ANAK KOS

203 3 1
                                    


"Fuih, akhirnya sampai juga." Kata Nelly sambil menghembuskan napas leganya. Wajahnya terlihat sedikit pucat karena kelelahan. Keringatnya sudah membanjiri seluruh tubuhnya yang menjulang tinggi itu. Untung saja rambut panjangnya ia ikat ekor kuda, paling tidak sedikit menjadi tidak sepanas jika rambutnya digerai. Yah, walaupun saat ini ikatan rambutnya sudah acak-acakan.

Hari ini Nelly sedang sibuk sekali membantu Pak Sopir menurunkan barang-barangnya dari pick up yang telah ia sewa.

Hari ini adalah hari pindahan Nelly ke kos barunya. Merasa bosan dengan pemandangan kamar kos lamanya, dia pun memutuskan untuk pindah kos.

Layaknya kebanyakan wanita rempong di luar sana, barang bawaan Nelly pun tidak bisa dikatakan sedikit. Pak Sopir pemilik pick up yang disewanya sampai geleng-geleng dan terlihat kelelahan menurunkan barang-barangnya. Ada kardus yang berisi kumpulan aneka jenis sepatu, dari mulai sepatu cat, sepatu jogging, sepatu tennis, sepatu santai, sepatu sandal, sandal biasa, sandal untuk di dalam kamar, sandal untuk pergi resmi, sandal tidak resmi, dan sebagainya.

Setelah selesai menurunkan barang, Pak Sopir pick up pergi meninggalkannya di depan sebuah rumah kos yang tergolong besar dan disinilah titik awal perjuangannya dalam membawa semua barang bawaan ke dalam kamar. Apalagi, dia memilih kamar di lantai 2. Benar-benar penuh tantangan.

Meskipun kos baru Nelly memiliki bangunan yang bukan merupakan bangunan baru, tetapi dia sudah jatuh cinta dengan suasana di dalam kamarnya yang ala-ala vintage, suasana lingkungannya yang sepi, dan harga yang tergolong murah cuma Rp 300.000 per bulan. Terlihat beberapa bagian cat di dinding rumah kos itu terkelupas dan kusam.

"But, that's fine. I don't sleep outside, so why I care?" Pikirnya saat pertama kali berkunjung melihat kos barunya.

Nelly melangkahkan kakinya mendekati pintu masuk rumah kos. Pintu berwarna cokelat tua yang cukup kusam itu tertutup rapat. "Aneh, padahal ini masih siang, kenapa pintunya tertutup rapat ya?" Tanyanya dalam hati. "Mungkin demi keamanan." Sambil mengangkat kedua bahunya, Nelly berusaha menjawab sendiri pertanyaan yang ada di kepalanya.

Satu ketuk, tidak ada jawaban. Dua ketuk, tiga ketuk, kembali tidak ada jawaban. Nelly menghela napas panjang, tanda kesal yang bercampur dengan rasa lelah karena menurunkan barang tadi. Dia pun akhirnya duduk di tangga dekat pintu masuk untuk mengistirahatkan kakinya yang sudah mulai terasa lemas.

KREEKKKKKK...

Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah kos tersebut terbuka. Mendengar itu, Nelly langsung menolehkan kepalanya ke arah suara pintu.

"Eh adek, mamahnya ada?" Tanya Nelly ketika sepasang matanya menatap seorang anak berumur 7 tahun yang berdiri di depan pintu.

Anak itu menggelengkan kepalanya. "Mama lagi pergi kak. Kakak mau ngekos ya?" Tanya anak itu dengan suara lemah lembut. Rambutnya yang hitam dan kulitnya yang putih pucat membuat rupanya tampak manis.

"Yauda, kakak boleh masuk? Kemarin sudah pilih kamar kok, ini mau naruh barang di sana. Boleh?" Tanya Nelly dengan wajah penuh senyum. Dia khawatir kalau menampilkan wajah kusutnya, nanti anak itu justru akan lari ketakutan. Anak itu mendadak jadi pendiam. Dia hanya mengangguk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Nelly. "Apa keringatku bau ya?" Batin Nelly kebingungan sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Selesai memindahkan barang-barang ke kamar barunya, Nelly akhirnya meletakkan tubuhnya untuk bersantai di atas kasur. Baru saja dia akan memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

TOKK...TOKK...TOKK


Kira-kira ada yang bisa nebak gak siapa yang mengetuk pintu?

Saksikan episode selanjutnya ya ^_^

Jangan lupa like, share, dan komen

Akan ada giveaway juga lho kalo rame ^_^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dark NightWhere stories live. Discover now