It's Only Beginning

34 2 2
                                    

AUTHOR POV

Seorang cewek lagi asyik membaca buku di kelas. Nggak ada yang mengganggu dia, sampai seorang cowok menghampirinya.

CLARISSA POV

"Hey!" panggil sebuah suara, yang kuyakini pasti Albert dan ternyata benar. Yang langsung duduk di sebelahku.

"Mau apa lagi sih lo?" tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca itu.

"Gua mau.. Ngerjain lo," kata Albert sambil terkekeh. Evil gitu kesannya.

Belum sempat buka mulut, tangan Albert udah beraksi duluan, menarik kacamataku.

"Hehh!! Balikin sini! Jelas-jelas itu kacamata punya gua!!" kataku kesel. Udah berapa kali nih si Albert kayak gini. Bikin bete aja. Huh!

"Kalo gua balikin.. Lo harus mau jadi babu gua selama.. Hmm.. Setahun." katanya dengan evil smirk nya itu.

Kucuekin aja. Toh apa gunanya. Kacamata masih bisa beli lagi, meskipun dengan bonus dimarahi habis-habisan sama mom. Pake softlens juga bisa. Tapi jadi babu? Setahun? No way~

"Nggak deh," jawabku nyantai.

Dia tersenyum. "Yakin nih? Serius gak mau? Memang sih gua tau lo itu anak konglomerat.. Tapi.. Nggak sayang nih?"

Orang ini ya. Benar-benar menguji kesabaran. Maka aku menutup buku, senyantai mungkin, dan menoleh ke arahnya.

"Balikin." kataku.

"Haah? Apa? Balikin? No no.. Siapa yaa yang tadi bilang kalo nggak harus gua balikin?" tanyanya dengan senyum menggoda itu. Dasar playboy.

"Udah deh. Balikin aja. Atau.. Atau mungkin lo mau rahasia tentang 'itu' kebongkar yaa? Oke deh kalo itu yang lo mau.." kataku sambil tersenyum puas.

Bisa dikatakan dia cegek. Sapa juga yang nyangka aku bakal 'mengancam' pake cara yang beginian? Yahh memang bukan gayaku sih, pake ancam-ancaman segala.. Tapi daripada menerima omelan panjang lebar dari jam 3 sore sampe jam 7 malam lebih baik pake cara ini aja deh. Toh lagian berhasil kok. Hahah!

"Ahh lo nggak seru nih.." katanya sambil mbalikin kacamataku, terus pura-pura cemberut gitu.. Tapi aku nggak peduli, jadi cuma nyengir aja deh jadinya. Haha!

Oh iya. Lupa menjelaskan. Albert itu.. Cowok ganteng. Sumpah gantengnya. Tapi.. Dia itu..

Playboy.

Sangat amat terlalu playboy.

Semua cewek di kelas udah dipacari sama dia. Kecuali aku tentunya..

Makanya.. Buat melengkapkan 'record' ke-playboy-an nya, dia berusaha SKSD gitu ke aku. Tapi.. Dia belum tahu.

Belum tahu bahwa yang namanya Clarissa Adelina itu nggak semudah itu 'ditipu' olehnya.

Bahkan, orang pertama yang mengetahui bahwa dia itu playboy..

Bisa dibilang aku.

Itulah makanya.. Setiap kali aku menyebut kata 'rahasia' itu, dia langsung takut! Takut reputasinya menurun. Yang padahal, buat aku sih.. Buat aku sih reputasinya nggak pernah bagus tuh! Bisa-bisanya cewek-cewek ini pada jatuh cinta semua. Apa sih yang lebih daripada wajah ganteng dan kekayaannya itu?

Jawabannya cuma satu kata. Oh salah. Dua kata.

Dan dua kata itu adalah..

NGGAK ADA.

ALBERT POV

Yah. Clarissa. Kok gitu siih? Kan jadi nggak bisa ngusilin dia!! Ah kok bisa sih dia tau rahasia ku tentang ke 'playboy' an ku itu? Darimana ya? Waduh jangan-jangan Julia nih yang cerita.. Wah, gawat.

Waktu aku noleh ke arah Clarissa, ehh dia udah ngelanjutin mbaca itu yang namanya buku. Hmm, ada ide nakal lagi nih. Hahaha, waktunya pembalasan, Clarissa Adelina!

Aku mengambil spidol, secuil kertas, dan mulai menulis. Setelah selesai, aku mengeluarkan selotip kecilku. Dan dengar pura-pura menepuk punggung Clarissa, aku menempelkan 'catatan' itu.

Lalu aku berkata pelan padanya, nyaris berbisik.

"Kalo nanti ada yang ketawa waktu lo lewat, jangan salahin gua yaa,"

Dia menoleh kearahku. Dengan tatapan seribu bingungnya. Tapi aku hanya terkekeh dan melangkah pergi, menemui cewek-cewek disana yang sepertinya sudah tak sabar kusapa itu. Salah satunya si cantik Averina itu. Hmm, dia bisa kujadikan mainanku selanjutnya. Oke, kujalankan misiku sekarang.

Aku berjalan menghampirinya yang berdiri di pintu kelas, sedang mengobrol bersama Steve, Angelica, dan lainnya. Tapi aku tak memedulikan orang-orang di sekitarnya.

Hanya berfokus padanya, aku menjalankan misiku.

"Hello.. Miss Ave," panggilku sambil melingkarkan tanganku di bahunya. Cih. Seperti dugaanku. Cewek gampangan. Di begitukan aja udah blushing. Biasa aja kali.

Semua orang yang tadi bicara dengan Ave memandangku sambil melongo. Lalu, seperti sudah di organisir sebelumnya, mereka segera meninggalkanku berdua bersama Ave. Aku pun melanjutkan kesenanganku.

"Kamu.. Cantik ya. Sangat cantik." kataku sambil memberikan senyum menggodaku padanya. Nah kan? Dia meleleh pasti..

"Ahh kamu bisa aja sih," katanya dengan pipi merah merona.

Yak. Sepertinya mangsaku yang ini akan kudapatkan dengan mudah.

Baru saja aku hendak mengeluarkan gombalan berikutnya, Clarissa ku tersayang lewat begitu saja di depan kami. Lalu ia memandangi kami berdua yang sedang 'mesra' itu.

Tanpa disangka ia tertawa.

"Ave, jangan kemakan gombalannya deh. Dia itu playboy sejati tau, hahaha," katanya sambil tertawa.

Ave kelihatan tak senang mendengar perkataan barusan itu. Yahh, dia tergila-gila padaku. Semua orang tahu itu. Jadi kenapa tak kumanfaatkan sekalian? Hahaha.

Clarissa berjalan memunggungi kami. Dan note ku tadi itu terpampang jelas di punggungnya.

I'M A LESBIAN.

Aku yang melihat itu tertawa ngakak luar biasa. Sepertinya hal itu begitu lucu. Ave yang heran melihatku, segera melihat kearah Clarissa. Dan ia juga tertawa terbahak-bahak.

Clarissa menoleh. Melihat kami berdua.

"Apaan sih?" tanyanya penasaran.

Aku masih tertawa, sementara Ave yang menjawab.

"Oh jadi tadi lo bilang itu semua ke kita cuma gara-gara lo iri sama kita ya? Hahaha! Ya jelas aja, namanya juga lo LESBIAN! Hahaha!" seru Ave sambil tertawa.

Orang-orang yang tadi di dalam kelas segera keluar melihat keributan apa sih yang terjadi. Dan wow. Semua tertawa terbahak-bahak melihat note di punggung Clarissa itu. Aku tak terlalu merasa bersalah, karena bagiku ini hanya sekedar permainan dan balas dendam semata. Tak lebih.

Clarissa masih bingung. Ia sepertinya sama sekali nggak kepikiran tentang apa yang udah kulakuin padanya. Maka dia cuma menatap kami semua dengan bingung. Dan wajahnya begitu lucu. Kami semua tambah ketawa ngeliatnya.

Tapi tiba-tiba muncullah si Dylan. Oh sialan. Masa permainanku habis disini?

Ia segera menarik Clarissa, yang masih kebingungan, dan segera mengajaknya entah kemana. Tetapi sebelum pergi, ia melayangkan sebuah tatapan membunuh padaku. Aku cuma mengangkat bahu, dan memasang innocent face ku. Yang sepertinya tambah membuat Dylan semakin berang saja.

Tapi aku tak peduli. Tak akan ada bukti bahwa aku yang menempelkan kertas itu di punggung Clarissa.

Ya.

Tak akan ada bukti.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cuma sampe disini dulu ya? Hehehe. Update nya cepet kok. Minta comment sama vote nya yaa kalo nggak keberatan.. Sekali lagi makasih udah baca, thanks :D

-secretshadow01-

If It Wasn't HimWhere stories live. Discover now