[Prolog]

5.9K 113 5
                                    

Voment⭐️

Derungan motor yang sengaja di pancing pacing menggema memenuhi pekarangan rumah megah berlantai 3 yang meninmbulkan suara tangisan dasyat dari seorang wanita cantik yang berumur 35 tahun tersebut.

Seperti tuli, lelaki yang memakai boomber hitam itu melajukan motornya di atas rata rata, meninggalkan wanita yang masih membujuknya agar tetap tinggal. Pikirannya kacau, tidak ada tujuan pasti yang akan ia datangi. Kepalanya masih pusing dengan semua masalah yang membuat otak nya serasa akan meledak sekarang juga. 

Akhirnya ia memutuskan agar pergi ketempat yang bisa ia singgahi untuk beberapa hari kedepan. Motor Ninja hitam itu terus melaju membelah Kota Bandung yang ramai akan pegawai-pegawai kantoran yang akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tidak ingin berlama lama di jalan, akhirnya lelaki itu menambahkan kecepatan motor kesayangan nya itu. Dengan perasaan yang masih campur aduk, lelaki itu memarkirkan motornya di parkiran khusus yang di sediakan oleh apartemen mewah yang sudah lama ia tidak kunjungi.  

Tangan nya terangkat membuka helm Full Face hitam yang ia kenakan tadi, setelah itu ia pergi menuju kamar apartment nya sendiri. Orang tua nya saja sampai tidak tahu bahwa anak nya ini memiliki sebuah apartment mewah yang ia beli dengan sisa uang jajan nya sendiri.

Kaki yang terbalut oleh sepatu Vans hitam itu terus bergerak. Hingga sampailah ia di lift yang akan membawa nya menuju lantai 3.

TING~

Dentingan itu mengema dan di susul dengan pintu lift yang terbuka, di pundak nya ada tas yang ia blok di kedua bahu tegap miliknya. Tangan kanannya menjinjing helm Full face yang ia sempat pakai tadi, tangan kiri nya tergerak mengajak ngacak rambut  tebal yang di biarkan begitu saja.

Sampai di kamarnya, Lelaki itu mengeluarkan kunci yang langsung ia pakai untuk membuka pintu apartment miliknya, setelah masuk lelaki itu kembali menutupkan pintu yang ia buka tadi. Tas yang ia jinjing itu ia lemparkan ke atas sofa putih tulang yang ada di depan TV Flet 42 inci yang ia sering gunakan untuk mengilangkan rasa bosan dengan bermain PS.

Ia mendaratkan bokong nya di atas kursi yang terletak di balkon apartment nya. Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar, kedua tangan nya terangkat menutup wajahnya. Mengusapnya secara kasar. Ponselnya terus bergetar, tapi tak kunjung ia angkat.

Langit sekarang berubah menjadi kelabu, angin pun menjadi dingin. Akhirnya ia masuk mebali ke dalam apartment nya. Membuka sepatu dan menyimpan nya di dalam rak. Dentingan di Handphone nya membuat hampir seluruh pikirannya teralihkan untuk melihat benda pipih hitam itu.

By : Mom
Darka, maaf bunda sama ayah tetap harus pergi. Pulang nak, jangan membuat bunda khawatir. Kalo sudah ada keputusan kabari bunda.

Darka menghembuskan nafasnya kasar, tangan nya yang sedang memegang handphone itu kian melemah.

"Karena gue ga kaya Darkan, yang selalu di banggakan"

Darka tidak membalas pesan tersebut. Lalu ia pergi kekamar mengambil selimut tebal berwarna hitam yang selalu ia gunakan untuk tidur,membawa nya kembali ke ruang tv. Lalu ia merebahkan tubuhnya di sana, membiarkan dirinya terbawa ke alam mimpi.

                         ===

Pukul 06:30 Darka sudah duduk manis di bangku kelas nya. Tangan kirinya memegang satu cup susu kedelai yang sempat ia bawa dari apartment nya tadi, dan tangan kanan nya memegang pensil yang ia ketuk ketukan ke atas meja. Matanya terus terfokus kepada lembar lembar kertas putih yang berisikan rumus rumus Fisika yang sengaja ia catat agar lebih mudah di hafal. Mulutnya komat kamit membaca kembali lembar demi lembar kertas tersebut, berusaha menghafal rumus Fisika yang sulit bagi kebanyakan murid sma.

DARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang