BAB 1

50 24 6
                                    


"Saya mau" ucap laki-laki di sebelah Zeeba. Zeeba pun langsung menoleh ke arah laki-laki yang duduk di sebelahnya itu. "Itu Bagas saja sudah mau, kamu mau tidak ikut dalam lomba ini?" tanya Bu Sari pada Zeeba. Zeeba kembali menolehkan pandangannya pada Bu Sari. "Mmm, saya ikut deh Bu" putus Zeeba. Ia memutuskan untuk ikut dalam lomba tersebut. "Okee, karna kalian sudah sepakat untuk menjadi perwakilan sekolah, saya mengucapkan terima kasih" ucap Bu Sari. "Oh iya, ini kunci ruang tari, kalian bisa memakainya sementara ini untuk latihan" Bu Sari memberikan kunci tersebut kepada Bagas. " Kalian boleh keluar" tambah Bu Sari. "Makasih Bu" ucap Zeeba dan Bagas bersamaan. Mereka pun bersalaman terlebih dahulu kepada Bu Sari sebelum keluar ruangan.

Di luar ruangan mereka hanya diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Suasana canggung menyelimuti mereka. "Mmm" ucap Zeeba bingung untuk berbicara apa. "Nama gue Bagas Setyo Wicaksono, lo bisa panggil Bagas" sahut Bagas sambil menyrahkan tangannya. Akhirnya Bagas memulai pembicaraan antara mereka. "Zeeba Ceara Azkia, panggil aja Zeeba kalau ngga Zizi" sahut Zeeba sambil menyambut uluran tangan dari Bagas. Setelah perkenalan singkat tersebut suasana canggung kembali menyelimuti diri mereka. Mereka kembali diam di depan ruang guru tersebut. Tidak ada yang mengeluarkan suara atau melangkahkan kakinya pergi dari tempat tersebut.

"Lo kelas apa?" tanya Zeeba

"Kelas 11 IPS 2. Lo?"

"Kelas 11 IPA 2, makanya gue jarang liat lo ya, ternyata lo anak IPS"

"Ya gituu, balik yuk"

"Balik? Kan arah kelas lo sama kelas gue kan beda"

"Ya gapapa, gue anterin"

"Mmm, oke deh. Yuk"

Zeeba dan Bagas berjalan menuju koridor kelas 11 IPA 2. Di tengah perjalan menuju ke kelas Zeeba tersebut mereka mengisinya dengan mengobrol. Mereka bercanda bersama, sesekali mereka tertawa jika ada celetukan yang dianggap oleh mereka lucu. Mereka juga membicarakan perihal latihan mereka. Mereka pun memutuskan untuk memulai latihan pulang sekolah nanti.

"Makasih ya Gas. Lo jadi harus jalan jauh ke sini" ucap Zeeba sesampainya di depan kelasnya

"Nyantai aja kali. Itung-itung olah raga, lagian gue juga kan jarang jalan ke koridor anak IPA"

"Gue duluan yaa"

"Okee" ucap Bagas sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Ehh Ziii, jangan lupa nanti mulai latihan" teriak Bagas

Zeeba yang mendengar teriakan tersebut pun mengacungkan ibu jarinya.

Zeeba pun memasuki kelasnya. Ia kembali duduk pada tempas duduknya. Ia pun memejamkan matanya di atas meja. Tiba-tiba ada yang menggoyangkan badanya dari arah samping dan belakang ia duduk. "Apaan siih, ganggu deh" sahut Zeeba sedikit kesal karena tingkah orang yang ada di samping dan belakangnya yang ia tau siapa orang tersebut. Mau tidak mau ia pun bangun. "Orang mau nanya juga, sensi amat" sahut Mira yang tidak terima dengan jawaban Zeeba. Ia pun memilih untuk kembali duduk di kursinya. "Tadi dipanggil kenapa Zi?" kali ini giliran Winna yang bertanya pada Zeeba. Matanya menatap Zeeba lekat. Mira hanya diam saja mendengarkan pebicaraan antara Zeeba dan Winna. Ia masih kesal karena bentakan Zeeba. "Oh tadi... Tadi tu dipanggil sama Bu Sari, katanya sihh disuruh jadi perwakilan sekolah di lomba dance" jawab Zeeba.

"Oke anak-anak, buka buku paket halaman 54" suara Pak Dani menghentikan pembicaraan Zeeba dan sahabatnya itu. Mereka mengeluarkan buku paket mereka dan membuka halaman yang sudah dikatakan Pak Dani tadi. Pak Dani mulai menjelaskan materi yang akan beliau ajarkan. Mereka pun memperhatikan penjelasan Pak Dani dengan serius walaupun hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

***

"Teeeet....Teeeet...Teeet...."

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Zeeba membereskan buku yang ada di mejanya dan dimasukkan ke dalam tas. Sahabat-sahabatnya sudah keluar terlebih dahulu.

"Ziii ada yang nyari" teriak Mira dari pintu kelas. "Iyaa bentar" sahut Zeeba dengan teriakan juga. Zeeba cepat-cepat memasukkan semua bukunya ke dalam tas dan berjalan keluar kelas menemui orang yang mencarinya. Ia sudah tahu siapa orang yang mencarinya itu. Ia tidak lupa akan janjinya tadi pagi.

"Mau latihan di mana Gas?" tanya Zeeba pada Bagas.

"Di ruang tari aja gimana?"

"Emang udah minta kuncinya?"

"Belom, sekalian aja minta kunci trus langsung latihan"

"Ya udah yuk"

Akhirnya Zeeba dan Bagas pun pergi ke ruangan Bu Sari untuk meminta kunci ruang tari. Mereka pun sesekali berbincang dan bercanda tentang apapun yang terlintas di pikiran mereka. Sesampainya di ruangan Bu Sari mereka pun langsung meminta izin untuk meminjam ruang tari. Bu Sari memperbolehkan mereka untuk menggunakan runag tari sebagai tempat mereka latihan. Beliau menyerahkan kunci tersebut kepada mereka. "Inget yaa, kunci jangan sampe ilang. Kalian boleh pake ruang tari kurang lebih sampai lomba selesai" peringat Bu Sari kepada Zeeba dan Bagas. Mereka pun mengiyakan peringatan Bu Sari tersebut. Setelahnya mereka pun berterimakasih dan pamit untuk langsung latihan.

Mereka menyusuri beberapa koridor untuk sampai ke ruang tari. Banyak murid yang masih berada di sekolah mulai dari kelas 10,11, dan 12. Kebanyakan murid yang masih tinggal di sana adalah murid-murid yang masih mengikuti kegiatan eksul.

***

Selang beberapa menit mereka pun sampai di ruang tari. Zeeba masuk terlebih dahulu, disusul oleh Bagas.

"Zi, gue boleh liat dance lo ga? Sekalian mau nyesuaiin gerakan dance lo sama gerakan gue. Ntar gantian deh" pinta Bagas kepada Zeeba."Boleh" Zeeba menerima permintaan Bagas."Bentar gue hidupin musik dulu," ucap Bagas.

Zeeba mulai meliukkan badannya sesuai irama musik yang diberikan Bagas. Ia larut dalam alunan musik tersebut. Ia seperti tak perduli dengan keadaan di sekitarnya. Memang begitulah Zeeba jika sudah terlarut dalam sebuah irama musik. Dalam tariannya itu ia dapat meluapkan semua perasaan yang dirasakannya. 


****

Jangan lupa baca terus dan vomen ya :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang