Ketika empat minggu dipenuhi oleh tidur yang kurang cukup karena deadline.
Tumpukkan tugas yang selalu bertambah setiap harinya.
Serta keinginan para dosen untuk memaksimalkan kinerja para mahasiswa, menambah luas kantung mataku.
Bahkan untuk menyeruput teh di depan balkon sembari menikmati senja pun rasanya mustahil.
Dan aku tahu, jalan keluar dari permasalahan deadline-deadline itu adalah dengan pergi ke tempat yang telah kutulis dalam wishlist-travel notesku.Mungkin, aku akan singgah dari terbitnya fajar hingga fajar kembali dengan kamera mirrorless tersayangku. Aku tahu itu terlalu singkat, jika dibandingkan dengan waktu yang telah ku gunakan untuk deadline tercinta.
Jikalau waktu sesingkat itu mampu menggantikan waktu yang telah ku habiskan untuk memperluas kantung mataku.
Aku akan ambil resiko itu.
Bisa terlihat kan betapa besarnya hasrat diriku untuk melupakan banyaknya waktu yang telah kugunakan selain untuk tidur.
Setelahnya ku cek jadwalku pada minggu ini. Selagi mengecek-ku berharap dari tujuh hari tersebut terdapat HBdT atau Hari Bebas dari Tugas.
Demi oreo yang ada dunia ini, keinginanku tak akan jadi wacana. Terdapat tiga hari kosong yang berarti aku bisa pergi travel menghilangkan rasa penatku.
Destinasiku adalah kota Jogja.
Aku pernah baca di sebuah blog mengenai super power kota ini mampu membuat setiap orang yang singgah disana akan menyisakkan cerita yang membekas selamanya.Bahkan orang-orang yang kau temui disana bisa jadi obat penyembuh lukamu.
Kau pikir aku percaya hal tersebut ? Tidak.
Walaupun aku yang notabenenya seorang gadis sembilan belas tahun yang kegiatannya tidak jauh dari ngampus, bernyanyi di kamar mandi dan baca novel genre romance. Sulit untukku mempercayai ucap kata orang lain sampai akhirnya aku merasakannya.
Bermodal nekat ku bulatkan tujuanku untuk pergi ke kota -dengan segala rumor yang beredar- istimewa itu.
Mengingat tadi ada mata kuliah Pendidikan Pancasila yang identik di hari Rabu. Besok aku akan berangkat dari Stasiun Gambir Jakarta dan turun di Stasiun YK- Yogyakarta dan kusiapkan tiket untuk kembali pulang ke kota yang selalu sibuk itu.
Dengan plan tersebut aku langsung memesan tiket kereta secara online dan membayarnya via saldo di rekeningku.
Pikiranku sekarang jauh lebih tenang membayangkan kemungkinan yang bisa terjadi saat aku di Jogja.
Kemudian aku packing pakaian serta barang yang akan kubawa untuk menemaniku di kota yang belum pernah kuinjakkan kakiku sebelumnya disana.Tas light travel-ku sudah penuh dengan barang-barang yang kubutuhkan.
Tak lama aku pun bersiap-siap tidur dan berharap apapun yang terjadi selama perjalanan ini mampu menghilangkan wajah dosen yang menghantuiku untuk menambah luas kantung mataku.
-
Keknya segini dulu, semoga kalian suka. Gue janji chapter baru di cerita ini akan di upload seminggu sekali. 'Till then, kritiknya monggoh tentang chapter pertama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange(r)
Short StorySeperti takdir yang mempertemukan dua orang asing di kota baru bagi mereka. Namun mampu menyisakkan cerita yang membekas lebih dari rasa kopi di senja. Tentang rasa yang tak mereka kira akan singgah, ternyata datang serta mengisi ruang hati yang sed...