PsycoLove #20

3.7K 114 18
                                    

Cakka membawa tubuh ringan Agni masuk kedalam rumah. Badan Agni kelewat ringan bagi Cakka dan sebenarnya Agni memang agak meringan akhir-akhir ini. sudah beberapa hari ini Agni pulang sore dan tidur sampai pagi. Tanpa makan malam!

Cakka nggak tau? Cakka tau. Tau banget. Cakka selalu memperhatikan Agni. Tapi sayang sekali yang diperhatikan selalu berprasangka buruk. Seperti dua hari yang lalu, waktu Cakka narik tangan Agni menuju kantin. Jangan tanya seberapa parnonya dia saat ditarik Cakka. Agni berteriak sengit pada Cakka, menarik tangannya dan ngibrit lari sekencang-kencangnya. Luar biasa!

Cakka mendesah, lalu terkekeh. "Stres gue! gara-gara ini cewek." Cakka meletakan Agni disofa ruang tamu dan berlutut disebelah wajahnya.

"heh! Cewek bar-bar, bangun!" Cakka mengetuk kening Agni pelan. Agni menggeliat. Pikirannya masih mengambang dialam mimpi.

"heh!" lagi, Cakka mengetuk kening Agni tapi kali ini pipi Agni pun ditusuk-tusuk sama Cakka.

"aisshh! Lo hobi banget sih! Gue lagi tidur juga!"Agni mengganti posisi tidurnya jadi memunggungi Cakka.

"terserah Lo deh!"Cakka beranjak sambil menatap Agni jengkel. Agni membuka sebelah matanya. 'dia nyerah?' tanyanya dalam hati. Kecewa? Nggak! Nggak mungkin!

Cakka membalik badan Agni lagi, menarik wajahnya untuk menatap matanya. Agni yang tadinya ngantuk dan membuka matanya hanya sebelah, sekarang? Jangan ditanya.

"a-apaan?" tanyanya panic.

"Lo harus makan, gue nggak mau Lo sakit." Kata Cakka sambil menatap mata Agni lekat-lekat.

"oh? Ya-ya-ya Lo tenang aja." sahut Agni tanpa mau menatap Cakka. "tapi ya lagipula, kalo pun gue sakit itu bukan urusan Lo kan? Kalo gue sakit . . ." bla bla bla Agni mulai nyerocos nggak jelas sama Cakka. See! Niat baik Cakka selalu tak dianggap.

"good night! And sleep well!" Cakka mengecup kening Agni dan pergi. Agni speechless! Begitu cepat! Mn . . . nggak ada rasanya. Eh?

***

Via duduk bersila disofa rumahnya, wajahnya cemberut luar biasa, sambil mengelus kepalanya, Via menatap tajam pada Alvin. "Lo mau bunuh gue ya?" tanyanya sengit.

Via masih terus menerus mengelus kepalanya yang tadi habis beradu dengan pintu. Alvin hanya diam mengacuhkan Via. Dia tadi saat membawa Via masuk kedalam rumah tanpa sengaja menabrakan kepala Via pada pintu. Diperjelas, tanpa sengaja!

"Sorry!" sahut Alvin pendek.

Via mencibir serba salah. Seenggaknya didalam pikirannya sendiri, sukur-sukur masih ada yang mau ngebawa dia pulang. Tapi nggak sukur-sukur juga yang ngebawa dia pulang itu Alvin.

"yodah, sana Lo pulang!" usir Via tanpa hati. Alvin menggeleng. "Lo mau apa lagi emangnya sekarang? Gue ngantuk nih!" beneran ngantuk!

"kita latihan!"

Dengan kata terakhir yang Alvin ucapkan wajah Via yang semula cemberut berubah sayu. Dia ngantuk! dan Alvin ngemaksa dia buat latihan? Ck!

"tapi gue ngantuk!"

"ayo!" Alvin menarik tangan Via menuju sofa.

"ya-ya-ya! gue bisa jalan sendiri!" was-was Via langsung duduk disofa dan merentangkan tangannya lebar-lebar. Dari bahasa tubuhnya mengucapkan 'Lo duduk disana, ini wilayah kekuasaan gue!' Alvin sendiri nggak terlalu ambil pusing dan duduk diseberang Via.

Nggak sampai 30 menit kemudian.

Via membaca scriptnya sambil memasang status siaga. You know lahh, Alvin sekarang ada diseberang Via dan itulah gunanya status siaga. Latihan pengucapan sama pelafalan naskah. Itu alasan kenapa Alvin masih stand by dirumah Via sekarang ini.

PsycoLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang