Aku adalah seorang manusia dengan kehidupan teratur dan biasa saja. Sehari-hari aku bernafas, belajar, dan bekerja, seperti layaknya manusia biasa. Aku sering berpikir kenapa bisa secepat ini jadi orang dewasa, padahal rasanya baru kemarin aku merasakan gendongan papa dan kecupan dari mama ketika aku tertidur pulas. Tahukah, menjadi dewasa berat. Ketika aku kecil dulu rasanya memang ingin sekali menjadi besar dan dewasa, karena pikirku dewasa itu bebas jadi aku bisa kemana-mana, dan tanpa pengawasan orang tua. Ternyata salah besar, tepatnya setelah melewati usia 17 tahun dan purna dari bangku putih abu-abu;masa-masa paling berkesan, kehidupan sesungguhnya baru di mulai. Dimana harus pindah kota dan menjadi anak rantau, hidup di kota orang, aku sendirian. Menakutkan bukan? aku harus meninggalkan teman-teman yang sama lagi berjuang, memulai kehidupan baru, semua kehidupan dan kebiasaan harus aku upgrade.
Tapi akhirnya aku bisa menaklukan semua itu, dan sekarang aku hampir di titik usai, hampir ya tapi belum selesai. Kurang 3/4 lagi aku tuntas, doakan saja! tentu aku melakukannya tidak mudah, susah payah bertahan layaknya batu yang tak hancur meski berada di musim apapun. Kalau di pikir-pikir memang menakutkan, dan hebat sekali ya anak gadis mama papa yang manja ini bisa hidup di dongeng yang keras ini. Aku tak punya keluarga, kenalan atau semacamnya disini. Sama sekali, tiga tahun yang lalu setelah pindahan ya aku begitu saja langsung ditinggal pulang mama dan papa. Aku mulai hidup 'sendiri'. Yang sebelumnya tinggal ambil sekarang aku harus cari jika aku mau. Persepsi anak manja mama papa perlahan mulai hilang dari dalam diriku.
Aku juga memiliki banyak teman di awal semester, sangat banyak malah. Hampir dari semua jurusan aku pasti punya kenalan disana, entahlah aku juga bingung mengapa aku dulu begitu. Setelah berjalannya waktu, ya semua menghilang. Hanya tersisa lima orang teman yang sejurusan denganku, beberapa teman kost yang bisa di ajak curhat sesekali. Itu juga kehidupan yang sebenarnya, semakin lama kita disini jadi tahu siapa yang benar-benar teman kita, kan? mempunyai sedikit teman bagiku tak masalah, toh mereka adalah orang-orang yang baik, sangat baik malah. Yang bersedia meminjamkan bahu ketika kita benar-benar lelah, yang telinganya siap mendengarkan cerita kita, dan apapun kekurangan yang kita miliki mereka mampu ada. Walaupun lisannya menyakitkan, tapi sesungguhnya itu adalah wujud kejujuran yang diberikan kepada kita. Dan, mereka lah keluarga keduaku disini.
Tahukah? walaupun aku punya mereka yang amat sangat baik, tak semua masalah atau kegundahan hati bisa ku ceritakan padanya. Tak tahu, aku memang agak sulit jika harus bercerita lepas kepada siapapun. Karena bagiku aku punya ruang untuk menyimpannya. Dan, kalau aku sudah tak tahan dengan kediaman yang terasa, akan ku ceritakan kepada langit. Langit itu luas, jadi bisa ku taruh semua masalah dan kegundahanku disana. Meskipun aku hanya diam, tapi langit tahu jika aku mengatakan sesuatu. Aku berbicara dengan mata, dia mengerti. Dan yang paling penting, langit pandai menjaga rahasiaku jadi tak usah khawatir dia akan akan membocorkannya pada orang lain. Baik bukan! Aku suka langit di kota rantauku. Sangat indah dan menenangkan ketika melihatnya. Bagaimana tidak. Pagi hari, dia dilindungi oleh kabut tipis seperti kapas, jika kau keluar kabut itu akan mengenai wajah dan bulu matamu. Siang hari yang cerah, warnanya biru laut kadang sedikit ada awan putih yang bergerak memutari rotasi. Kalau pas hujan, dia berubah menjadi abu-abu pekat, awannya pun sama, kombinasi yang sangat gagah. Sore hari, dia menciptakan senja yang indah bersama matahari, dan pelangi jika ada gerimis. Dan, malam harinya dia hanya gelap jika tak ada bulan tapi tetap saja memesona karena kekosongannya bisa ku taruh cerita-ceritaku disana. Bahagia bukan, aku menciptakan dongengku disini, dongeng yang indah.