Jakarta,5 tahun yang lalu..
Langit menjadi kelabu,awan hitam mulai tidam mampu lagi membendung butiran air,matahari sudah pergi,tanpa sedikitpun membekaskan seberkas sinar,sinar indah yang biasa mengisi dikala senja.
Tetesan air hujan yang turun perlahan menyapu kerumunan anak manusia,langkah kaki tak lagi terdengar di jalanan yang kian sepi.
Tepat satu tahun lalu,Pria ini berdiri disini,berteduh,menunggu semesta berhenti menangis.dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.Letih dan lesu tak dihiraukannya,rasa pegal dan kesal waktu bekerja tidak lagi dirasakannya kala ia mengingat putra dan putri kecilnya juga istrinya.
Keluarga kecil yang telah dibangunnya,yang penuh sukacita dan kebahagiaan.Ia tahu bahwa mereka sudah menunggunya dibalik pintu rumah dan akan menyambutnya dengan penuh sukacita.
Ia tahu saat disana tawa kedua anaknya, Sergio dan Via akan terdengar renyah dan mengundang senyum kecil,ia tahu istri tercintanya akan bercerita tentang hari bersama kedua malaikat kecil mereka.Namun ia tidak tahu,bahwa sesuatu akan Berakhir hari ini.sesuatu akan pergi pada hari ini.
Melihat awan tak kunjung menunjukkan tanda tanda berhentinya hujan,ia memutuskan untuk berlari,pergi dan menerobos titik titik hujan yang kian deras menerpa wajahnya.
Dengan nafas terengah-engah ia membuka kenop pintu dengan terburu buru sebab dinginnya air hujan mulai terasa menusuk kedalam tulangnya.
"Papi pulangg"satu kata yang berhasik mengundang keramaian dirumahnya.
"Halo papiiii!!" Sergio dan Via menghambur hendak kepelukan Nathan.
"Eehh.. jangan jangan, papi basahh ntar kalian jadi ikut basah"cegah Nathan.
"Udah udah,main sendiri dulu,papi baru pulang"Sahut Riana sambil mengelap Nathan yang basah kuyup karena hujan itu dengan handuk.
"Kamu kok hujan hujanan sih,kan neduh dulu gitu,nunggu"omel Riana.
"Hahaha.. gapapa biar cepet ketemu kamu"goda Nathan sambil tertawa.
"Ish gombal,sana cepet mandi, ntar masuk angin"suruh Riana
Mereka hanya berharap,bisa seperti ini setiap waktu,bercanda,bersama tanpa beban maupun masalah.
"Papii,tadi makan apa dikantor???"tanya Via kecil bersemangat.
"Ya makan nasi lah, gitu aja ditanyain" sahut Sergio meledek.
"Ih apaan sihh,Via nggak nanya sama abang wee" Via menjulurkan lidahnya pada Sergio,Sergio balas mengacak acak rambut Via.
"Abangg!! Papii!! Liat abang,,rambut Via jadi berantakan nihh"adu Via pada Nathan yang sedang fokus pada laptopnya.
"Gioo..."tegur Nathan
"Dasar anak kecil tukang ngadu"ejek Gio.
"Dasar abang gendut"balas Via
"Eeh enak aja,abang gak gendut ya,nih liat abang tuh berotot,kamu sekarang masih SD masih kecil,liat aja 6 taon lagi,abang booking ketawa pertama liat kamu jadi gendut"ejek Gio tidak terima.
"Na,tolong ambilin kopi dong"pinta Nathan kepada istrinya.
"Iyaa bentar ya"jawab Riana menaruh handphone nya dan beranjak pergi ke dapur.
*TINGG!!* Sebuah notif dari handpone Riana memancing mata Nathan.
"Gio,kamu bawa Via kekamar sekarang"perintah Nathan dengan nada penuh amarah.
Sergio pun menurut dan membawa Via dengan diliputi rasa curiga dan firasat buruk."Ini apa maksudnya? explain."Senyum yang terbit beberapa waktu lalu telah terbenam digantikan amarah.amarah yang berapi.
