Catcat melompat-lompat keatas tubuh Radit. Dia mengeong-ngeong membangunkan tuannya yang tertidur lelap karena baru bisa tidur setelah subuh tadi.
Radit mengerjapkan mata, mengamati hewan berbulu yang ada diatas dadanya. "Catcat..." desisnya.
Harum masakan tiba-tiba menyelimuti ruangan kecil dikontrakan itu. Radit mengangkat tubuh Catcat dan menurunkannya dilantai. Dia yakin sekali, Putri pasti sedang masak. Radit bergegas beranjak kedapur.
"Baunya sampai bikin bangun dari mimpi," goda Radit.
"Kamu sarapan dulu! aku mau belajar. Besok ada sidang skripsi," ujar Putri sambil melepas celmeknya.
Tangan Radit merogoh saku celananya, dia mengambil handphone yang dari tadi malam sengaja dia matikan. Dia segera menghidupkannya. Ajaib. Ada lebih dari 100 panggilan tak terjawab dari Rangga, 20 panggilan dari Resti dan 1 panggilan dari Herman. Untuk SMS nya, Radit sudah malas mengitungnya.
Detik berikutnya, Radit menghubungi seseorang yang dari tadi malam bernapsu menghubunginya. "Halo Ngga!" sapa Radit.
"Kamu dimana?" teriak Rangga yang seakan berkeinginan menelan Radit hidup-hidup.
"Tidak usah khawatir. Kaki aku masih menginjak bumi!" ucap Radit yang berusaha mengajak lawan bicaranya becanda.
"Mood aku sedang buruk untuk bercanda. Beritahu tahu saja, dimana kamu sekarang?"
Radit menarik napas dalam, sekilas dia ngeri jika harus bertemu Rangga yang tidak pernah semarah ini sebelumnya. "Aku... aku ada dirumah kak Putri..."
"SMS alamatnya!"
"E... Ngga, kalau kesini, jangan lupa bawa seragam sekolah aku yang ada digaleri, ya!"
Tut tut tut. Rangga memutus percakapan sepihak.
***
Radit membukakan pintu saat melihat Rangga datang dengan 4 bodyguard dibelakangnya.
"Untuk apa kamu bawa-bawa mereka? Tugas mereka kan menjaga keamanan galeri!" protes Radit saat melihat 4 orang berbadan besar dibelakang Rangga.
Rangga melemparkan jekat hodie kearah Radit.
"Ini apa? Aku mintanya seragam sekolah!"
"Tidak ada sekolah sampai kamu dapat menyelesaikan masalah tadi malam dengan jumpa pers."
"Maksudnya?"
Rangga melirik Putri yang berada ditengah-tengah mereka. "Tolong tinggalkan kami!"
Radit menarik tangan Putri. "Bicara yang sopan! Dia akan tetap disini."
Rangga mencengkeram kerah baju Radit, "Kamu jangan macam-macam, Dit! Disini, yang dikorbankan bukan cuma impian kamu. Impian aku juga! Hampir semua calon pembeli lukisan kita membatalkan transaksi pembelian!" teriak Rangga tepat didepan muka Radit.
Tangan kiri Rangga mengadah keatas menghadap belakang, kemudian seorang bodyguard nya memberikan 3 majalah pada Rangga dan Rangga melemparkannya kedada Radit.
Radit mengamati salah satu majalah ditangannya yang cover dirinya sedang menggandeng Putri, kemudian dengan santainya Radit kembali duduk dikursi, "Kenapa aku harus peduli image dimasyarakat? Yang aku jual bukan image aku, yang aku jual karya aku. Toh aku bukan artis, apa gunanya jumpa pers. Siapa yang akan perduli dengan berita murahan seperti ini?!"
"Aku tidak sedang bercanda, Radit! Kita semua tahu bagaimana public mengenal kamu. Kamu bukan cuma dikenal dari lukisan-lukisan kamu. Pengemar kamu bukan cuma dari pecinta lukisan-lukisan kamu. Kebanyakan dari mereka menyukai ketampanan kamu!" bentak Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINE
RomanceJika sebuah kesalahan membuatmu meninggalkanku? Tidak bisakah cintaku membawamu kembali? Atau tidak bisakah cintamu yang menuntunmu kembali? Jika yang kau butuhkan adalah waktu, maka aku akan menunggu._ Raditya Putra Hermansyah. "Mungkin...