Chapter 1 Bukan Pertemuan Pertama

32 1 0
                                    


"Suci ?" tanyanya sedikit bingung

"ya," jawabku dengan tersenyum.

"kamu asal dari mana emang ?"

"Aku dari Bantul, kamu ?"

"Aku Depok"

"Depok Jawab Barat. Sleman, atau Pantai ? Ahahahha"

Tanpa menjawab dia tersenyum penuh arti. Tak perlu dijawab pun sebenarnya aku tahu, nggak mungkin muka macam dia Jawa. Sundanya keliatan banget dari caranya berbicara. Hahaha sebenarnya aku hanya ingin lebih banyak berbincang dengannya. Pertemuan yang tak singkat di bimbingan belajar tempat kami mengerjakan program kerja. Yah. Aku dan dia. Ups, sorry, kenalkan, namaku suci dan dia Febri. Kami merupakan mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Dusun Mertelu, Mertelu, Gedangsari Gunung Kidul.

Kampus kami rupanya bersahabat sehingga kami ditempatkan di dusun yang sama. Ahh sudah, ini hanya leluconku saja. Febri dan kesembilan temannya yang laki semua berasal dari sebuah Universitas Pembangunan di Yogyakarta. Sedangkan aku dan kedelapan temanku berasal dari sebuah Universitas Negeri Islam di Yogyakarta. Sampai di sini dulu perkenalanku.

"Kamu bisa bahasa jawa mas ?" tanyaku pada Febri.

"Iso",

"siji tambah siji?" aku mencoba mengetes kemampuannya berbahasa jawa.

"loro" jawabnya dengan nada Sundanya.

Seketika itu juga kami tertawa. Di bimbelan tak hanya ada aku dan Febri. Dio, dio ini merupakan ketua KKN dari kelompok Febri. Orangnya besar, tinggi, care, humble, dan paling seru itu ya dia kadang sedikit agak melambai, but I think, this just a "gimik" biar suasana lebih seru. Rambutnya sedikit mengombak dengan poni yang kadang-kadang sedikit dilempar-lempar olehnya. Sumpah jangan dibayangin.

Ada Laily, nah kalau laily ini adalah temen kelompokku. Ketua kelompokku, jujur sorry lel kalau gue harus bilang elu alay. Ahahaha. Pokoknya bayangin mahasiswi alay aja kalau kamu ingin tahu tentang dia.

Bu dukuh, nah kalau bu Dukuh ini suaminya Pak Dukuh, eh krik.. krik banget yeee. Namanya Ibu Suranti, masih muda coy untuk ukuran dukuh, baru 28 tahun. Ya Allah, beda 6 tahun doank sama eyke. Alhamdulillahnya, beliau menerima kami dengan baik di sini dan mendukung seluruh program kerja yang kami susun.

Tak lama berselang

"Suci, Laily, kita pamit ke posko dulu ya" ucap Dio

"Iya, hati-hati." Jawab kami serempak.

***

Ahh, sumpah ya, bukannya Febri itu yang waktu itu aku lihat di Posko mereka dan nggak mau salaman sama aku. Keknya waktu itu agak gondrong deh ya, keknya dia yang waktu itu ngeliatin doank tanpa senyum. Kenya dia manusia yang pernah aku nilai paling songong di dunia itu deh. Dan Tuhan, hari ini dia bagaikan malaikat, baik banget nget, ramah. Ah ngomongin apa sih ya ? Mungkin dia baik sama semua orang, semua wanita khususnya. Ya, Akan aku selalu ingat namanya. Febri. Dan hari ini pula aku pertama menulis namanya di Diary KKN ku.

Selasa,27 Juli 2017

Ayam jantan mulai berkokok, pertanda pagi mulai menyapa bumi. Saatnya bangun dan melanjutkan aktivitas. Di pagi yang cerah ini, aku dan Deni bertugas memasak. Dan sepertinya setiap hari akulah yang bertugas memasak di posko. Tapi aku suka, itu salah satu hobi ku. Oiya, sebelum itu ku kenalkan kalian pada Deni. Deni merupakan teman seposko yang paling kalo bercanda kadang ngeselin. Dialah yang dulu awal KKN selalu bilang. " Ci, jangan ngelamun" tuh anak bisa berkali-kali bilang gitu dalam sehari, kan kesaannya gua anak rumahan banget. Asem. Tapi dia orang yang cukup baik, pawakannya tinggi kurus, sedikit putih dengan potongan plontos dengan banyak ketawa (humoris memang). Oke, enough.

Kali ini, aku dan Deni memasak tumis kacang panjang campur tempe, dan tempe goreng garit. Pasti kalian pikir kami vegetarian ya, bukan masalah itu, sebenernya itu upaya pengiritan. Hahaha

Setelah pekerjaan semua selesai, aku dan Laily menyusun agenda harian untuk program kerja kami. Selanjutnya bimbel di tempat pak Dukuh sama mas-mas KKN UPN Mertelu.

Nih ya, hari ini gue, Habibi, dan Laily otewe jalan kaki. Bayangin deh, dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan terjal, keringetan-keringetan dah, baru juga selesai mandi.

Di, hari ini aku Baper deh, salting berat sama masnya yang itu. Mas Febri. Ohiyaa, Febri itu, orangnya tinggi kayak genter kalau orang jawa bilang, dengan kulit cukup putih lah untuk ukuran cowok, rambutnya kribo deh ya kalau gondrong, kalem, ramah dan suka senyum. Dan kalau senyum bakal bikin semua orang (khususnya cewek) klepek-klepek.

-sucai-

"Ih, mba, ngapain mba nulis diary sambil senyum-senyum ?" tanya Nur

"Ngga, nggak papa Nur, lagi seneng aja", jawabku sambil tertawa.

"Yakin ? Kok, kayaknya bahagia banget ?"

"Itu Nur, dia salting sama mas-mas KKN sebelah", Laily menyahut sambil menggodaku.

"Oh yaaaaa???", ucap Nur dan Farikha bersamaan

"Mak, Ci. Terus Oni gimana ?"

"Yee, siapa yang suka Oni, buat kamu aja, Far, hahaha"

Di malam yang selalu hangat bersama mereka, kami menghabiskan waktu untuk bercanda. Sungguh, mereka keluarga anugerah banget sewaktu KKN. God, thanks everything. Sebelum kami memutuskan untuk istirahat, aku dan teman-teman menyiapakn hidangan untuk makan malam, dengan lauk yang sederhana, kami selalu mensyukuri nikmat Tuhan yang tak pernah ada duanya.

"Zaky, ambil nasih gih bawa kesini," ucap Faricha.

"Ih, kalian para perempuan ini malas sekali menyiapkan makanan untuk kami", jawab Zaky mulai ngeles.

"Bodooo amat, oke kalau nggak mau besok kita akan mogok masak, Fix," jawabku lebih tak mau kalah.

"Iya..iya"

Yes, right. Dan mereka para cowok di posko kami menyerah dan menuruti kehendak kami. Cowok macam mereka memang harus ditindak dengan tegas, apalagi manusia macam Zaky ituuuuu. Zaky, salah satu cowok paling usil yang ada di posko, dialah manusia yang selalu kepo akan isi-isi diary yang aku tulis. Heuuuuu. Dia juga manusia paling rajin mandi di posko, 2 kali sehari men, yang lainnya mah udah gausah di tanya. Oke, dia salah satu cowok yang mendapat predikat paling rajin mandi, sedangkan ceweknya, jelas aku, yess me.

Zaky ini anak jurusan hukum, jadi sebenarnya aku lebih berhari-hati sama dia, takut di jeblosin ke bui kalau sampai salah omong. Dia ? ya agak ganjenlah ya ke cewek-cewek, tapi aku pikir masih dalam keadaan wajar. Meskipun sedikit agak "nyeleneh" aku kira dialah yang paling cerdas diantara kami. Buku-buku bacaannya mah berat, sampe ratusan kilo mungkin kalo di konversikan ke kilogram. Tidak terlalu tinggi, masih bocah emang, cukup putih namun jadi sedikit hitam setelah KKN. Sedikit peka banyak pekoknya.

Dan malam ini, aku kembali merasakan kehangatan keluarga dari mereka. Makan malam yang sederhana namun penuh syukur.

"Ci,Nur, El habis ini nonton lah, mumpung besok ngga ada proker," ajak Zaky.

"ngantuk Zak," jawab Nur sambil menguap.

"Iya, iya, kita nonton, oke, apa yang bagus emang ?", tanya Elma penuh selidik

"Bagus ini film, judulnya Bahubali"

Dan kami mulai menonton film tersebut, bersama-sama. Bahubali cukup bagus dan memiliki pesan moral yang cukup mudah masuk ke penonton yang melihatnya. Dalam tak kesengajaan, aku ingat Febri. Ingat bahwa sebentar lagi dia akan selesai KKN, dan aku berharap selalu dan selalu ada moment yang dapat mempertemukan aku dengannya. Pertemuan yang bukan pertama kali hari ini, namun berkesan sekali dalam hati. Melihat keteguhannya, kesabarannya menghadapi murid-murid sore tadi. Dan yang paling seru memang moment kita, khususnya aku, Febri, Karjo, Rizal, dan Dio ribut gegara akar 96. Selamat malam, selamat istirahat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kisah Kasih NyataWhere stories live. Discover now