Part 1 (I just moved)

12 1 0
                                    

Patah hati bukanlah hal buruk.
Kita bisa belajar banyak hal dari sana.
Segala yang membuat kita kecewa tak perlu disesali, tetapi hanya harus dipelajari.

Bukankah mencintai seseorang merupakan hal yang wajar bagi semua orang?

Bukankah kecewa pada seseorang pun merupakan hal yang lumrah?

Karena kecewa itu datang saat kita sangat berharap terhadap sesuatu apapun itu.

-Na Young POV

Awan cerah.

Matahari terik.

Suhu naik.

Panass.

" Hhhah~" Aku menghela napas sambil menepis keningku yang di banjiri oleh keringat.

Rasanya aku ingin mandi. Gerah sekali.

Sepertinya satu kaleng soda bisa menyegarkan tenggorokanku. Aku mengambil sodaku di lemari pendingin dan duduk di bawah pohon nan rindang. Angin semilir menerpa kulit berkeringatku membuat, ahh segar sekali.

"Apa kau hanya diam saja di situ?" Pekik lelaki dengan kumis tipis sambil menyernyitkan dahinya, mungkin karena silau.

Kim Na Young, begitu namaku. Aku hanya gadis 19 tahun yang baru saja lulus SMA.
Selama aku menunggu masa kuliah ku, aku membantu paman dan bibiku di kebunnya. Sebenarnya ada alasan lain aku datang ke sini, karena suatu masalah. Mungkin bisa dibilang aku pengecut, karena aku lari dari masalahku sendiri.

Di sini udaranya sejuk. Pikiranku tidak lagi mengamuk, melihat hamparan tanah yang luas dan panorama yang indah membuat mataku leluasa bergerak ke sana kemari melirik ini dan itu.

Ahh

Aku memang sangat menyukai alam.

Tapi hatiku agak sedih mengingat ini hari terakhirku di sini. Besok aku harus kembali lagi ke Seoul. Terlebih jika aku kembali mengingat keonaran yang aku sendiri penyebabnya.

Lamunanku buyar melihat bibi yang sudah separuh baya mengangkat ember berat seorang diri.

" Bibi, biar aku saja. " kataku, sambil merebut ember berisi air yang sedang bibiku bawa.

" Hati-hati ini sangat berat. "
Aku menampakkan senyum clingku, tanda aku kuat.

Bibi dan pamanku sudah cukup tua, dan tidak ada yang membantu mereka di sini.

" Apa kamu tidak lelah siang malam setiap hari membantu bibi? " Aku tertegun mendengar pertanyaannya barusan. Aku hanya menggelengkan kepala mendengarnya.

" Lihatlah kulitmu yang tadinya putih bersih kini mulai kusam dan kering. Kau kan mau kuliah, sebaiknya rawatlah dirimu. " Bibi mengelus lenganku lembut.

" Ah itu si gampang, kan aku sudah cantik dari lahir. " Kataku percaya diri.

" Bibi membelikan banyak oleh-oleh. "

" Padahal kau tidak perlu melakukan itu. "

" Kau anak yang manis. " puji bibi sambil mencolek daguku.

***

Aku sudah tiba di Airport.
Aku sedikit jengkel.
Kenapa paman mengantarkan aku ke airport pagi-pagi buta begini?
Mengingat jam penerbanganku masih 2 jam lagi.
Aku kan masih mengantuk.

Don'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang