01

181 24 8
                                    

"Cinta tidak harus memiliki? Sebenarnya itu Cinta dalam model apa?"

Deva. Satu kata itu mengganggu pikiran seorang perempuan bernama Ara. Kenapa dia harus dipertemukan dengan pria pengganggu seperti Deva? Tujuannya pindah sekolah ke SMA Penabur cuma satu, yaitu mendapatkan kembali Cinta yang memang harus dimilikinya, bukan malah bertemu dengan pria seperti ini.

Ara bingung, apa yang diperhatikan seorang Deva dari dirinya? Ini tidak masuk akal, bisa bisanya Deva menyatakan perasaan kepadanya, padahal belum seminggu dia bersekolah di SMA itu.

Devano Oktavian adalah seorang remaja pada umumnya, dia memiliki wajah yang tampan, dia juga termasuk kapten basket SMA Penabur, Itu yang membuatnya merasa bangga pada dirinya sendiri.

Deva juga termasuk murid yang pintar, dia duduk di kelas 11 IPA 2, masuk di kelas Ipa bukan berarti menjadikannya sebagai anak yang hanya mengenal buku.

Deva juga berasal dari keluarga terpandang. Semuanya bisa didapatkannya, kecuali seorang gadis beranama Keara Eveline.

Ara duduk di kelas 10 IPA 5, dia murid pindahan dari SMA Sentosa, dia tidak akan pernah membiarkan siapapun mengusik kehidupannya termasuk Deva, kakak kelas nya sendiri.

Memikirkan Deva saja sudah membuat kepalanya sakit, Ara sekarang sedang berada di Taman belakang sekolah.
"Ara!!"
Mendengar suara itu, Ara tersenyum.

"Kenapa Raf?"

"Kenapa lo tolak Deva?"

Mendengar pertanyaan itu, senyuman Ara memudar begitu saja
"Maksud lo?"

"Kenapa lo tolak Deva sih ra?"

"Gue gak suka sama dia"

"Mau sampai kapan lo kaya gini? Lo harus lupain perasaan lo sama gue!"

"Lo kira segampang itu ha? Lo tau kenapa gue pindah kesini? Itu karna lo Raf! Karna lo! Gue bakalan dapetin apa yang seharusnya gue milikin."

Setelah mengatakan itu, Ara pergi meninggalkan Rafa sendirian.

Aldi Rafadtya merupakan seseorang yang disukai Ara dari kecil. Rafa duduk di kelas 11 IPA 3. Dia hanya mengganggap Ara sebagai adiknya saja, tapi dia tidak habis pikir ternyata Ara menganggapnya lebih dari itu.

Rafa tidak bisa menerima Cinta Ara karena dia sudah menyukai gadis lain pada saat itu. Gadis yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negri.

Deva semakin sering mengusik kehidupan Ara. Sebenarnya jika Ara tidak memiliki perasaan pada Rafa, pasti dia sudah menerima Deva.

Ara berjalan menuju perpustakaan, dia ingin menyegarkan otaknya dengan buku buku, Ara memang bukan termasuk murid yang pintar, tapi entah kenapa buku bisa membuat otaknya lebih segar, walaupun buku yang dimaksud sekarang adalah novel.
"Ara.. "
Ara melihat sekilas sosok orang yang memanggilnya, setelah itu ia melanjutkan untuk berjalan

"Lo kok ngacangin gue sih?"
Ara hanya diam dan tidak merespon ucapan pria itu

"Ara, lo tau gak, gue bener bener Cinta sama lo, lo gak bisa hargain itu?"

Mendengar pengakuan itu Ara berhenti berjalan, dan berhadapan dengan Deva

"Kak, gue udah bilang kalau gue gak suka sama lo, kalau lo mau perasaan lo dihargain, lo harus hargain dulu perasaan gue, lo gak bisa maksa orang buat Cinta sama lo gitu aja, semua itu butuh proses kak"

Setelah mengatakan itu, Ara kembali berjalan, tapi saat dia belum jauh Deva berteriak dan membuatnya berhenti

"Ok ra, gue bakalan hargain perasaan lo, gue bakalan nunggu sampai lo suka sama gue, gue gak bakalan maksain lo buat suka sama gue, gue bakalan nungguin prosesnya ra, pasti!"

Ara selalu memikirkan kata kata Deva, sekarang dia sangat kesulitan untuk tidur, dia tidak habis pikir, bisa bisanya Deva mengatakan hal itu.

Dia mengira Deva akan menyerah ternyata dia salah besar.

Hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu Ara, karena jam pelajaran olahraga akan digabung dengan kelas 11 IPA 3 yaitu kelas Rafa. Sebenarnya Ara tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga karena ada suatu hal yang sangat sulit dijelaskan.
"Ra, lo kok olahraga sih?"

"Gue mau deket sama lo"

"Mendingan sekarang lo balik deh ke kelas"

"Lo terlalu jijik ya sama gue? Semenjak gue nyatain perasaan gue dua tahun lalu, lo jadi ngejauh dari gue"

"Bukan gitu ra, gue cuma kasihan sama lo, nanti gimana kalau penyakit lo kambuh?"

Ara tersenyum miring mendengar kata kata itu
"Gue bukan pengemis, jadi lo gak perlu kasihan sama gue"

Setelah mengatakan itu Ara pergi berlari ke taman dimana tempat dia biasa menenangkan pikirannya.

Semenjak dia tau tentang penyakitnya, dia merasa menjadi orang yang tidak berguna, dia merasa bahwa orang yang ada didekatnya hanya merasa kasihan padanya, apalagi semenjak kedua orangtuanya meninggal, dia merasa tidak memiliki siapa siapa lagi selain Rafa.

Mungkin itu yang membuatnya menyukai pria itu.

Jam pelajaran olahraga sudah selesai dan sekarang adalah jam pelajaran Fisika. Walaupun mereka anak ipa, tetap saja mereka kesusahan dengan pelajaran ini. Memang 10 IPA 5 bukan menampung murid yang pintar, tapi kreatif.

Bisa dibilang hanya beberapa saja yang mendengarkan penjelasan bu Anggi.

Kalau sudah berada di jam pelajaran ini, sepertinya waktu sangat lama berjalan, tapi saat jam istirahat waktu sangat cepat berjalan, Ara bingung kenapa harus ada Fisika dan teman temannya? Maksud ini semua apa?

Akhirnya bel jam istirahat berbunyi, semua murid langsung segera kembali dan berlari keluar kelas, sepertinya kepala mereka akan pecah jika ditahan lebih lama lagi di ruangan itu.

Berbeda dengan Ara, dia tetap berada di dalam kelas dan membaca novelnya, hanya novel yang bisa membuat otaknya segar kembali.

Di sebelah ara duduk seorang perempuan bernama Quennzy, dia adalah teman sebangku ara semenjak ara pindah ke SMA Penabur.

"Hai ara.."

"Kak Deva mau bawain Ara makanan ya?"

"Enggak kok Queen"

"Kok gitu sih? Kan biasanya di film film pasti cowok bakalan bawain makanan buat cewek yang dia taksir"
Mendengar itu Deva tersenyum

"Gue Cinta sama Ara tanpa skenario, ini kenyataan bukan film, gue gak mau jadi peniru seseorang yang hanya memainkan suatu kisah yang dituliskan oleh orang lain"

Ara mencoba untuk bersikap biasa saja pada kata kata Deva, walaupun sebenarnya dia ingin tersenyum mendengar itu.

Dia merasa Deva memiliki Cinta yang tulus padanya, tapi entah mengapa dia lebih memilih untuk mencintai daripada dicintai, dia akan terus berjuang demi cintanya, dia tidak perduli dengan orang yang mencintainya, dia hanya perduli dengan satu hal yaitu orang yang dicintainya.

Memang kedengarannya jahat, tapi memang harus seperti itu kan?

-----------------------------------------------------------------
Semoga suka sama ceritanya, sebenarnya gak yakin sih cerita ini bakalan lanjut tapi ya semoga aja lanjut.

Sebenarnya udah sering buat cerita, tapi semuanya dihapus cuma karena feel nya gak dapet lagi.

Semoga aja cerita ini bertahan lama sampai selesai. Amin :v

DEVARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang