Tahun ini terhitung sudah dua tahun sejak Yeri tinggal bersama anak-anak ABK48, –sebutan untuk penghuni kostan ini. Nama ini diusulkan Kanaya berdasarkan nama asli rumah kost mereka, yaitu Al-Barokah.Suatu malam dia bersikeras ingin mengganti nama group chat mereka menjadi nama yang bisa merepresentasikan penghuninya. Setelah mengabaikan beberapa nama yang diusulkan Kanaya, paginya anak-anak kost mendapati nama group chat mereka berubah, dengan pesan terakhir dari Kanaya yang menafsirkan filosofi dibalik nama tersebut.
Menurutnya, dengan mengganti nama menjadi ABK48, squad mereka bisa bersaing dengan AKB48 atau minimal JKT48. Sayangnya, Kanaya tidak sadar bahwa dia hanya membuat nama group mereka terdengar seperti kelompok anak-anak berkebutuhan khusus.
Namun untuk alasan loyalitas dan menghargai usahanya yang memikirkan nama semalaman, mereka akhirnya membiarkan Kanaya mengekspresikan kreativitasnya dengan tidak mengganti nama group chat mereka lagi semenjak hari itu.
Dan sejak saat itu pula, Yeri mulai enggan membubuhi nama Kanaya dengan embel-embel 'Kak'.
"Kalo kata Kak Jennie, umur mental Kanaya tuh stuck di umur anak SD." Ujarnya saat diprotes Irene. "Ajaib juga dia bisa sampe kuliah."
Yeri pindah ke rumah ini sejak naik kelas 3 SMA karena orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Sumatera dan melanjutkan bisnis keluarga ayahnya di sana.
Yeri yang saat itu harus mulai fokus mengikuti Ujian Nasional dan persiapan Ujian Perguruan Tinggi, terpaksa tetap tinggal di Jakarta dan tidak ikut pindah bersama orang tua dan adik-adiknya. Karena itulah orang tuanya sengaja mencarikan tempat kost yang nyaman dan sebisa mungkin membuat Yeri merasakan suasana seperti di rumah. Bahkan Yeri ingat, Ibunya sudah mendatangi belasan tempat kost sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih rumah ini.
Selain karena sang pemilik rumah tinggal persis di sebelah rumah yang ia sewakan, penghuni kost ini juga terlihat akrab satu sama lain —saat Yeri dan ibunya datang pertama kali ke rumah ini. Membuat orang tua Yeri merasa anaknya aman karena tetap berada di bawah pengawasan orang dewasa, dan tidak begitu khawatir tentang bagaimana Yeri menyesuaikan diri dengan penghuninya.
Tahun lalu, ketika Yeri resmi diterima sebagai Mahasiswa DKV di Universitas tempat ia kuliah sekarang, orang tuanya menyarankan ia untuk mencari rumah kost yang lebih dekat dengan lokasi kampus. Namun Yeri memutuskan untuk tetap tinggal di ABK (ya, diam-diam mereka bersembilan mulai terbiasa dengan nama ini), karena ia mulai merasa nyaman dengan suasana rumah ini.
Hingga saat ini pun, Yeri dan delapan kakak-kakaknya masih betah tinggal bersama. Bahkan ia mulai merasa terikat dengan penghuni kost lain. Wajar saja, karena dua tahun bukanlah waktu yang sebentar.
Dalam dua tahun terakhir, Yeri mulai mengerti kepribadian Kak Jennie yang meski sering terlihat tidak terlalu peduli –atau tidak memahami– permasalahan yang dihadapi anak-anak ABK48, sebenarnya selalu menjadi orang yang pertama kali menajamkan telinganya untuk menjadi pendengar setia.
Yeri juga menyadari bahwa Teh Irene yang tampak seolah akan baik-baik saja bahkan jika dibiarkan hidup di negeri antah berantah tanpa mengenal seorangpun, sesungguhnya ia sering kali membutuhkan pundak untuk melepaskan emosinya.
Namun, ada satu hal yang sebenarnya sering dilupakan anak-anak kost ABK dalam menjaga kerukunan sebagai teman serumah; privasi. Sebut saja Kanaya yang sering keluar masuk kamar orang lain seenaknya. Atau Allisa yang sering menjadikan tragedi yang dialami orang lain sebagai lelucon. Misalnya ketika mobil yang dikendarai Yeri saat ia belajar menyetir setahun lalu; melipir ke sungai. Anak-anak lain pun sering tanpa sadar melewati batas-batas privasi itu, misalnya dengan mengomentari kehidupan satu sama lain.
YOU ARE READING
Homies | BlackVelvet
Nouvelles[BlackVelvet in your area.] -local character -face claiming -in bahasa