Five

505 22 8
                                    

Saat setelah adiku selesai, aku dan adiku kembali ke restoran, menghampiri tempat duduk aku ibu ayah dan adiku berada.

Terlihat raut wajah ibu yang sedang menahan emosi dan ayah yang tersenyum sinis, dan ada lagi yang berbeda, diatas meja terdapat satu pecahan mangkok.

"Mamah kamu yang pecahin" -ayah
"Yok, ikut yah" ayah menarik lengan adik lalu aku mengikutinya begitu dengan ibu.

Ayah membawa kita ke besement, sepi hanya ada beberapa orang yang lewat kembali kedalam mobilnya.

Disana mulai pertengakaran ibu dan ayah terdengar. Sangat sakit rasanya.

"Heh! Gue penjarain lo tau rasa!" bentak ayah pada ibu

"Silahkan! Silahkan penjarakan! Tapi..tapi urus anak anak!" jujur aku mulai takut, aku mulai menangis terisak sambil tertunduk.

Terdengar ayahku tertawa frustasi, dan aku menyadari setiap orang yang lewat menatap seram.

Ayah tiba-tiba memegang bahu ku lalu bertanya

"Kamu, mau ikut ayah atau ibu?" pertanyaan ini, pertanyaan setelah enam tahun yang lalu, kembali aku dengar. Aku tidak menjawab, aku hanya menangis.

"Kenapa? Kan apa yang kamu mau, kamu selalu minta pada ayah, dan itupun selalu ayah berikan, tapi kenapa tidak mau?" tanyanya lagi. Lagi-lagi aku hanya terisak.

Ternyata, setelah memahaminya aku merasakan yang sebenarnya, juga. Disitu aku jadi sedikit membenci ayah, tidak, tapi aku benci semuanya.

Hingga akhirnya ayah mengelus rambutku pelan lalu menyelipkan beberapa uang di genggaman kedua tanganku

"Yaudah, pulangya, udah malem, istirahat, hati-hati dijalan" ayah mengecup dahiku lalu pergi begitu saja. Aku kembali terisak, sangat sakit hingga seperti ada pedang yang sedang menembus jantungku.

"Yasudah, ayo nak pulang" -ibu

Andai kau bisa tau isi hatiku, ayah. Disini aku tersakiti. Aku adalah korban dari Cinta serta percerain kalian, jujur aku benci kalian tapi disisi lain aku menyayangi kalian. Apakan ayah dan ibu tidak sadar bahwa aku menjadi korban kalian berdua? Andai saja aku diberi pilihan, pasti aku memilih untuk tidak di lahirkan saja. Aku benci saat melihat kalian bertengakar, aku benci menangis serta menulis di buku diary, muak dengan segalanya. Aku tersakiti oleh perkataan kalian, perilaku kalian. Selamat, kalian sukses membuatku asa.

Ada yang bilang, bahwa anak adalah cerminan dari orang tua mereka. Termasuk pernikahanya. Cih, setelahnya nanti aku menikah, aku berjanji tidak akan membiarkan anaku tersakiti sepertiku karena pernikahan ayah dan ibu. Aku berjanji bahwa pernikahan ku tidak akan seperti kalian. Aku tidak akan membuat anakku mengambil raport nya sendirian, tidak akan membiarkanyabmelihat pertengakaran dari orang tuanya, terimakasih ayah ibu, aku benci kalian.

•••
End.

Cerita ini sesuai dengan kehidupan aku yang nyata. Hh sedih banget 😂..
Makasih ya buat yang udah baca cerita ini, maaf kalo gak jelas dan banyak typonya, tapi emang bnr menurut aku emang hak nyambung ceritanya tapi gapapalah, ehe..
Dah segitu aja, sekali lgi thankyou.. See u, bye 💕

- salam  dari anak malang -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BROKENHOME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang