3. Jatuh Cinta

7 1 0
                                    

Jangan membuatku jatuh cinta
Jika hanya ingin bercanda
Hatiku bukanlah sebuah wahana
Yang bisa kau mainkan sepuasnya.

●●●

Hari demi hari telah dilewati Dira.
Dan selama itu pula Radi selalu muncul dalam hari nya.

Awalnya Dira merasa risih dan tidak nyaman disaat istirahat Radi selalu memberi ia minuman. Apalagi Radi yang selalu meminta untuk mengantarkan Dira pulang. Padahal Dira selalu menolaknya. Namun Radi tidak menyerah begitu saja.

Ntah karena Dira sudah capek atau apa lah, akhirnya Dira menerima Radi melakukan apa yang ia mau.
Dira mulai sedikit tidak cuek ketika mengobrol dengan Radi.

Dikelas Dira sekarang sedang belajar Biologi.
Bu Rina sedang menjelaskan apapun tentang Klasifikasi Jamur.

Dira merasa bosan dengan pelajaran ini. Sekali kali ia menguap menahan kantuk.

Ia tak sanggup lagi, akhirnya ia meminta izin untuk ketoilet.

Setelah selesai , ia pun kembali ke kelas.

Namun saat ia akan melewati tangga, ia mendengar dua orang yang sedang berbicara.

"Taruhan?"

"Iya Radi. Kalo lo bisa bikin Dira jatuh cinta dan nerima elo, gue kasih mobil gue buat lo."
Itu Radi dan Jodi.

Dira tak menyangka ia dijadikan taruhan oleh mereka. Jadi selama ini Radi mendekatinya karena Ia jadi taruhan?

Keterlaluan.

Setelah itu Dira segera berlari menuju kelasnya.

●●●

"Ra!" Teriak seseorang yang suaranya Dira kenal.

Dira pun tidak mempedulikan teriakan itu, ia pun tetap berjalan menuju gerbang sekolah.

Seseorang menarik tangannya yang membuat Dira berhenti.

"Lo kok ga ngedenger sih gue panggil-panggil?" Tanya Radi yang sudah ada disebelah Dira.

"Apasih lo gausah pegang-pegang." Dira menepis tangan Radi yang sedang memegang tangannya.

"Kok lo gini? Kemaren-kemaren lo baik-baik aja, tadi juga masih ngobrol sama gue."

"Suka-suka gue."

"Ra, lo kenapa?"

"Awas sih gue mau pulang."

"Lo kan mau gue anter."

"Gak"

"Rara" panggil Radi lembut

"Lo kenapa ra?"

"Udah deh jauh jauh dari gue , gue gasuka dijadiin bahan taruhan konyol lo!" Seru Dira lalu pergi meninggalkan Radi yang kebingungan.

Taruhan? Sejak kapan gue taruhan?

Radi bingung apa yang membuat Dira marah seperti itu. Tapi taruhan?

Radi menepuk dahinya, dia baru ingat apa yang dimaksud Dira taruhan.

Dira sudah salah paham pasti, apa Dira mendengar obrolan Radi dan Jodi?

Radi harus meluruskan permasalahan ini. Dira tidak boleh salah paham.

Dengan cepat Radi mengambil motornya dan pergi menyusul Dira yang mungkin masih ada di halte.

Setiba di halte , Radi tidak menemukan Dira.

Mungkin Dira sudah naik angkutan umum. Radi pun melajukan motornya menuju rumah Dira.

●●●

Dira baru sampai dirumahnya. Namun Dira melihat ada sebuah motor di halaman rumahnya. Ia mengenali motor milik siapa itu.

Ngapain sih dia kesini?, batin Dira kesal.

Dira berjalan memasuki rumahnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam sayang, kamu kok baru pulang? Temen kamu nungguin tuh" bunda datang menghampirinya lalu menyuruhnya untuk menemui Radi di ruang tamu.

"Bunda tinggal ya"

"Iya tante, makasih" ucap Radi dengan sopan.
Dira yang melihatnya hanya memutar bola matanya kesal.

"Mau ngapain lo ke sini?" Tanya Dira tanpa basa-basi

"Ra, lo salah paham"

"Salah paham apaan? Emang nyata nya gitu kan?" Emosi Dira sudah tersulut.

"Ra, gue mau jelasin"

"Gaperlu ada yang dijelasin gue udah muak"

"Ra"

"Jangan main main sama hati orang!"

"Rara"

"Pergi lo!" Usir Dira.

Radi tiba-tiba  mengenggam tangan Dira yang membuatnya diam mematung.

"Ra bisa gue yang ngomong sekarang?" Tanya Radi lembut sambil mengusap tangan Dira yang sedang ia genggam.

Dira hanya bisa diam tanpa membalas apapun.

"Jodi emang ngajak taruhan, tapi itu baru tadi ra serius. Itu juga karena dia duluan suka sama lo dan biar gue ngejauh dari lo. Tapi lo jangan benci Jodi ra, ini salah gue yang gatau sahabat gue ternyata suka juga sama lo. Gue nolak taruhan itu karena gue gamau lo jadi taruhan, apalagi dituker sama mobil."

Radi menarik napas sejenak lalu meneruskan kalimatnya.

"Ra , asal lo tau gue deketin lo bukan karena taruhan itu. Gue emang suka sama lo dari pertama kali gue liat lo yang panik lari ke kantin."

Dira yang mendengar itu pun hanya membisu tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ini terlalu cepat.

"Gue tau lo ga suka gue"

"Gue gaakan maksa lo buat suka sama gue"

"Gue cuman berusaha buat lo nyaman sama gue"

"Radi" akhirnya Dira membuka suaranya.

"Jangan bikin gue jatuh cinta kalo niat lo cuman bercanda." Ucap Dira tegas

Radi memegang dagu Dira dan membuatnya menatap mata Radi.

"Liat mata gue"

"Apa gue bercanda sama omongan gue?"

"Apa gue bohong sama omongan gue?"

Dira menatap manik mata Radi , dan hanya ada kesungguhan dimatanya , bukan kebohongan yang Dira takuti.

Dan akhirnya Dira percaya Radi.

●●●

RadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang