2016.12.31 11:59 PM
Penghujung tahun dan awal keresahan baru
Selepas isapan terakhir dari sebatang rokok
Muncul sebuah ispirasi baru
Mengalir deras dalam darah
Membujur kaku dalam otak
Mendidih lalu mengalir disetiap sudut nadi
Menggetarkan jemari
Dan ia menari diatas kubus-kubus pipih
Masih mengalun indah beberapa tembang lawas
Mengiringi setiap gerak geriknya
Entah apa yang menjadi tujuannya
Hanya berbicara hampa
Bagai dalam ruang yang kosong
...
Iya memang benar, keresahan!
Hidup ini dan segala problematikanya sebagai penyebabnya
Dan lagi terhenti gerak langkahnya
Semangatnya yang sedang mekar-mekarnya
Kini bagai bunga yang layu
Hidup sendiri ditengah gurun yang tandus
Berharap ada kafilah yang lewat tuk sekedar menyiraminya air
Hingga ia dapat mekar kembali
Tumbuh dan berkembang hingga ia termakan oleh usia
...
Namun kini semua itu hanya bayang-bayang yang semu
Sebab tak ada tanda-tanda akan mekarnya bunga yang telah layu itu
Akankah ada keajaiban yang bakal terjadi
Kuasa tuhanlah yang berkehendak akan hal itu.
...
Sisah-sisah perayaan tahun baru masih terasa diluar sana, pesta kembang api masih menjadi topik hangat sejak pagi tadi dan menutup berita tentang negeri ini yang kian carut marut. Memang sebulan terakhir ini disetiap stasiun televisi, media online dan media cetak, lagi marak-maraknya pembahasan tentang permasalahan dalam negeri terkait tuntutan terhadap kebijakan pemerintah yang secara mendadak menaikan subsidi bahan bakar, belum lagi berita tentang kenaikan harga sembako yang meresahkan para masyarakat khususnya ibu-ibu yang terpaksa harus menguras banyak kantong suami demi kebutuhan dapur. Namun, sepekan ini semua pemberitaan mengarah ke perayaan tahun baru yang menjadi momen yang sakral bagi tiap kalangan di berbagai penjuru dunia.
Diluar sana matahari sudah melambung tinggi. Orang-orang sudah sejak pagi tadi mulai mengisi sepinya jalan-jalan kosong. Satu dua anak berlarian di tepi jalan dibawa terik matahari di awal tahun ini. Aku masih terbaring dikamar ini yang se-jam yang lalu terbangun karena ada sebuah petasan yang meledak tanpa tau siapa pelakunya. Kalau bukan karena itu mungkin aku tertidur lagi hingga malam tiba. Sejenak aku tertegun, aku bangkit dari ranjangku mengambil handuk dan segera menuju kamar mandi, sontak aku berteriak. "yang matiin air siapa???", sambil teriak-teriak saya keluar dari kamar, mengulangi pertanyaan saya dan tidak ada satupun yang menjawab aku ketawa sendiri didepan pintuku menyadari kelakuanku barusan. Aku baru sadar, menjadi salah satu resiko ketika telat bangun di kost-kostanku adalah tidak dapat jatah air untuk mandi ketika telat bangun. Air baru akan menyala ketika pukul 12:00 siang berarti saya harus menunggu kurang lebih 6 jam lagi. Kulirik meja depan kamar kostku kulihat ada beberapa lembar surat kabar. "ahaaaa... mudah-mudahan rejeki" sorak ku dalam hati melihat tumpukan koran itu. dengan hati yang berbunga-bunga saya mengambil satu koran dan langsung membuka halaman belakan pada bagian lowongan kerja. Yaaa sudah sebulan terakhir aku menjadi pengangguran, dan hanya mengandalkan keberuntungan dari lembaran surat kabar tersebut.
Pagi biasanya semenjak aku lulus kuliah.bangun telat, sebab tak ada kegiatan yang memaksaku untuk bangun diawal waktu, walau hanya sekedar merasakan sejuknya embun pagi dan menikmati pemandangan mentari pagi yang terbit indah. Semuanya terlewatkan hingga cahaya matahari yang dengan sengaja menggangu lelapnya tidurku yang dibuai mimpi indah. Ia masuk melalui lubang-lubang kecil diatas jendela dan cahanya tepat mengenai mataku sehingga dengan terpaksa aku membuka mataku.
Setelah insiden petasan itu, aku kini terduduk disebuah kursi depan kamarku lengkap dengan meja yang diatasnya terdapat tumpukan koran yang datang pagi tadi. Aku dengan sangat teliti memperhatikan tiap-tiap perusahaan yang menyediakan lowongan kerja di koran itu, habis satu lembar pindah ke lembaran berikutnya. Dari sekian banyak yang ku baca dan ku baca, tak ada satupun yang sesuai dengan harapan, ada yang sudah memenuhi syarat tapi tempatnya jauh, adapula yang dari segi lokasi lumayan dekat namun persyaratan yang tidak terpenuhi. Aku menggerutuh dengan sangat kesal, kulihat jam masih menunjukkan pukul 11:44 berarti masih ada sekitar 16 menit untuk saya menunggu agar bisa mandi. Dengan langkah malas aku kembali ke kamarku menyeduh kopi hitam yang kubawa dari kampung waktu liburan kemarin.
Segelas kopi hitam ku seruput pagi itu menambah hangatnya sinar mentari diluar yang sudah hampir berada tepat diatas kepala kita kalau kita berdiri dibawahnya. Kulirik sekali lagi jam yang ada ditanganku, masih ada sekitar 10 menit saya menunggu kran air dibuka. Sambil menunggu ku bakar sebatang rokok berharap setelah habis sebatang air pun menyala dan saya dapat mandi. Paling tidak untuk menyegarkan badan yang masih tersisah bekas keringat yang lengket akibat pesta tahun baru rumah teman kelasku dulu waktu kuliah.
Belum habis sebatangrokok yang kubakar barusan hp ku berdering ada panggilan masuk, itu dari mamakaku. sejak aku merantau ke Jakarta, bapak sering menelpon ku tak pernahterlewatkan dalam sepekan tanpa mendengar suaranya. Namun sejak sebulan sebelumkepergiannya menghadap Sang Kuasa tak pernah lagi ku dengar suaranya. Mamak kuyang menggantikan suaranya. Sepekan sekali pasti ada deringan rindu itu kudengar dan terkadang sampai tiga kali dalam seminggu dia menelponku, hanyasekedar menanyakan kabarku di Jakarta.
~To Be Continued~
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan soo jangan sungkan-sungkan untuk vometnya yah guys... new author jadi maklumin aja... hehehe
YOU ARE READING
Aku Bukan Produk Gagal
RandomNamaku Abdul Saat ini usiaku 20 tahun. Aku adalah salah satu mahasiswa prodi akuntansi di sebuah perguran tinggi islam milik salah satu organisasi islam terbesar di indonesia saat ini. Saat ini aku telah menyelasaikan empat semester di kampus terseb...