Seorang cewek berseragam putih abu-abu berdiri di depan halte sambil menghentak-hentakan kakinya menunggu taksi online yang dipesannya dengan tidak sabar. Kepalanya celingukan ke kanan dan kiri.
"Tau gini tadi gue nyuruh Febi buat jemput gue!" dumelnya.
Tidak lama kemudian ada sebuah bajaj lewat didepannya. Dengan cepat dia menyetop bajaj itu. Dia langsung melompat masuk dan menyuruh bajaj itu menuju ke sekolahnya. Dia menggerutu lalu mengotak atik ponselnya, meng-cancel taksi yang dipesannya tadi. Dia melirik jam tangannya lalu melotot horor.
"Gila! Kenapa tu sekolah masuknya jam tujuh sih?! Kenapa nggak jam sepuluh aja? Bikin gue telat mulu!"
Supir bajaj didepannya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar gerutuan cewek SMA di belakangnya. Supir bajaj itu bahkan terlihat santai mengemudikan bajajnya seperti sangat menikmati semilir angin di pagi itu. Hal itu membuat penumpang dibelakangnya seperti cacing kepanasan.
"Pak! Cepetan donk! Aku udah telat, nih!"
"Kalo mengemudi itu mesti hati-hati. Kalo kata orang jawa sih alon-alon asal kelakon." jawab si sopir bajaj. Yang membuat cewek SMA dibelakangnya melototkan matanya tidak percaya.
"Malah ceramah lagi. Tau gue senam jantung nggak, sih?! Udah pagi-pagi senam badan gini di goyang-goyangin! Eh, malah dapet bonus ceramah gratis," seru cewek itu.
Setelah perdebatan panjang, akhirnya si sopir bajaj langsung ngebut gila-gilaan. Menginjak pedal gasnya keras sementara keringatnya bercucuran membasahi wajahnya.
"Gini kek dari tadi!"
"Ayo, Pak lagi! Yang kenceng! Kalo perlu sampe kita terbang!" seru cewek itu lagi.
Tidak lama kemudian akhirnya mereka sampai di depan SMA ternama di kota ini. SMA Negeri Pancasila. Cewek itu langsung turun dari bajaj. Dia mengulurkan selembar uang lima puluh ribuan lalu berlari menuju gerbang sekolahnya.
"Yah, udah ditutup! Gimana, nih?!"
Dengan kesal cewek itu berlari mengitari sekolah itu sampai di bagian belakang dia berhenti. Senyumnya mengembang melihat dinding sekolah bagian belakangnya yang lebih rendah dari dinding lainnya. Dia memanjat dinding pagar sekolahnya dengan lihai seperti sudah berkali-kali melakukannya dan selalu sukses. Tapi kali ini ada yang berbeda ketika dia sampai diatas dinding, ada sebuah suara yang mengagetkannya.
"Maling!! Ngapain lo?!" tukas seseorang.
Dia beralih meneliti seorang cowok yang berdiri tegap di halaman belakang sekolah. Matanya menatap cowok itu sinis.
Hap!
Dia melompat dari dinding itu dan sukses mendarat. Dia berjalan mendekati cowok itu sambil berkacak pinggang.
"Emang lo siapa berani bentak-bentak gue? Berani ngatain gue maling lagi!" ucapnya bengis dengan nada tinggi tanpa melepaskan tatapannya pada cowok itu. Cowok itu mundur beberapa langkah entah karena kaget atau takut, atau dua-duanya. Beberapa saat kemudian cowok itu maju.
"Gue ketua OSIS disini! Lo nggak kenal gue?!" ucap cowok itu lantang.
Cewek tadi mengalihkan pandangannya ke seragam cowok itu. Dia mendapati badge nama Aji Satya Pradana disana.
"Kapan lo jadi ketua OSIS? Jangan ngaku-ngaku lo!" bentaknya menantang.
"Lo kemaren nggak masuk? Oh, tolol! Pasti siswa macam lo hobby bolos. Iya, kan?!" Senyuman mengejek tersunging di bibir Aji. Membuat cewek didepannya menatap penuh kebencian padanya. Aji melirik badge nama di seragam cewek itu lalu memekik kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Miserable
Teen FictionSekolah adalah hari-hari yang akan kita rindukan di masa yang akan datang. Suara bel yang nyaring, Upacara Bendera, Jam kosong, Teriakan guru, PR Matematika, Kisah kasih di sekolah, semua itu akan menjadi bagian dari hidup yang tidak akan pernah ter...