Nathan menunjukkan handphone berisi pesan yang muncul."I-itu atasan aku dikantor"jawab Riana yang bari datang sambil membawa secangkir kopi dengan terbata-bata.
"Emang jabatan kamu dikantor namanya 'sayang' gitu?aku masih bisa mikir loh Na"suaranya melemah,ia lelah,kelelahannya yang sedari tadi ia tahan,benar benar lepas kendali,ia menjadi sangat lelah.
"Bisa aku jelasin."Riana menunduk bersalah.
"Aku yang bela-belain Kerja sama orang buat biaya pernikahan dulu,rela jadi kuli buat biaya lahiran,bahkan rela mulai dari nol, bangun perusahaan biar kita bisa hidup enak, buat anak anak,buat kamu,buat kamu Na! Tapi apa? kamu malah asik asikan,ngomong sayang sayang ke orang lain, aku tau aku gak sekaya bos kamu" Nathan bersuara sangat lemah,ia sakit,ya bukan hanya hatinya,namun ia benar benar telah remuk luar dalam.
"Nath.."panggil Riana,sedang setetes air mata mengalir di pipinya.
"Kamu pergi aja, pergi Na, aku gamau liat kamu lagi,pergi lah sama bos kamu,Daniel Daniel itu aku gak peduli lagi,anak anak biar aku yang urus,aku capek, mau istirahat."
Nathan menghela nafasnya kasar dan pergi,pergi meninggalkan insan dengan sejuta penyesalan,meninggalkan tangis dengan sejuta pedih."Satu tahun yang lalu,saat semua aku fikir baik baik saja,saat aku berfikir semua cerita kan berakhir bahagia,saat itulah aku pun berfikir aku salah karena mempercayai semua itu"
Dengan rintikan hujan yang tak kunjung reda,ia tak lagi memaksakan dirinya untuk berlari,ia tak lagi mengikuti ajakan angin untuk menerobos titik hujan yang kian deras, ia hanya membeku dengan pandang yang menerawang.
Sebuah mobil hitam berhenti tepat didepannya,seseorang membuka kacanya dari dalam lekas keluar menghampirinya.
"Walaa tuann,kok ya malah disini to.. saya cariin dari tadi lho..ada mobil kok njenengan(anda) malah jalan kaki to, ayo masuk tuan" pria ini memayungi Nathan dan masuk kedalam mobil.
Dari radio dalam mobil,terdengar suara penyiar dari salah satu stasiun.
"Yaa senang sekali bisa berjumpa dengan para pendengar dalam acara 'Musikisme Music is Me' masih bersama saya Rudy Darmanta yang selalu setia menyapa para pendengar.
Yak,untuk mengawali acara ini,Rudy mau putarkan lagunya bang Sam Smith yang I'm Not The Only One nahh ujan ujan kayanya cocok banget nih buat bergalau ria, terutama bagi para pendengar yang baru ditinggal pacar/kekasih hatinya nih...""Wala wala,iki kok malah galau galauan toh yo"Seru Mas Tomo dari balik kemudi dengan logat Jawanya,sedang tangan kirinya hendak mematikan radio.
"E-eh mas Tomo,jangan dimatiin,lagunya enak"cegah Nathan.
"O-oh iya tuan maap"
🎵You say i'm crazy....🎵
-Biarkan aku disini,tenggelam dalam sepi,dan menikmati rasa ini sendiri
Hai haii.. part ini udah kelarr
Gimana???
Bagus gak???
Semoga aja banyak yang suka..
Ditinggu ya part selanjutnya..
Ditunggu juga vote sama commentnyaa..
Makasiiii..Salam,
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT BOY
Teen FictionBerawal dari perbedaan yang mempertemukan sorot benci antara dua anak manusia. Bagi Via Yuga hanyalah setitik noda dalam hidupnya yang berwarna,sedangkan bagi Yuga kehadiran Via merupakan salah satu dari banyaknya pengganggu dalam hidupnya. masa SMA...