2018

5 0 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa 14 tahun telah terlewati. Saat ini memasuki pertengahan tahun 2018, hampir 1 tahun aku berada di kota ini. Kota yang bahkan tak pernah terbayangkan akan aku  kunjungi.  Kota kecil yang berjarak 245 Km dr rumah, beda provinsi dan juga beda budaya.  Kota dengan sejuta cerita.

Aku bukan orang yang mudah bergaul, tp jangan salah aku sudah mempunyai beberapa teman disini (teman se kampus dan teman kerja). Oh iya, aku juga tidak sendirian ada beberapa teman ku SMP dan SMK juga ada di kota ini. Tapi hanya satu orang yg selalu ku temui. Vivi namanya. Kita teman se kelas waktu SMP. Tidak bisa disebut sahabat (waktu SMP) karena yah kita memang tidak sedekat itu. Kemudian saat SMK kita juga beda jurusan hanya saja di beberapa mata pelajaran (yg sama) aku biasanya belajar bareng sama dia. Saat SMK pun kata sahabat terkesan sangat dipaksakan. Jadi ya kita hanya teman, belum bisa dikategorikan sebagai sahabat.

Namun semua berubah ketika kuliah kita dipertemukan kembali (saat ini, di kota kecil ini). Kita beda kampus juga beda jurusan. Tp justru karena perbedaan itu kita biasanya sering melarikan diri dari rutinitas kampus (dalam hal tugas). Mungkin saat ini kita bisa disebut sebagai sahabat. Karena... Apa ya? Cocok mungkin? Atau terpaksa karena tidak ada lagi yg lain? Atau perasaan senasib sepenanggungan? Entahlah yang jelas saat ini, tempat ku berlari ketika lelah hanyalah Vivi.

Apa kabar sahabat ku yg dulu? Entahlah kami sudah jarang kontak, kami sibuk dengan urusan masing-masing. Lagipula kita sudah tidak tau seperti apa keadaan masing-masing. Palingan cuma chatt say hello apa kabar. Curhat2 dikit. Yaudah gitu aja, sekedar formalitas. Tp tak apa, mungkin memang saatnya aku untuk move on dan mencari sahabat yang baru bukan?

Banyak perubahan terjadi dalam hidupku. Aku kuliah sambil kerja (part time) saat ini. Aku bersyukur karena sekarang aku sudah mempunyai pemasukan sendiri setiap bulan. Hanya saja terkadang pemasukan dan pengeluaran tidak seimbang. Belum lg beban hutang untuk melunasi biaya semester 1 ku kemarin. Semester 1 ku ku lalui dengan panjang. Aku yg resign dr tempat kerja awal ku kemudian memutuskan kuliah. Aku yg sudah kuliah tp belum juga bisa kerja buat bertahan hidup dan biaya kuliah. Belum lg masalah tempat tinggal yang pelik sekali (aku tidak semangat menceritakan bagian ini, biarkan ini menjadi kenangan pribadi dan menjadi pengalaman berharga). Banyak sekali drama dan juga tragedi. Pokoknya semester 1 ku ku abadikan sebagai GERAKAN JALAN DITEMPAT yang paling parah.

Skip

Semester 2 ku awali dengan semangat, ketika aku diterima bekerja part time di sebuah konter aku sangat senang sekali. Gaji yang jelas membuat ku berani mengambil keputusan untuk pinjam uang guna melunasi biaya semester 1 ku. Dan hal ini sempat menuai pro dan kontra antara aku dan kakak ku. (Ah ya, aku belum cerita perihal kakak ku, nanti ya di bab lain)

Gaji ku yg tk seberapa harus terpotong setiap bulan sebesar 3/4 nya hanya untuk membayar cicilan hutang. Sisanya yg hanya 1/4 dan sudah kupikirkan matang-matang untuk menyicil biaya semester 2 ternyata ludes untuk kebutuhan sehari-hari. Kerja sampingan di SMP dan SD juga tidak berjalan lancar karena tempat tinggal yg sekarang lebih jauh jaraknya (dari kampus juga dr SD dan SMP , apalagi dr Mts). Aku merasa perhitungan ku kurang tepat. Tp mau gimana lagi semuanya sudah terjadi. Dan mendekati UAS aku belum punya uang untuk membayar semester 2 (seperti kebanyakan instansi pendidikan syarat ujian harus ada bukti lunas pembayaran).

Entahlah semua terjadi begitu saja, mungkin pada dasarnya aku memang ceroboh.

---------------------------------------------------------------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

its about meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang