First

11 1 0
                                    



Cahaya matahari tersenyum begitu indah menyambut datangnya pagi dihari ini. Terdengar nyanyian samar-samar sang burung kecil dibalkon kamar sederhana milik seorang gadis cantik yang duduk manis di hadapan meja riasnya. Melaksanakan tugas wajib seorang gadis sebelum meninggalkan rumah. Ber-make up.

Kedua tangannya begitu lihai mengoles dan menaburkan beberapa make up natural di wajah putih miliknya. Menyisir rambut panjangnya dengan telaten. Tak lupa mengoleskan liptint dibibir tipis indahnya. Setelah selesai, ia tersenyum tipis menatapi pantulan dirinya dari kaca besar dihadapannya.

Lee Yeseul. Itulah nama gadis yang sedang tersenyum tipis didepan kaca. Terlukis sebuah kebahagiaan di wajah dan kedua mata bulatnya. Bagaimana tidak? Sahabat laki-lakinya, Park Jimin. Ternyata menaruh sebuah rasa lain didalam hati paling keci miliknya. Tepat dihari ulang tahunnya kemarin, saat ia berteduh di sebuah pohon besar ditaman. Jimin menyatakan sebuah kata yang tak mungkin ia ucapkan kepada Yeseul.

Terkadang waktulah yang membuat jarak kita seakan menjauh. Namun, apakah kau tau? Memejamkan dua mata sambil mengingat kau tersenyum adalah caraku untuk memutar memori lama yang pernah kita lakukan bersama serta menghilangkan rasa rinduku padamu. Lalu bisakah kau mulai dari sekarang tetap berada disampingku?

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa kata yang di lontarakannya tak menarik sama sekali. Mungkin bisa dibilang ia tak bersungguh-sungguh dan kurang romantis untuk menyatakan perasaannya. Namun, apakah kalian lihat? Ekspresi yang dikeluarkannya sangat berbeda. Pada kenyataannya seorang Park Jimin adalah laki-laki yang lumayan cerewet dan tak bisa membuat hati seorang gadis meleleh.

Dia mungkin belajar menggunakan waktu senggangnya untuk mempelajari beberapa kata romantis saat menyatakan perasaannya kepada seorang gadis bernama Lee Yeseul


Yeseul tetap saja mengukir senyum manis di bibirnya. Pikirannya masih terbayang-bayang akan sosok Jimin yang sedang menembaknya malam itu. Menurutnya, itulah yang menjadi hadiah terindah dalam hidupnya selama ini. Sebuah pernyataan cinta dari seseorang yang ia cintai secara diam-diam.

Mata hitam pekatnya melirik kearah sebuah jam yang bertender didinding kamarnya. Jam menunjukkan pukul 7 tepat. Ia bergegas mengambil tas dan meninggalkan kamarnya untuk berangkat ke kampus.

"Yeseul-ssi!" Yeseul tersenyum lembut ketika melihat seorang laki-laki yang telah menyatakan perasaan kepadanya menunggu tepat di depan rumah miliknya. Ya, itulah Park Jimin.

Yeseul berjalan kearah Jimin dengan ekspresi malu dan tentu saja dia masih tidak percaya bahwa statusnya dengan Jimin telah berubah. Awalnya Best Friend dan sekarang menjadi Boyfriend.

"Apakah kau tidur dengan nyenyak kemarin?" Seperti biasa pertanyaan Jimin ini yang selalu jadi awal percakapan diantara mereka berdua. Sebelum menuju kepercakapan yang amat panjang dengan Yeseul.

"Yahh...Sepertinya nyenyak" Jawab Yeseul ragu-ragu sambil berjalan pelan diikuti Jimin di samping kirinya. Jimin hanya tersenyum lembut menatap Yeseul yang tidak pandai untuk menutupi kebohongannya.

Yahh.. Bagaimana mungkin seorang perempuan yang telah ditembak seorang laki-laki bisa tertidur pulas seperti biasanya? Itu adalah hal yang paling mustahil. Apalagi ditambah dengan laki-laki tersebut adalah sahabatnya sendiri. Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana rasanya.


Disisi lain,...

Pancaran cahaya lampu menyorot terang ke seluruh tubuh lelaki berjas hitam disebuah studio. Beberapa kali suara jepretan dari kamera menggema didalam ruangan. Mata coklatnya menatap lurus dan tajam ke sebuah kamera yang menyala didepannya. Dialah Jeon Jungkook. Model terkenal dan termuda di Korea.

Postur tubuhnya gagah ditambah dengan tangan kanan yang memegang sebuah buku sebagai obyeknya. Sebuah senyuman kecil melingkar indah di sudut bibirnya yang tipis, membuat semua yang ada di studio tersebut terpana akan wajah indahnya. Sebuah ancungan jempol dari sutradara menghentikan jepretan sang kamera. Waktunya pergantian model.

"Terima kasih atas kerja kerasnya" Ucap semua orang yang ada di studio tersebut. Jungkook hanya tersenyum sambil membungkukkan badannya berkali kali sebagai sopan santunnya kepada semua orang yang telah bekerja keras selama pemotretan berlangsung.

Jungkook berjalan kedalam ruangan khusus para model pria. Bermaksud menginstirahatkan tubuhnya sebentar sebelum pergi meninggalkan studio. Ia mendudukkan pantatnya diatas sofa yang empuk sambil membuka hp nya untuk mengecek notifikasi.

"Hei Jeon!" Sapa pemuda tampan dengan bibir seksinya.

"Yo!!" Jungkook mengangkat tangan kanannya sebagai sapaan balik. Pemuda tampan itu bernama Kim Seok Jin, biasa di sebut dengan Jin. Seorang pemuda yang menggantungkan nama dirinya melalui modelling. Jin merupakan pria yang sangat bekerja keras, dia lebih tua dari Jungkook, mempunyai karisma yang sempurna sebagai model, ia sangat ramah dan penuh dengan canda tawa.

"Sedang apa kau?" Tanya Jin menghampiri Jungkook dan duduk tepat di depan Jungkook.

"Seperti yang kau lihat" Jawab Jungkook dengan mengutak-atik sebuah handphone yang berada di genggaman tangannya.

"Kau tetap mengurus perusahaan Ayahmu?" tanya kembali Jin.

"Yah.. Seperti biasa" Jungkook merebahkan punggung lebar nya disofa dengan mata tertutup. Ia berharap mendapat istirahat cukup. Namun, handphone nya bergetar berkali-kali menandakan ada sebuah telpon masuk.

"Eomma?" Tebak Jin seketika ketika melihat ekspresi bosan Jungkook saat menatap nama yang tertera di layar handphone miliknya..

"Kau tau segalanya, hyung" Jungkook menghela napas panjang menatap nama yang tercantum Di layar hp nya.

"Sebaiknya kau cepat sebelum kau dapat masalah" Saran Jin. Jungkook beranjak dari tempat duduk nya lalu mangangkat telpon tersebut. Meninggalkan Jin yang tetap duduk ditempat duduknya dengan santai.


"Jeon, kau dimana?"

"Aku sibuk"

"Bisa kau pulang sekarang?"

"Kenapa?"

"Ayahmu ingin membicarakan sesuatu denganmu"

"Tak ada laporan yang ingin dilaporkan"

"Ibu moh-" Jungkook mematikan telepon secara sepihak tanpa mendengarkan perkataan ibunya.

Ia menatap keatas langit hitam pekat bertaburan bintang bintang kecil disana. Beberapa kali ia sudah menghela napas panjang. Berusaha meringankan isi kepalanya. Sudah cukup untuk semua masalah ini. Ia begitu lelah dengan masalah yang menerjangnya.

"Kau sudah selesai berbicara ditelpon, Tuan?" tanya seorang gadis berambut hitam panjang yang tak dikenalnya.

"Siapa kau?" Ucap jungkook sedikit terbilang sombong. Mata lebarnya melihat penampilan gadis itu dari ujung kepalanya sampai kakinya.

"Karyawan paruh waktu" Pikirnya dalam hati.

"Maaf tuan, kau sama sekali tak punya sopan santun!" Nada pengucapan kalimat gadis itu berubah menjadi marah. Jungkook memincingkan alis nya aneh melihat tingkah gadis itu. Tak memperdulikan keadaan, gadis itu langsung menendang tepat di harta karun Jungkook satu satunya. Bisa dibilang masa depannya.

Tak bisa merasakan apa apa Jungkook langsung bertekuk lutut di hadapan gadis yang tak di kenalnya.

"A-apa ma-masalahmu, Hah!" teriak Jungkook kesakitan.

"Kau pantas mendapat itu semua. Karena kau tak tau sopan santun kepada orang tuamu!" ujarnya sambil memasang sebuah senyuman jahatnya dan meninggalkan Jungkook sendiri disana.

"Cih!. Gadis aneh!!"

Despondency In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang