chapter 3

361 58 0
                                    

Ketikan kasar pada keyboard, mata sayu, setengah mabuk karena kopi, kepala berdenyut, dan hari-hari lain dariku yang menjadi pekerja kantoran yang stereotype. Sedikit lagi dan mataku pasti akan tertutup.

Namun, semua rasa kantukku terbuang jauh ketika Kim Seokjin yang melayang dengan gaib terbayang dilayar komputerku. Dia mulai mengubah-ubah ekspresinya menjadi ekspresi konyol, yang membuatku memutar mata lagi. Tanggapan yang paling layak didapatkannya adalah dengusan dariku, orang-orang dikubikel lain pasti akan berfikir bahwa aku gila jika aku tertawa dengan diriku sendiri saat bekerja. Mereka mungkin berada dalam keadaan yang sama sepertiku; lelah dan mengantuk.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengikutiku ke tempat bekerja?" Aku mengetik lagi pada keyboardku dan membiarkan dia membacanya. Orang-orang akan berfikir bahwa aku gila jika mereka melihatku bicara dengan diriku sendiri, benar kan?

Tidak mengikutiku ke tempat kerja adalah hal yang sudah aku peringatkan padanya untuk beberapa kali, usahaku hanya akan mendapat penolakan darinya. Dia bersikeras untuk mengikutiku karena dia bilang bahwa dia penasaran pada kehidupanku. Walaupun aku tidak yakin apa yang membuatnya tertarik—toh hidupku sangat datar dan membosankan. Setiap hari hanya mengulangi kegiatan yang sama, melakukan hal-hal yang serupa lagi dan lagi.

"Kenapa? Ini menyenangkan dan lebih baik daripada sendirian dirumah. Selain itu, aku ingin melihat sisi lain dari dirimu. Aku harus mengatakan, kamu terlihat seperti orang pintar saat bekerja!" Jin, untuk pertama kalinya, memberikanku pujian.

Kufikir malam ini blue moon akhirnya akan muncul.

Mengangkat bahu, aku melanjutkan pekerjaanku. Tapi tentu saja, menjadi Kim Seokjin yang sangat menyebalkan, dia dengan 'baik hati' memberiku gangguan seperti bermain dengan rambutku dan menaik-turunkan rambutku seolah-olah dia sedang mengendarai kuda. Lalu dia akan tertawa dengan dirinya, tidak membiarkanku untuk hidup dengan tenang meski sebentar.

"Berhenti! Bagaimana jika orang lain melihat rambutku melayang?" Aku mengetik lagi dan dia akhirnya melepaskan genggamannya pada rambutku, mencibir.

Aku melotot padanya sambil menyisir rambutku yang kusut atas keruwetan yang dia buat, mencoba mengembalikan kerapihanku.

"Mirae-ssi, bagaimana dengan laporannya? Apa kamu sudah menyelesaikannya?" Sebuah suara tiba-tiba memanggil, bersumber pada dinding sebelah kanan kubikelku—milikku terletak diujung ruangan, itu kenapa tidak ada kubikel lagi disebelahku. Hanya dinding.

Aku menoleh ke kanan dan mendapati wajah seniorku, Park Jimin, muncul diantara dinding pemisah. Dia memberikan senyuman khasnya, eye smile yang membuatku melayang.

"S—senior Park," aku bicara dengan gagap, "Saya hampir menyelesaikannya, saya minta maaf atas keterlambatan ini." Aku memintaa maaf, bangkit dari dudukku dan membungkuk.

"Oh, tolong jangan begitu!" Dia melambaikan tangannya didepan dadanya. "Dan tolong panggil aku Jimin saja. Omong-omong, apa yang terjadi dengan rambutmu? Apa kamu bekerja dengan sangat keras hari ini?" Dia bertanya dan aku dengan malu-malu menyentuh rambutku, mengutuk Seokjin karena menciptakan kekacauan ini. Aku yakin akan berurusan dengan hantu ini nanti.

"T—tidak apa-apa," aku menjawab.

Jimin menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Baik. Semoga berhasil," dia berkata sebelum pergi.

Aku tersenyum saat menyaksikan sosoknya yang perlahan lenyap dari pandanganku.

"Oh~ Park Jimin, benarkan?" Dan pertanyaan menggoda itu menghancurkan mimpiku hanya dalam beberapa detik. "Benar-benar moment menakjubkan untuk kusaksikan, sangat menarik," dia menambahkan sambil menyeringai mengejek.

Aku marah dan memutar mata sebelum keluar dari ruangan, memutuskan untuk pergi ke ruang istirahat.

Sungguh, Kim Seokjin, tolong biarkan aku bernafas.

🥀























































Bekasi, 14 April 2018.
8.45 PM.

cmiww, guys!

motherly ghost . ksjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang