo ini? Ngga usah cari gara-gara deh!" serunya marah.

Belum sempat aku menjawab, sebuah tangan telah mendorongku menjauh.

Aishh, kenapa harus orang ini lagi sih?

CLARISSA POV

Kukira aku bakal diapa-apain sama si playboy kedua itu. Gelar Master kan udah pasti jatuh ke tangan Albert, nah, si playboy kedua ini sudah pasti Dylan!

Tapi sebelum dia menjawab perkataanku, seseorang telah mendorongnya menjauhiku. Ia terjatuh.

"Ih, lo itu ya, bisa-bisanya gitu ke cewe!" kata 'Sang Penolong' yang ternyata salah satu trouble maker itu.

 "Albert.." gumamku. Kaget, sekaligus 'sedikit' merasa berterima kasih.

"Lo nggak papa?" tanyanya sambil menoleh ke arahku.

"Ya nggak papa lah! Masa gitu aja gua kenapa-napa?" jawabku tanpa berpikir.

Dia tertawa.

"Nah. Sekarang.. Lo." kata Albert sambil berbalik dan menatap Dylan, yang sekarang sudah berdiri.

"Lo ngapain sih? Ikut campur aja." kata Dylan sambil cemberut.

Yah, dua playboy ini sepertinya nggak pernah akur deh.

"Hey, hey. Memang gua akan segampang itu ngelepasin dia?" tanya Albert sambil menunjuk ke arahku.

"Hah?" tanyaku heran. Yang juga disusul oleh Dylan.

"Haduh. Idiot. Gini lho. Kalo gua nggak bisa ndapetin hatinya dia," kata Albert sambil menunjuk aku, "kan nanti gua nggak bisa mecahin rekor kalo gua udah pacaran sama cewe sekelas.."

Sudah mau kutonjok sampai bonyok itu mukanya.

"Hahaha. Wahahahahahahaha!" tanpa disangka Dylan ketawa ngakak.

Aku tambah cemberut. Dua cowok ini yaa! Playboy cap entahlah. Cap apapun deh!

"Lo bisa juga ya ternyata!" tawa Dylan masih tak berhenti juga.

Albert hanya meringis.

Membuatku semakin kesal.

"Ya sudah lah! Terserah lo berdua deh! Gua pergi!" tukasku sambil melangkah pergi.

Albert meraih tanganku, tetapi kusentakkan tangannya.

Mana sudi dipegang-pegang sama Master Playboy itu!

ALBERT POV

Clarissa pergi. Sayang deh. Tapi mungkin lebih mending gitu daripada nanti aku bonyok. Hahah! Clarissa diem-diem gitu sadis!

Dylan masih ketawa aja.

Dasar. Sainganku ini ya.

"Heh, sudah. Cukup. Lo ngakak terus harus masuk RS lho," kataku memperingatkannya.

Dia pelan-pelan berhenti. Tapi waktu dia menoleh ngeliat mukaku dia ketawa lagi.

Aku geleng-geleng kepala.

"Berapa cewek yang udah pacaran sama lo?" tanyaku dengan senyum evil ku.

"Yah, nggak sebanyak lo sih.. Paling.. Baru 27 cewek," sahutnya sambil terkekeh.

Aku mempertajam senyum nakalku. Bisa juga dia ya. Dia hampir mengalahkanku. Tapi aku masih menang darinya. Meskipun hanya dua orang, tetap kuanggap menang lah.

 "Hmm, udah lumayan lah buat pemula kayak lo," kataku sambil terkekeh.

Dylan mencibir.

"Apa lo bilang? PEMULA?" katanya lalu tertawa.

 Aku nyengir.

"Mau apa lagi? Jelas-jelas lo pemula."

"Cih. Abis gini gue bakal kalahin lo." kata Dylan lagi. Aku hanya mengangkat bahu dan melangkah pergi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 01, 2012 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

If It Wasn't HimWhere stories live. Discover now