Prolog

61 11 8
                                    

Angin malam berhembus, membawa kesunyian melewati hutan dan pegunungan. Kesunyian itu pecah ketika sebuah kereta api datang melewati daerah pegunungan tersebut. Kereta tujuan terakhir ini, membawa tidak lebih dari 100 penumpang. Dan di dalamnya, seorang pemuda sedang memainkan handphonenya.

「KEPADA SELURUH PENUMPANG. DIMOHON SEGERA MEMPERSIAPKAN BARANG BAWAANNYA. SESAAT LAGI KERETA AKAN SEGERA SAMPAI DI STASIUN TERAKHIR.」

Segera ia mengantongi hpnya ketika ia sadar bahwa ada orang lain yang menatapnya. Sekilas, ia terlihat memakai jubah berwarna hitam dan tudung. Ia langsung berbalik dan pergi ke gerbong lain.

Orang yang aneh

Pemuda itu menggendong tas yang sedari tadi ada di bawah. Beberapa saat kemudian kereta mulai melambat dan berhenti.

Orang-orang langsung pergi meninggalkan stasiun, hingga tersisa pemuda itu sendiri.

"Hei... mau menemui takdirmu?"

Seseorang berbicara dari balik pintu stasiun. Orang yang tadi di kereta. Ia masih mengenakan tudung dan jubah. Ia langsung menghilang dari balik pintu.

Pemuda itu mengejar orang bertudung tadi sampai di sebuah jalan sempit yang sepi dan gelap.

"Kemana dia..?"

Pemuda itu menghadap kebelakang dan mencari kos-kosan yang akan ia tinggali. Tanpa ia sadari ada beberapa orang telah mengincarnya. Ia berjalan tergesa-gesa sesaat sebelum sampai di mulut jalan, ia dihadang oleh seorang preman.

"Ada apa anak kecil? Tersesat?"

Pemuda itu segera mundur hingga menabrak beberapa orang yang tadi mengikutinya.

"Kau tak akan kemana-mana, anak kecil." Ucap salah seorang preman yang ia tabrak.

Seorang preman lainnya mengeluarkan pisau dari saku, "Serahkan apa yang kau punya, kalau kau tak ingin mati."

Mereka semakin mendekati pemuda itu hingga...

"Kalian sampah!"

Mereka berhenti mendekat lalu mencari sumber suara.

"Kalian tak perlu mencari ku"

Sesaat kemudian seseorang mengenakan jubah dengan tudung terjun dari sebuah atap toko. Ia mendekati pemuda tersebut.

"Kalian lemah, hanya berani dengan anak kecil. Pergi sekarang atau kalian akan berakhir disini."

Preman-preman tersebut langsung menodong pisaunya kepada orang berjubah tadi.

"Hah?! Kau bercanda, ya? Mana mungkin kami kalah, apalagi kami menang jumlah."

"Hem... baiklah"

Para preman langsung menyerang orang berjubah tersebut. Serangan demi serangan dilontarkan namun dengan mudahnya ia hidari. Mereka mulai kelelahan.

"Oi, anak kecil." Ia berbicara kepada pemuda selagi ia menghindari serangan.

Aku... anak kecil?

"Lebih baik kau tutup mata mu itu." ia segera membuka jubahnya yang berisikan puluhan pisau kecil, sekilah terlihat seperti pisau buah.

Pemuda itu menuruti perkataannya. Namun rasa keingintahuannya membuat ia sedikit membuka matanya.

"Nah. Sekarang tinggal mengurus kecoa ini."

"Hah?! Kau hanya mengoceh anak kecil!" teriak salah seorang preman, ia mulai merasa kesal direndahkan.

"Begitu kah?" orang berjubah itu berjalan mendekat sambil mengambil dua pisau dari masing-masing sisi.

Preman yang lain segera menyerang orang berjubah itu, mengarahkan pisaunya ke perut. Sementara yang lain mengincar kepalanya. Cukup lama ia bermain-main sampai tanpa ia sadari tudungnya terbuka.

"Hoi, gadis kecil. Kemana kesombongan mu itu, dari tadi kau hanya menari saja." Ucap salah seorang preman.

Preman yang lain tertawa, "Gadis kecil seharusnya tidur bukannya keluar malam-malam."

Sepertinya aku terlalu lama...

Preman itu kembali menyerang orang berjubah, kali ini mengincar leher dan meleset. Melihat kesempatan di depan mata, ia langsung menusuk preman itu.

"Sialan kau!" teriak preman lain yang lalu mengincar perutnya, orang berjubah itu melompati preman tadi dan langsung melempar 3 pisau mengarah ke punggungnya.

Melihat kedua temannya mati, nyali preman ketiga semakin menciut. Ia terjatuh lalu mundur ke pojokkan belakang toko.

Sambil tersenyum ia berkata, "Tenang saja. Ini tidak akan sakit kok."

"Kemana kah tujuan mu." Tanya orang berjubah hitam tersebut

Karna pemuda tersebut percaya kepada orang berjubah hitam itu, ia langsung menunjukan alamat kos-kosan itu.

***

"Jadi disini, ya, kos-kosannya."

Pemuda itu akhirnya berada di depan bangunan kos-kosan, ia melihat orang berjubah yang tadi masuk ke dalam kos-kosan yang sama. Ia terkejut.

"Jangan-jangan ia juga mau membunuh seseorang... tidak. Tunggu... aku melihatnya membunuh bukan? Jangan-jangan ia juga mau membunuhku."

Karena sangat penasaran, ia langsung berlari tergesa-gesa menuju pintu kamar kosnya. Ia melihat kunci yang menempel di dalam slot nya.

Pemuda itu memasuki kamarnya dengan ragu lalu mengunci pintunya. Ternyata di dalam kamar kosnya tidak ada siapa-siapa.

"Hanya perasaanku saja. Atau jangan-jangan ia bersembunyi di lemari?"

Pemuda itu mengendap-endap berjalan ke depan lemari, lalu ia membukanya, ternyata tidak ada siapa-siapa.

Ia berbaring di kasurnya. Empuk dan nyaman, membuat ia ingin ke kamar mandi. Ia sadar ada pintu lain di kamarnya. Ia segera membuka pintu dan ternyata...

:)

Night OwlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang