09 ~ Pedekate

9 3 0
                                    

Happy reading 💜

•••

Yaksha merasa lega setelah mengucapkan terima kasih kepada Gisha. Ternyata Gisha tak seburuk yang ia kira. Memang kita tidak bisa menilai seseorang dari luarnya, langsung men- judge tanpa tahu dahulu. Ia menjadi penasaran dengan Gisha. Kehidupannya yang serba mewah tak menjadikannya sombong. Kebanyakan teman-temannya begitu. Kaya berteman dengan kaya, miskin berteman dengan miskin, miris memang. Entah kenapa, Yaksha mulai tertarik dengan kehidupan Gisha. Ia ingin mengenal lebih jauh.

"Apa iya gue chat langsung?" Monolog Yaksha kepada diri sendiri.

"Tapi ngomongin apa coba. Ok! Saatnya lo mikir Yak!" Konsentrasinya pecah karena dering alarm di HP-nya berbunyi.

"Ah! Gue harus kerja." Decak sebal Yaksha.

Baru pertama kali, setelah ia memutuskan bekerja, ia merasa malas. Namun, ia tetap bersiap-siap untuk pergi. Yaksha segera bergegas keluar dan pamitan pada ibunya yang sedang menonton TV.

"Bu, mau berangkat ke Cafe dulu." Pamitnya.

"Iya hati-hati, nak."

Jarak cafe dari rumahnya memakan waktu kurang lebih 10 menit. Jika pergi menggunakan sepeda motor hanya perlu 3-5 menit.

Setelah sampai, ia langsung pergi ke ruang ganti. Terlihat suasana cafe sedang ramai-ramainya. Ia menyapa Mbak Indah, penjaga kasir.

"Oh udah datang Yak. Buru gih bantu Mas Heru dan yang lain. Mereka kewalahan, pengunjung banyak banget hari ini." Ucap Mbak Indah.

Yaksha segera pergi ke dapur.
"Malam semua, maaf baru sampai." Sapanya.

"Yak ini lo anterin ke nomor 5, terus yang milkshake sama cake ke nomor 15."

"Siap!"

Yaksha segera mengantarkannya.

"Misi, ini nasi goreng seafood dan nasi jamurnya. Untuk nomornya saya ambil ya kak." Ucap Yaksha kepada pelanggan meja nomor 5.

"Tapi minumnya belum datang, mas! Kok udah mau di ambil nomornya." Protes cewek berbaju hijau.

"Oh maaf, nanti saya kembali lagi. Sekali lagi maaf ya kak." Ucap Yaksha memohon maaf.

Yaksha berjalan lagi untuk mengantar ke nomor 15.

"Misi, ini milkshake strawberry 2, milkshake Oreo 2 dan cheesecake-nya kak. Untuk nomor pesanannya, saya ambil ya. Selamat menikmati."

"Tunggu! Lo Yaksha kan?" Tanya cewek meja nomor 15 tersebut.

Yaksha memandang heran. "Iya, ada yang bisa saya bantu kak?"

"Lo anak IPA 3 kan? Lo ngapain di sini?" Tanya cewek tersebut yang ternyata adalah Aurel. Ia sedang menunggu teman-temannya. Alias Gisha, Dilla, dan Rossie.

"Iya, ada apa ya mbak? Kok bisa kenal saya."

"Ya gak ada apa-apa sih. Cuman kaget lihat lo disini. Sebenarnya gue gak begitu kenal lo. Tau lo karena sering lihat di kantin budhe Meri." Jelas Aurel singkat.

"Oh gitu. Iya gue lagi kerja disini. Ya udah, gue lanjut kerja lagi mbak." Ucap Yaksha.

Aurel menatap kepergian Yaksha yang terburu-buru. Hingga tak menyadari bahwa Dilla dan Rossie sudah datang. Ia kaget ketika di tepuk oleh Dilla yang duduk di sebelahnya.

"Lo kapan datang? Kaget gue tiba-tiba nongol." Tanya Aurel.

"Lo lagi ngeliatin apa sih? Sampe gak tau kita datang." Bukannya menjawab, Dilla balik bertanya sembari mengikuti arah pandangan Aurel tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imperfect Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang