Adena Fredella Wulandari

1.6K 155 3
                                    

"kaka, banguuuunnn!!"

"Makan!"

"kak Delaaa, cepet!"

"KAKAAAA!!!"

"IYA BAWEEELL! GUE UDAH BANGUN!"

Astaganaga.

Punya adek laki tapi bermulut toa ya begitu. Tidak pernah bisa membiarkan gue tidur dipagi hari yang mendung ini dengan tenang.

Mendung enaknya bobo.

Tapi, sayangnya ibu, ayah, sama Adit, adek gue tidak pernah membiatkan gue hidup senang seperti itu.  Gue harus bisa bangun pagi karena kalau gue bangun kesiangan, gue ga makan apa-apa. Ibu gue kan buka jasa menjahit depan rumah, jadi Siang itu sampe sore dia tidak ada rumah dan tidak memasak karena ayah gue aja pulangnya malem,  adek gue sore baru pulang sekolah.

Jadi,  gue usahakan harus bangun pagi biar dapat jatah makan setidaknya untuk mengganjal hingga siang nanti di kampus.

Gue merenggangkan otot dan beranjak dari tempat tidur. Gue menaruh kembali bantal yang sempat gue lempar ke arah pintu saking kesalnya dengan adek gue.

Saat melangkah ke meja makan, Ibu, ayah dengan setelan kantornya, sama Adit dengan seragam SMP nya sedang melahap sarapannya. Dengan cuek, gue duduk samping Adit bersebrangan dengan Ayah.

"yaampun, ini anak gadis" sahut Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya menatap gue. Soalnya cepolan rambut yang semalem gue lupa lepas ikatannya kini berantakan sekali, belum lagi celana pendek dan kaos kebesaran kebangsaan gue kalau mau tidur dari kemarin belum gue ganti. Wajar aja sih Ayah menatap gue begitu jijik.

"iya, anggap aja sekarang aku dalam mode bukan anak gadis ayah" jawab gue seraya mengambil 3 centong nasi goreng dan telur dadar buatan Ibu. Si ibu mah cuek aja dengan gue yang selalu berantakan di pagi hari.

Kini giliran Adit yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Itu sarapan apa makan siang? Banyak bener"

"Diam kau, bocah!" bentakan gue membuat Adit menciut lalu kembali melanjutkan makanannya.

Kemudian, Adit berangkat sama Ayah. Setelah gue menyalimi tangan ayah dan adit menyalimi tangan gue dan ibu.

Tbh, hari ini baru jam setengah 6. Sementara gue ngampus jam 8. Biasanya abis bantu beresin piring kotor dan liat ibu udah otw toko, gue lanjut tidur. Lumayan satu jam tidur.

Baru saja gue terlelap barang 10 menit. Gue merasakan sisi kasur yang lain sedikit terguncang.  Seperti ada orang yang sengaja lompat. Biasanya ini si muka pucat, siapa lagi coba orang yang berani nyelonong masuk ke kamar gue selain itu mahluk.

Dengan ogah gue berbalik memastikan gue tidak lagi sedang bermimpi,

Ternyata emang bener, itu Si Agus. Dengan santainya dia ikut tengkurap di kasur gue yang nyaman ini sambil mainin hape.

Pasang kuda-kuda, gue bersiap menendang tubuh manusi pucat ini.

Dan,

Gedubrakkk!

Jatuhlah Agus dengan punggung yang mendarat terlebih dahulu.

"Anjing! Udah sinting ya lo?!" umpatnya meringis kesakitan diatas lantai kamar gue yang masih berantakan.

"bodo amat, wlee" gue malah menunjukkan lidah bermaksud meledek Agus yang tengah mengelus-ngelus punggungnya yang sakit.

"lagian lo, ini baru jam 7 elah. Udah nongkrong aja dikamar gue" gue akhirnya membantu Agus juga untuk bangkit dari keterpurukannya tanpa repot-repot beranjak dari kasur.

Agus duduk bersila diatas kasur mengambil kembali hapenya yang beruntung tidak ikut terjatuh.

Melihat itu gue buru-buru menaruh kepala diantara lipatan kakinya yang duduk bersila. "cepolin rambut gue, abis itu gue mandi"

"kebiasaan" sahut Agus.

Ya emang sih. Gue biasa suka iseng suruh Agus cepolin rambut gue.  Tidak tahu faedahnya apa,  intinya ini udah biasa dari dulu.

Tanpa perlawanan khusus Agus merapikan rambut kecoklatan gue dengan telaten.
.
.
.
.

Ku tunggu komenanmu beb.

Salam tempel, Gridzzz❤




I'm A Women TooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang