Dahulu kala ada seorang gadis pelayan cantik bernama Okiku. Okiku bekerja sebagai seorang pelayan di Kastil Himeji yang sekaligus adalah rumah seorang samurai bernama Aoyama Tessan. Majikannya merupakan seorang yang agak pemarah dan cenderung bertindak dengan kekerasan.
Majikannya ternyata menyukai Okiku. Seringkali ia mendekati Okiku sekaligus menyatakan perasaannya tapi Okiku tidak membalas ungkapan itu sama sekali. Berulang kali, Okiku mengabaikan kehadirannya, serta menolak untuk menikahinya apalagi tidur bersamanya. Demikianlah akhirnya sang majikan pun membuat sebuah rencana agar Okiku bersedia menikah dengannya.
Suatu hari, Okiku ditugasi untuk menjaga sepuluh piring berharga warisan milik keluarga. Piring-piring itu tak ternilai harganya, dan harus dirawat dengan hati-hati. Okiku melakukan tugas itu dengan sangat berhati-hati, ia tak pernah lupa menghitung jumlah piring, jumlahnya ada 10 buah, ia membersihkannya dan membungkusnya.serta menempatkannya satu per satu ke dalam sebuah kotak dan dengan hati-hati pula ia mengangkut benda itu untuk diamankan. Setelah Okiku selesai, ia kembali ke rumah utama untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat itulah majikkannya diam-diam masuk ke dalam ruangan penyimpanan piring dan membuka salah satu kotak yang berisi sepuluh piring berharga itu. Majikannya mengambil satu piring dari dalam kotak lalu menutup dan mengikat kembali kotak itu dengan perlahan, lalu piring itu dibawa ke dalam kamar tidurnya untuk disembunyikan. Beberapa hari kemudian, ketika piring-piring itu hendak dikeluarkan kembali, Okiku menyadari bahwa ada satu piring yang hilang. Okiku, sebagai pelayan yang mengurusi piring-piring tersebut lalu dipanggil. Salah seorang pelayan menceritakan Okiku tentang situasi tersebut bahwa salah satu piring sudah hilang.
Memecahkan atau mehilangkan salah satu piring warisan keluarga tentu saja bukanlah masalah sepele. Jika harus bertanggung jawab maka hukuman bagi Okiku adalah kematian.Karena sangat ketakutan, Okiku berlari ke ruang penyimpanan dan membuka kembali kotak piring lalu memeriksa dan menghitung kembali jumlah piring.
“Satu … dua … tiga … empat … lima … enam … tujuh … delapan … sembilan … Sembilan….Satu, dua, tiga, empat, lima, enam!, tujuh, delapan, sembilan …!”
“sembilan..??! oh tidak mungkin !” Okiku menangis, menghitung piring-piring itu berulang-ulang. Hanya sembilan piring yang ada di hadapannya. Okiku tidak punya pilihan selain meminta bantuan pada majikannya. Dengan tangisan dan tak sanggup menegakkan tubuhnya, ia menceritakan pada majikannya bahwa salah satu piring hilang, dan ia disalahkan karena ia adalah pelayan terakhir yang mengurus piring-piring tersebut.
Majikannya menjelaskan situasi yang gawat ini kepadanya. Hukumannya adalah kematian. Okiku tersendat, tercekat, mengangguk perlahan dalam ketakutannya. Saat itulah sang majikkan mencoba meyakinkannya, bahwa ia bisa membantu Okiku mengatasi masalah itu dan memberikan solusinya tanpa berbasa-basi..yakni..Okiku harus mau menjadi istrinya. Okiku pun terkejut, namun ia tetap terdiam. Namun sekali lagi, ia menolak tawaran sang majikan. Akhirnya sang majikan pun murka, ia membunuh Okiku dengan pedangnya sendiri, lalu melemparkan tubuhnya ke dalam sumur.
Demikianlah akhirnya Okiku terbunuh oleh pedang sang majikan, namun kemudian sesuatu yang aneh terjadi di dasar sumur itu. Saat sang majikan menyeka darah dari pedangnya, ia mendengar hal yang sangat aneh. Air menetes, lembut mengalir jauh, dan suara bergema terdengar dari kedalaman sumur, suara yang merdu namun penuh kedengkian dan kebencian.
“Satu…”
“Dua…”
“Tiga…”
“Empat…”
“Lima…”
“Enam…”
“Tujuh…”
“Delapan…”
“Sembilan…”
Suara itu pun terputus… dalam keheningan. Apakah itu dari dasar sumur ? Suara itu menembus tulang rusuk, terngiang-ngian dalam kepala, dan bergaung sepanjang dalam tubuh sang majikan. Sebuah jeritan mengerikan terdengar di tempat itu. “Tak ada sepuluh…”, kemudian terdengar jeritan mengerikan. Sang majikan menengok kebelakang. Munculah dari dalam sumur, sesosok hantu, hantu onryo. Ya, arwah pendendam seorang wanita, pasif dan tak berdaya dalam hidupnya, mati dengan kekerasan, Okiku berubah menjadi hantu penuh dendam dan kebencian. Okiku bangkit dari kegelapan dan ia menatap mata majikannya, yang bergetar penuh dengan ketakutan.
“Satu … dua … tiga … empat … lima … enam … tujuh … delapan … sembilan …”
Okiku menghantui hampir di setiap malam Aoyama, dengan penuh perasaan ketakutan, bersalah dan hampir gila terhadap penyiksaan hantu Okiku yang menyebabkan iia tidak bisa sedikitpun tidur dengan tenang pada malam hari, iia meminta bantuan warga sekitar, dan warga sekitar menunggu di dekat sumur hingga hantu okiku muncul.Seperti sebelumnya, hantu Okiku sering muncul di sekitar sumur sambil menghitung piring yang menyebabkan hilang nyawanya itu dan ketika ia mencapai hitungan “sembilan”, warga-warga di sekitar berteriak “Sepuluh !”, dan kemudian hantu Okiku pun lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Urban Legen Country
TerrorJANGAN BACA KALAU GAK BRANI ENTAR KE BAWA DALAM MIMPI,MENGISAHKAN TENTANG KISAH HOROR DI SELURUH NEGARA JANGAN LUPA COMENT DAN VOTE KALAU TIDAK NANTI MALAM AKU ADA DI SEBELAHMU YG MENYERUPAI BANTAL GULING YANG KAMU PELUK