Jingga

299 17 7
                                    


Jingga seorang gadis yang senang menikmati hal-hal indah yang tuhan berikan pada semesta ini, senja tak bertuan katanya.
Baginya langit sore itu adalah awan yang sedang merasa bahagia namun berduka, sebuah keajaiban yang dapat disaksikan mata,
yang dapat di rasakan Jiwa,
sebuah kepuasan batin atas megahnya pertemuan sore dengan malam,
yang berawal bahagia namun berakhir duka.

Asing, suasana sekolah baru itu.
jingga berjalan ditengah lapangan sekolah menuju ruang kelasnya seraya memperhatikan sudut kanan dan kirinya.

"jingga." Sapa seorang gadis dengan tampilan tidak rapih namun juga tidak berantakan, anis memang gadis yang sulit di simpulkan tentang bagaimana rupanya

Teman pertama jingga di sekolah baru itu, Anissa larasti.

"hey." Menjawab seraya menyapu rambut nya yang menutupi mukanya yang tersapu lembut oleh angin

"gimana hari ke-dua masuk sekolah ini?" tanya anis sambil tersenyum

"Masih belum terbiasa sih Nis, sama lingkungan sekolah ini." Jawab jingga

Perbincangan terus berjalan sampai mereka menuju ruang kelasnya, perbincangan yang bergitu hangat sehangat mentari pagi di awal bulan januari.

Jingga memang sosok yang hangat, mudah bergaul walau diawal sebelum memulai perkenalan seringkali merasa malu untuk menyapa terlebih dahulu.

Jingga duduk dibangku panjang terjajar rapih dikantin sekola itu, sambil mendengarkan musik dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, kemudian sebuah pandangan sepasang mata milik seorang lelaki tertuju padanya,  memandang kearah jingga.

"eh dik,mass, perempuan yang duduk disana itu siapa? Asing, anak baru ya?" tanya lelaki itu dengan memandang heran kearah jingga.

"Iya anak baru, biasa anak IPA." Jawab dimas yang serba tau tentang sekolah

Lelaki itu menghampiri jingga, diikuti dengan dika dan dimas, yang takan pernah terpisahkan darinya, mereka memang TRIO!

"Denger-denger ada yang mau kasih traktiran ya disini? Katanya sih dia anak baru." Kata lelaki itu  sambil duduk di samping jingga

Lelaki yang terkenal dengan kenakalannya itu memang senang mengganggu para siswa, terlebih saat ia melihat anak yang menjadi siswa baru di sekolah itu, sasaran empuk! Baginya.

"Membisu....." Ledek dimas , lelaki aneh tapi lucu suka membuat lelucon walaupun terkesan garing dan biasa aja.

"percuma kalian semua ngomong gue gak akan denger,  kalian gak liat ya gue pake earphone?" Jawab jingga yang enggan menengok ke arah tiga lelaki menyebalkan itu, sambil membuka kedua earphone yang terpasang di telinga kanan dan kirinya.

"Santai aja kali, kita gak jahat." Ejek lelaki itu sambil tertawa kecil dan memegang bahu jingga

"Kenalin nama gue Aksara." Menjulurkan tangannya menatap manis gadis itu sambil menaikan kedua alisnya yang tebal, yang hati perempuan mana saja bisa mencair melihat senyum lelaki itu .

Jingga hanya terdiam dan pergi meninggalkan mereka tanpa membalas jabat tangan hangat syahrull.

Syahrull hanya tersenyum dan pergi meninggalkan kantin, dua temannya masih terus membuntutinya.

Menyusuri koridor sekolah, yang ada dalam benak jingga saat itu hanya "kenapa gak dijabat balik tangannya, dia emang ngeselin tapi dia manis, senyumnya gak bisa ditolak sama perempuan manapun, kenapa gak dibalas senyum juga, jingga lo udah ngelakuin kesalahan besar atas bonus yang tuhan berikan, bodoh." Gumam batinnya

.....

Hiruk piruk keramaian sekolah sore itu, semua murid perlahan meninggalkan gerbang yang menjadi akses utama masuk ke dalam sekolah itu. Jingga berkedapatan berdiri dipinggir jalan, menunggu angkutan kota, yang siap mengantarnya menuju rumah. Seorang lelaki menghampirinya, Jingga sadar itu adalah Aksara, lagi-lagi Aksara.

"Tuhan kutukan macam apa ini, lagi-lagi aku ketemu dengan manusia manis yang paling nyebelin di dunia ini." Gumam batin jingga.

"gue itu gak mau ganggu kok, gue cuma mau ngajak lo balik bareng."

"Balik bareng? Ada angin apa?." Tanya jingga dengan heran.

Kini jingga mulai berani untuk sedikit membuka bicara, kesempatan tidak datang dua kali, siapa yang akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan lelaki sekeren Aksara.

"angin topan! Lagian ya masih jaman naik angkot haha." Ejek Aksara

"pasti ujungnya ga ngenakin." Batin Jingga

Tanpa basa basi dengan emosi yang masih terpendam di lubuk hati yang terdalam sangat dalam sampai tak dapat di jangkau, Jingga bergegas menaiki mobil angkutan kota itu dan meninggalkan Aksara yang membuat nya jengkel

.....

Sore ini, matahari perlahan turun pada garis yang telah ditentukan perlahan mulai tenggelam, malam akan dimulai.

Amat disayangkan jika kita menutup mata disaat langit sedang bagus-bagusnya, guratan-guratan berwarna jingga pada kaki langit dipadu dengan sedikit birunya angkasa raya, dan manisnya senyuman semesta.

Apa ini? hatiku seperti berbeda, tidak seperti biasanya, hari ini terasa lebih bahagia seperti ada yang baru yang tumbuh pada kekosongan hati yang mungkin sudah berdebu sabab tak bertuan.

Apa ini yang disebut perasaan, kemarin bisa saja sedih lalu sekarang justru bahagia mungkin besok akan kecewa, tak ada yang tau, dan siapa pula yang mau tau?

Pada dinding langit keemasan ini, kini aku tersihir! Dengan indahnya senja yang ditemani perasaan bahagia.

-jingga

......

Irama langkah yang begitu indah, satuu.. duaa.. satuu.. duaa.. , kompak sangat amat kompak suara yang berasal dari sepatu Converse Chuck Taylor All Star High Top yang dikenakan gadis yang sedang berjalan disepanjang koridor sekolah dengan membawa segudang tumpukan buku yang tersusun rapih, berusaha terus menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh.

Semua keserasian itu akhirnya berubah menjadi sebuah kekacawan, buku yang sedari tadi ia jaga keseimbangannya agar tidak jatuh, justru malah terhampar dilantain, kacau dan berantakan.

"Makanya kalo jalan tuh pake mata." Sahut manusia manis menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Aksara, Niatnya selalu menganggu jingga.

Lelaki yang menjengkelkan, jingga hanya menghela napas dalam dan menghembuskannya dengan keras, menahan segala amarah yang memaksa untuk keluar, memilih diam dan berusaha untuk tidak terpancing emosi.

"Kenapa sengaja banget sih?" Tanya jingga menegaskan.

"Kan lo sendiri yang nyandung kaki gue." Jawab Aksara dengan santai.

Tanpa memperdulikan, jingga langsung bergegas merapihkan buku-buku itu, buku itu harus segera ia pindahkan ke perpustakaan sekolah. Buku-buku itu merupaka sebagian buku yang akan ia sumbangkan untuk pekan membaca disekolah. Lagi pula hari semakin petang, tak perlu berdebat untuk hal yang sederhana seperti itu, apalagi dengan manusia seperti syahrull, hanya membuang waktu lebih baik ia bergegas kembali ke rumah sambil menikmati suasana langit jingga pada bibir dermaga.

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang