T W O

832 70 70
                                    

NOW PLAYING || HANIN DHIYA - SUATU SAAT NANTI

Kau bertanya apakah ruang untukmu masih ada? Benar, masih ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau bertanya apakah ruang untukmu masih ada? Benar, masih ada. Namun kecewa tlah mengubah segalanya.

"Ini bang," Aku menyerahkan satu lembar uang Lima ribuan dan melangkah pergi meninggalkan angkot tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini bang," Aku menyerahkan satu lembar uang Lima ribuan dan melangkah pergi meninggalkan angkot tersebut.

Langkahku terus melaju melewati gerbang sekolah yang telah di ramaikan oleh beberapa siswa lainnya.

Tak terasa, sudah hampir 3 tahun aku bersekolah disini. Banyak kenangan yang sudah ku lalui. Salah satunya kenangan bersama Rafa. Sakit jika aku mengingatnya, namun tetap sulit untuk aku melupakannya.

Jika ada obat untuk melupakan seseorang, mungkin aku sudah memborongnya.

Aku mempercepat langkahku, namun terhenti begitu Rafa berdiri di hadapanku dan menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.

Selama ini aku selalu menjauh dan menghindar darinya. Namun, mau sejauh apapun aku menghindar, aku akan selalu bertemu dengannya.

Karena perlu kalian tahu, aku satu kelas dengannya. Bisa kalian bayangkan bagaimana sulitnya aku untuk melupakannya.

Bagaimana bisa melupakan? Jika setiap hari selalu bertemu.

Setiap mata kami bertemu, aku selalu membuang tatapanku. Dan setiap kali ia mendekat, aku selalu saja menjauh. Namun untuk kali ini, sepertinya aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tanganku di tahan olehnya. Aku mencoba melepaskan tangannya dari tanganku, namun dia semakin memperkuatnya.

Aku menghela napas panjang, "Raf, bisa gak, lepasin tangan aku?!" ucapku dengan nada yang meninggi.

Rafa menggeleng, "Aku gak akan lepasin, sebelum kamu dengerin penjelasan aku dan maafin aku, Na."

"Apa kamu butuh banget kata maaf?" ucapku dan di anggukinya, "kalau gitu, aku maafin. Sekarang kamu lepasin tanganku dan biarin aku pergi."

"Tapi Na, aku mau kita kaya dulu lagi," ujar Rafa yang membuat mataku melebar.

Started Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang