Tap. Tap. Tap.
Umi berlari semakin cepat. Tapi semangatnya luntur ketika melihat gerbang didepannya sudah tertutup rapat. Tubuhnya melemas. Ia melirik jam tangannya.
"Padahal cuma dua menit." dengusnya kesal.
Matanya beralih pada seorang cowok yang datang tiba-tiba. Dari nafasnya yang ngos-ngosan Umi menebak cowok itu pasti habis berlari sama seperti dirinya, cowok itu juga terlambat.
"Sial! Baru telat dua menit aja, nggak ada toleransi sama sekali!" dumel cowok itu. Cowok itu tidak menyadari keberadaan Umi yang juga berdiri didepan gerbang. Namun sesaat kemudian matanya beralih ke Umi.
"Telat juga?" tanya cowok itu ramah.
Umi mengangguk pelan. Dia tidak begitu ingin akrab dengan cowok disampingnya itu. Karena dia tahu cowok itu kakak kelasnya, dan dia tidak ingin berurusan dengan kakak kelas... lagi.
"Wait! Kayaknya gue kenal lo!" seru cowok itu tiba-tiba. Umi melirik cowok itu tidak berminat. Namun demi kesopanan, dia berusaha tersenyum.
"Umi, kan? Yang kemaren gue denger ngilangin celana kapten basket?! Murid cewek yang di cap badung para guru!" tebak cowok itu berbinar-binar.
Umi mendengus, "Nggak perlu disebutin juga kali. Kenapa jelek semua, sih?!" dumelnya.
"Oh, sorry. Nggak bermaksud menjelek-jelekan. But, gue suka gaya lo! Baru kali ini nemuin cewek sebadung lo!" celetuk cowok itu.
"Sshh... Masih aja dilanjutin," desisnya pelan sambil melirik cowok itu. Umi baru sadar, cowok disampingnya ini lumayan ganteng ralat, ganteng banget dengan wajah bule-nya. Kulitnya putih kemerah-merahan, bola matanya coklat senada dengan warna rambutnya, belum lagi tinggi cowok itu yang membuat dia harus mendongak ketika bicara dengannya.
"Gue William, panggil aja Liam." ucap cowok itu memperkenalkan diri. Mengulurkan tangannya. Umi menyambut uluran tangan Liam lalu tersenyum sekilas.
"Gimana nih caranya kita masuk ke dalam?" tanya Liam sambil menatap gerbang didepannya.
Umi hanya diam, melihat lurus-lurus ke depan. Liam menoleh, menatap Umi penuh harap membuat cewek itu mengernyit risih sekaligus tidak mengerti.
"Apa?"
"Lo kan ahli dalam hal beginian. Pasti ada ide buat masuk ke dalam kan?"
Umi berdecak dalam hati, Ni bule nyebelin juga!
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Miserable
Teen FictionSekolah adalah hari-hari yang akan kita rindukan di masa yang akan datang. Suara bel yang nyaring, Upacara Bendera, Jam kosong, Teriakan guru, PR Matematika, Kisah kasih di sekolah, semua itu akan menjadi bagian dari hidup yang tidak akan pernah ter...