Gadis itu terbangun tepat jam lima subuh dengan tubuh yang sedikit pegal akibat tertidur di sofa. ia menarik sebuah pakaian yang ada di atas tubuhnya. Berusaha mengingat jaket tersebut.
Kayaknya ini jaket Zillo semalam, kok tinggal di sini?
From:Clara
Jaket kamu kayaknya ketinggalan di rumah aku deh, nanti aku antar ke Cafe.
Setelah mengirim SMS, Clara bersiap untuk memulai harinya, hari terakhir di SMA N 4 Serang.
6.15
Ia siap untuk berangkat ke sekolah
"Da~ah Milly, jaga rumah selagi aku pergi ya..."
Ia mengunci rapat rapat pintu rumahnya.Tentu saja jalan masih sepi saat itu, ia memasang earphone ke telinganya dengan volume yang cukup keras, Clara sangat menyukai musik dan suaranya juga tidak buruk untuk didengar. Baginya musik bisa membantu menjalani kehidupannya yang cukup berat.
Langkah gadis itu terhenti ketika ia melihat seorang pria berdiri tepat di depannya, ia melepas earphone yang ia pasang. Sedikit mendongak berusaha melihat siapa pria itu.
"Ohhh, ternyata jam segini kamu pergi ke sekolah. Kamu tukang buka gerbang sekolah ya?" Lagi lagi itu Rendy, pria yang tidak pernah berhenti mengusik hari Clara. Rendy menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman manis untuk gadis di hadapannya.
Tentu saja Clara tidak menjawab pertanyaan bodoh itu, ia meneruskan langkahnya dan kembali memasang earphone-nya.
Pria itu melepas satu aerphone yang menempel di telinga Clara, namun gadis itu tak memperdulikannya, ia meneruskan langkahnya dengan satu earphone yang masih menempel di telinganya.
"Gak penasaran gitu kenapa aku pagi pagi nungguin kamu?" Kata Rendy sambil terus mengikuti Clara dari belakang.
"Nggak." Jawab gadis itu singkat.
"Oke, jadi aku ngikutin kamu karna ini hari terakhir kamu di sekolah, mangkanya aku pengen bisa liat kamu lebih lama. Lamaaa bangeett, dari pagi sampe sore pokoknya." Jelas pria itu.
"Jangan kasih tau siapa siapa." Kata Clara tidak perduli dengan ucapan Rendy barusan.
"Apanya?" Tanya Rendy yang tak mengerti maksud gadis itu.
"Tentang aku pindah sekolah."
"Yah, aku udah bilang ke temanku yang lain, kamu telat sih ngomongnya." Kata Rendy
"Oh, yaudah." Jawab Clara singkat, tentu saja gadis itu kesal mendengarnya, namun ia berusaha menutupi ekspresi kesalnya.
"Udah gitu aja? kamu gak marah?" Tanya Rendy yang bingung melihat balasan dari gadis itu, padahal kemarin dia sampai minta tolong ke guru untuk merahasiakan kepindahannya, tapi sekarang dia seperti tidak peduli.
"Nggak." Jawab gadis itu singkat.
"Kamu diet ngomong ya? singkat banget jawabnya."
Clara memasang kedua earphone, tak peduli dengan pertanyaan yang baru saja Rendy lontarkan padanya, ia mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke sekolah dan menjauh dari pria yang terus terusan mengikutinya dari belakang.
"Sitip tu cewek marah" Kata Rendy, tentu saja Clara tidak mendengarnya karna volume earphone yang cukup keras
"Anak cewek kalo marah memang gitu ya? ngomong nya irit"
"Aiissh! Rendy bego" Katanya pada diri sendiri
"Clara" panggilnya cukup keras
"CLARA"
"Buset, ga denger dia?"
"CLA! RA!" Kali ini gadis itu dengar, ia melepas earphone yang menempel di kedua telinganya.
"Ya deh aku minta maaf, aku janji mereka gak bakalan bocorin ke siapapun" kata pria itu sembari memandangi punggung gadis itu, karna dari tadi Clara tidak berbalik ke belakang.
"Tapi, sebagai gantinya..." tambah Rendy
"Setelah pulang sekolah kita jalan jalan" Kini Rendy mulai tak sadar diri
Tentu saja Clara tidak memperdulikan ucapan pria itu, ia terus berjalan. Ketika ia hendak memasang kembali earphone-nya Rendy langsung menahan tangan gadis itu.
"Gak capek ya pa lepas pasang earphone terus?"
"Emang ada hal penting yang harus aku dengar?" Kata Clara yang. cukup membuat Rendy terdiam
Berarti dari tadi yang gue ucapin gak penting? :')
gak papa Rendy mah strongRendy sempat terdiam beberapa saat, akhirnya otak liciknya pun bekerja
"Kalo Tara tau kamu gak mau ngasih tau dia soal kamu pindah sekolah, itu penting gak? keknya penting sih ya"
Ancam sekali dua kali gak papa ye kan
"Kira kira reaksi Tara gimana ya? kalo menurut kamu gimana reaksi dia?" Tanya Rendy dengan senyuman lebar di wajahnya
Clara terdiam, tentu saja ucapan Rendy cukup membuatnya terkejut
"Kamu gak bakal kasih tau dia" kata Clara
"Hmm gimana ya? aku beli tiket bioskop 2, mau satu?" Kata Rendy dengan senyuman yang setia menghiasi wajahnya
Clara masih diam, tentu saja ia paham maksud Rendy, dan tentu saja ia tidak mau menemani pria itu untuk nonton.
"Cuma nonton doang kok"
"Bentar cuma"
"Eh, sekalian makan juga deh"
Kini Rendy makin tak sadar diri
"Jangan sampai Tara tau" jawab gadis itu singkat
"Jadi mau nih?" Tanya Rendy untuk meyakinkan jawaban gadis itu
"Kalo sampai Tara tau, gak jadi" Sambung Clara
"Buset! jadi intinya mau apa nggak?" Tanya Rendy yang tak paham dengan jawaban Clara
"Iya, aku mau nemenin kamu jalan jalan" Jelas Clara
"Yess!" Kata Rendy sambil melipat tangan kanannya membentuk sudut 35°
"Jadinya kapan nih? Aku bisa kapanpun" Kata pria itu penuh semangat
"Nanti, setelah pulang sekolah" Jawab gadis itu
"Ya udah deh kalo kamu maksa, aku mah bisa apa atuh" Kata Rendy tak tahu diri
Clara melanjutkan langkahnya menuju sekolah, dan Rendy masih setia untuk mengikutinya dari belakang
"Maaf jika terkesan memaksa, tapi aku tak punya cara lain, aku begitu menyukaimu. Menyukaimu cukup membuatku menjadi orang bodoh, tapi lihat lah, kini aku punya bakat dalam hal mengancam"
* * *
Clara kini telah sampai di kelasnya, karna perjalanan yang mengalami hambatan, kelas yang biasanya sepi saat Clara sampain kini telah diisi oleh beberpa orang
Tara sudah datang, ia duduk di bangkunya, ia melihat Clara yang datang bersamaan dengan Rendy pun sedikit heran
"Kalian datang barengan?" Tanya Tara kepada ke duanya
"Iya dong, kita mah udah janjian dari kemarin kemarin. Liat aja, bentar lagi lo dapat pj dari gue sama Clara" Jawab Rendy ngaco
"Bangun hoi, udah pagi" Sambung Tara singkat namun menyakitkan
Clara tersenyum melihat kelakuan Tara dan Rendy. Terkadang lucu melihat kelakuan mereka berdua yang selalu bertengkar ketika bertemu.
* * *TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
solitude
Teen Fiction"Maaf jika aku mempersulit hidupmu mengganggumu, mengusik ketenanganmu, bahkan ikut campur urusanmu. Aku akan berhenti jika aku bisa, tapi sayangnya aku tak bisa. Putri es? Tidak, kamu terlalu lembut untuk itu. Bagiku kamu adalah keajaiban yang sela...