Jenderal Choi sedang melakukan patroli malam di bagian barat kerajaan ketika tak sengaja dirinya bertemu dengan Sang Puteri di koridor. Rasa penasaranlah yang menuntunnya mengambil langkah untuk menghentikan Sang Puteri.
"Tuan Putri.."
Bungkukan hormat lengkap dengan untaian kata sopan menjadi satu-satunya suara yang menggema di koridor itu, membuat sosok yang di panggil 'Tuan Puteri' refleks menghentikan langkah.
"Tuan Puteri, kemanakah Anda Akan pergi malam-malam begini?" tanya Jenderal Choi dengan nada khawatir.
"Aku hanya ingin ke taman belakang, Jenderal" suara Sang Puteri mengalun lembut.
Kernyitan dahi menjadi respon atas pernyataan yang Sang Puteri lontarkan.
"Malam hari bukanlah waktu yang bagus untuk pergi ke taman, Tuan Puteri. Udara malam bisa membuat Anda sakit. Jika Anda sakit pastilah Raja dan Ratu akan sangat khawatir. Jangan lupakan kakak Anda, Pangeran Kris. Pangeran pasti tidak akan suka jika melihat adik kesayangannya jatuh sakit da-.."
"Paman.."
Jenderal Choi menggela nafas saat Sang Puteri memanggilnya dengan panggilan paman. Panggilan yang membuat hatinya luluh.
"Tuan Puteri, saya mohon kembalilah ke kamar Anda." ucap Jenderal Choi dengan nada lembut.
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarku."
Jenderal Choi tersenyum lega mendengar kesediaan Sang Puteri untuk kembali.
"Kalau begitu saya akan melanjutkan tugas saya. Selamat malam Tuan Puteri."
"Selamat malam, paman."
Setelah membungkuk Jenderal Choi segera berbalik meninggalkan Sang Puteri. Namun, baru beberapa langkah yang ia ambil Sang Puteri memanggilnya.
"Paman.."
"Ya, Tuan Puteri??"
Sambil tersenyum lembut Sang Puteri melanjutkan. "Berhentilah memanggilku Tuan Puteri, paman. Cukup panggil aku Baekhyun. Paman adalah adik ayahku. Janganlah memanggilku Tuan Puteri, seolah kita adalah orang asing."
Dengan senyum jenaka Jenderal Choi pun mengangguk. "Baiklah, Baekhyuniee..." ucapnya sebelum kembali berbalik setelah sebelumnya memberikan usapan halus pada surai Baekhyun.
Setelah melihat punggung pamannya menghilang di ujung koridor, Baekhyun pun segera melanjutkan langkah menuju taman belakang. Dalam hati ia sudah meminta pengampunan pada Tuhan karena menghiraukan permintaan pamannya.
Udara segar tercium olehnya ketika kakinya menapak pada rumput. Gelap tersebar sepanjang mata memandang.
Taman Kerajaan Versein tampak indah nan sejuk di siang hari. Namun, saat malam segala keindahan sirna tergantikan oleh hawa dingin dan suara sahut-sahutan binatang malam.
Taman belakang adalah tempat favorit Baekhyun jika ingin menghabiskan waktu dikala ia sedih. Seperti saat ini, hati dan pikirannya sedang digeluti rasa gundah akibat perlakuan kedua orang tua dan kakaknya selama ini.
Mengapa mereka tak pernah mengizinkannya pergi keluar istana?
Sejak ia lahir hingga sekarang tak pernah sekalipun ia melihat dunia luar. Bahkan diusianya yang sudah menginjak dua puluh tahun pun kedua orang tuanya tetap tak mengizinkannya.
Hah~
Helaan naaf lirih menjadi pengiring kegelapan malam.
"Aku ingin keluar dari sini." keluh Baekhyun pada puluhan kunang-kunang yang terbang disekitarnya.
Terlalu fokus pada pikirannya, membuat seberkas cahaya dari pohon maple luput dari pandangan.
Sebuah portal berukuran cukup besar terbentuk diantara dua buah pohon maple yang berdiri kokoh. Cahaya portal semakin memancar seiring bertambahnya detikan waktu.
Baekhyun yang semula akan kembali ke kamarnya mengurungkan niat saat seberkas cahaya tertangkap mata.
"Cahaya apa itu?"
Rasa penasaran yang membumbung tinggi menuntun kakinya melangkah ke arah utara, tempat cahaya itu berasal.
Ekspresi takjub menjadi hal pertama Baekhyun tunjukkan ketika netranya menemukan sebuah portal dimensi terpampang di depannya.
"Ba-Bagaimana mungkin?"
Other World
"Mate..."
Chanyeol tidak bodoh untuk mengetahui jika portal dimensi telah terbuka. Ia dapat merasakan kekuatan portal dimensi di setiap aliran darahnya.
itu artinya Sang Takdir sudah dekat dalam jangkauan.
"Mate..."
"Aku akan menemukanmu." ucapnya penuh damba.
Destiny is never wrong in choosing time
KAMU SEDANG MEMBACA
Other World
FanfictionBaekhyun, tak pernah tau mengapa kedua orang tua dan kakaknya tak pernah mengizinkan ia untuk pergi keluar istana. Bahkan statusnya sebagai seorang Putri Kerajaan Versein tak memberikan kebebasan lebih. Rasa tertekan pada ulu hati perlahan menjadi...