06 ~ Family

29 27 8
                                    

Happy Reading:)

•••

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Masuk Om, kak Gish." Cika mempersilakan Ahmad dan Gisha memasuki rumahnya.

Tak berselang lama dari Cika mempersilakan Ahmad dan Gisha masuk, Meri keluar dari arah dalam rumah. "Loh ada tamu toh. Ini nak Gisha 'kan?"

"Iya Budhe." Jawab Gisha singkat.

"Loh ini siapa?" Tanya Meri.

Merasa hadirnya dipertanyakan, Ahmad maju untuk menyalami tangan Meri.

"Perkenalkan saya papanya Gisha, Ahmad." Ucap Ahmad sembari tersenyum kecil.

"Oh iya pak, duduk dulu. Maaf gak ada kursinya jadi lesehan." Meri mempersilakan Ahmad dan Gisha untuk duduk dahulu.

Setelah itu Meri izin untuk mengambil minum dan makanan ringan. Tak berselang lama Joni, ayah Yaksha dan Cika, memasuki rumah sembari mengucapkan salam. Menyadari bahwa ada tamu, Joni menyalami tangan Ahmad. Pun Ahmad memperkenalkan dirinya lagi. Ahmad dan Joni berbincang-bincang. Sedangkan Gisha hanya bisa memainkan HP-nya dengan bosan karena Cika yang entah sudah pergi kemana.

"Mari silahkan diminum dan dimakan pak, nak Gish. Maaf ya adanya gini." Meri menyuguhkan minuman dan makanan ringan.

"Gak usah repot-repot Bu." Ucap Ahmad.

"Udah gapapa pak. Silahkan di minum tehnya." Joni mendekatkan lagi teh yang di suguhkan Meri ke arah Ahmad dan Gisha.

Pun Ahmad meminum sedikit teh yang di buatkan oleh Meri. Begitu juga Gisha. Setelah itu Ahmad mulai membahas tujuannya datang ke rumah Joni atau keluarga Cika.

"Maaf sebelumnya kalau saya tiba-tiba datang kesini tanpa memberitahu dahulu." Ucap Ahmad mengawali obrolan.

"Iya gapapa pak. Kami malah senang kedatangan tamu." Ucap Joni.

"Sebenarnya saya kemari ada maksud tertentu."

Gisha diam hanya menjadi pendengar.

"Kalau boleh tau, apa maksudnya pak?" Joni dan Meri kebingungan dengan perkataan Ahmad.

"Saya dengar dari anak saya yang tak lain Gisha, cerita tentang anak bapak, Cika. Cika waktu menginap di rumah saya bercerita kepada Gisha tentang kondisi ekonomi keluarganya. Bukan maksud saya merendahkan, hanya saja saya cukup tersentuh mendengarnya. Cika bercerita bahwa ia kasihan kepada orang tua dan kakaknya yang bisa dibilang cukup kesusahan dengan biaya sekolah dan ditambah Cika mau lulus sekolah dan harus melanjutkan ke SMP, pasti membutuhkan pengeluaran yang lebih besar lagi." Ahmad menghela nafas sejenak dan melanjutkan lagi penjelasannya.

"Pada waktu itu saya tidak tau kenapa Gisha bercerita tentang kondisi keluarga bapak kepada saya. Setelah itu, Gisha mengajukan permintaan yang saya tidak percaya terlontar dari mulutnya. Saya berpikir betapa beruntungnya saya mendapat anak seperti Gisha. Gisha bisa kamu sampaikan maksud kedatangan kita kepada bapak Joni dan ibu Meri."

Mendengar itu Gisha sontak menatap papanya. Ia gugup karena takut niat baiknya dianggap merendahkan keluarga Joni. Dengan meneguhkan hati, ia menggenggam tangan Meri.

"Budhe izinkan saya dan papa saya membantu biaya sekolah Cika. Saya memang baru kenal dengan Cika, tetapi saya tau kalau Cika anaknya baik. Begitu juga dengan keluarga Budhe." Gisha menghela nafas lega telah menyelesaikan tujuan dari datangnya ia dan Ahmad ke sini.

Joni tersenyum paksa. "Maaf ya pak Ahmad dan nak Gisha. Saya masih bisa membiayai sekolah anak-anak saya, bukan maksud saya sombong. Saya mengakui bila cukup kesusahan dengan biaya sekolah, tetapi masalah itu tidak bisa menjadi penghalang bagi saya untuk mensejahterakan keluarga saya, karena itu sudah jadi tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga. Bapak pasti tau maksud saya."

Imperfect Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang