Part - 4

26.4K 1.4K 30
                                    

"Sini ikut aku!" Russel menarik tangan Cara dengan kasar. Entah apa yang akan dilakukannya.

"Lepas! Aku tidak mau," Cara mencoba melepaskan tarikan dari tangan Russel. Tapi hasilnya sia-sia.
 
Russel menyeret gadis itu ke kamar mandi. Ia tidak memperdulikan teriakan dan perkataan yang keluar dari mulut Cara. Russel menghempaskan tubuh Cara di bawah shower. Di hidupkannya shower dan tubuh Cara basah seketika di guyur oleh air.

"Apa yang kau lakukan?" ucap Cara memelas.

"Kau tidak lihat aku sedang apa? Aku sedang bermain-main denganmu,"

"Hentikan. Aku kedinginan. Apa kau tidak merasa kasihan kepadaku?"

"Aku tidak akan berhenti sampai aku puas!" balas Russel dengan nada tinggi.

"Mau dimulai dari mana dulu? Dari wajah? Dari tangan? Atau dari kaki?" Akal sehatnya telah hilang. Kemarin ia merasa kasihan pada gadis itu,dan sekarang ia tega berlaku kasar kepadanya.

Ya Tuhan. Selamatkanlah aku.

Tubuh Cara menggigil kedinginan. Wajahnya mulai pucat dan ia sudah lemas. Ia ingin melawan tapi tubuhnya sangat lemas sehingga tidak mampu untuk melawan. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan dirinya.

Russel menggores pipi gadis itu dengan pisau yang sudah ia pegang sedari tadi. Darah keluar dari pipi gadis itu membuat gadis itu mengerang kesakitan.

Russel mengeluarkan tali yang ada disakunya. Ia mengikat tangan dan kaki Cara dengan tali tersebut. Setelah itu ia beranjak sebentar ke arah bathup. Dihidupkannya keran dan mengisi bathup dengan air.

Cara hanya bisa menangis. Tubuhnya mulai melemah.
"Diam atau akan aku rusak mulutmu!"

"Tolong jangan sakiti aku lagi,"

Russel membopong tubuh Cara dan didudukannya Cara dalam bathup yang sudah di isi dengan air. Dimatikannya keran air lalu ia ikut duduk bersama Cara. Tubuh Cara semakin pucat.

"Kurang menyenangkan," ucap Russel. Ia berpikir sejenak,

"akan menyenangkan jika seperti ini,"
dengan senyuman seringainya ia berdiri dan membaringkan tubuh Cara.

Ditenggelamkanya kepala Cara ke dalam air.Gadis itu kaget dan ia memberontak. Ia tidak bisa apa-apa karena tangan dan kakinya di ikat.

Ketika Cara sudah kehabisan nafas,barulah Russel mengangkat kepala Cara. Cara langsung mengambil nafas sebanyak mungkin.

"Kau gila. Aku hampir saja mati," ucap Cara dengan lemas.

"Baguslah jika kau mati," jawab Russel dengan senyuman miring.

"Kumohon berhentilah menyakitiku,"

"Tidak akan pernah!" Russel membentak gadis itu. Ia semakin senang melihat gadis di hadapannya itu ketakutan dan menangis meminta mohon.

"Cara,Cara! Di mana kau?" Terdengar suara teriakan perempuan yang memanggil-manggil nama Cara.

"Siapa itu?" Tanya Russel kepada Cara.

Perempuan itu Lidya. Ia pasti ke rumah Cara karena Cara tidak menjawab telepon dan pesan dari Lidya. Cara tidak pernah tidak menjawab telepon dan pesan Cara kecuali ada sesuatu yang tidak beres atau sesuatu yang buruk sedang terjadi. Lidya tergolong sahabat yang mudah cemas dan khawatir. Itu kebiasaannya padahal terkadang tidak ada sesuatu yang perlu dicemaskan.

"Oh itu pasti temanmu ya? Bagus! Bertambah satu mainanku,"

"Jangan sakiti dia," ucap Cara memohon kepada Russel.

PSIKOPAT [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang