"Paman, tambah sakenya satu botol lagi—hik!"
"Tidak! Tidak! Paman, jangan berikan!"
Paman pemilik restoran Yakini-Q tersebut mengangguk, lebih setuju pada permintaan Naruto dibanding permintaan Kiba yang padahal lebih menguntungkannya.
Naruto segera menghampiri Kiba, dia merenggut gelas kosong yang sedari tadi si Inuzuka itu pegang dengab kukuh.
Kiba memberengut pada Naruto sekilas, sebelum cegukan, lalu akhirnya mendengkur dengan kepala jatuh pada tangannya yang terlipat di meja.
Naruto akhirnya bisa sedikit bernafas lega. Namun itu tak berapa lama, karena ketika dia menoleh kearah lain... Pundaknya tiba-tiba saja memberat.
Terutama saat safirnya jatuh pada sosok dipojok sana. Gadis dengan pipi gembilnya yang sudah memerah, dia melempar senyum sangat manis yang mampu membuat Naruto lupa diri.
Apalagi mata bulannya yang kini menyorotinya intens namun sayu.
Naruto sukses merinding dibuatnya.Dengan menahan gugup, Naruto mencoba mengabaikan pemandangan menggoda itu dengan beralih pada pria pucat diseberang meja.
Dia menatap Sai dengan tampang memelas.
"Kau benar, kita harus segera membereskan ini-ttebayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mabuk
RomanceGadis dengan pipi gembilnya yang sudah memerah, dia melempar senyum sangat manis yang mampu membuat Naruto lupa diri. Apalagi mata bulannya yang kini menyorotinya intens namun sayu. // Naruto sukses merinding dibuatnya.