"Kyaaaa!! Akhirnya kalian jadian!!" Teriak adik kelas Yeseul antusias, Choi Zee. Gadis imut berambut coklat pendek sebahu. Sifatnya periang dan cerewet sekali.
"Tenanglah Zee, Kau membuat telingaku tuli" Cibir Park Hyeyo, Sahabat karib Yeseul. Dia pandai, pendiam menurut orang sekitar namun bagi Yeseul cerewet, tapi hatinya baik hati seperti malaikat.
"Maaf" Ucap Zee sambil tersenyum tanpa rasa bersalah. "Tadi pagiku lihat kalian di kerubungi oleh fans Jimin Hyung, bagaimana rasanya menjadi populer, Yeseul-ssi?" Sela Hyeyo.
"Hah... Kalian tau, aku sudah tidak mau mengulanginya lagi berjalan berdua dengan Jimin" Yeseul menghela napas panjang berkali-kali. Kepalanya ia tempelkan di meja kantin kuliah malas.
"Semua perkataan dan pertanyaan yang kuterima banyak sekali, dan aku bingung mau menjawab apa" Yeseul kehilangan semangatnya. Ia memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang sedang kesal.
"Dia sampai pusing menanggapi semua wartawan majalah disekolah ini" Tawa Jimin sambil mengelus kepala Yeseul dengan lembut. Yeseul tersenyum malu merasakan elusan lembut dari tangan Jimin. Ia bagaikan kucing kecil bagi Jimin.
"Makanya kau jangan menyandang gelar juara" Celetuk Yeseul asal. Semua tertawa terabahak-bahak mendengar celetukan Yeseul.
"Percuma, Jimin-hyung masih memiliki paras tampan di wajahnya dan itu berifat mutlak. Jadi kemungkinan besar dia tetap populer di sekolah ini" Timpal Zee yang di beri anggukan mantap Hyeyo bersama Jimin. Yeseul kembali memanyunkan bibirnya. Ia merasa sedikit kesal karena ulah teman temannya yang menggodanya.
"Sudah. Jangan marah seperti itu, minggu aku akan membelikanmu boneka sebagai permintaan maafku" Rayu Jimin sambil mengusap kembali rambut panjang Yeseul. Mendengar godaan Jimin Yeseul kembali menyandarkan kepalanya diatas meja sembari menyembunyikan wajahnya yang merah merona.
"Ehem, disini banyak orang, euy!" Sindir Hyeyo halus, disambung dengan tawa cekikikan Zee. Jimin dan Yeseul sedikit malu akibat sindiran Hyeyo.
Suara getaran handphone Yeseul berbunyi di pertengahan percakapan mereka berempat.Yeseul merogoh saku bajunya lalu melihat notifikasi yang membuat handphone nya bergetar.
"Apa ada masalah?" Tanya Jimin khawatir namun, melihat ekspresi Yeseul menarik kedua ujung bibirnya keatas itu, secara tidak langsung ia seperti mengatakan bahwa ada kabar baik yang sedang menerjangnya saat ini.
"Aku berhasil mendapatkan pekerjaan di salah satu Cafe!" Ucap Yeseul gembira. Ia tersenyum begitu indah di bibir mungilnya.
"Wah! Selamat!!" Zee adu tos dengan Yeseul sebagai penyemangat.
"Kau berhasil dan itu adalah sebuah awal yang bagus. Pertahankan!" Hyeyo memberikan ancungan kedua jari jempolnya pada Yeseul. Bangga.
***
Yeseul dan Jimin keluar dari kantin kampus lebih awal dari pada Hyeyo dan Zee karena, mereka berdua harus ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum kembali kedalam kelas.
"Jadi kapan kau akan mulai bekerja?" Tanya Jimin disela-sela perjalanan mereka berdua ke arah perpustakaan kampus yang ingin dituju.
"Sepulang dari kampus, kenapa?" Tanya Yeseul balik sambil menatap wajah Jimin dari samping.
"Aku akan mengantarmu"
"Tidak perlu! Kau nanti masih ada janji dengan dosen, kan? Jadi kau tidak perlu repot mengantarku" TolakYeseul ringan. Sebenarnya ia sangat ingin diantar oleh Jimin apalagi ini adalah waktu pertama kali ia memulai pekerjaan namun, ia tidak mau merusak nama baik Jimin dikampusini.
"Tapi-"
"Tidak apa-apa. Aku bisa menjaga diri sendiri" Sela Yeseul yakin sambil tersenyum lembut dengan wajah bersemangat. Menyembunyikan wajah aslinya yang sedikit kecewa.
Jimin menghela napas panjang melihat semangat Yeseul yang membara disampingnya.
"Maaf, aku tidak bisa mengantarkanmu sekarang. Tapi, aku akan menjemputmu nanti" Tangan kanan Jimin mengelus pucuk kepalaYeseul dengan pelan dan lembut, dan berhasil membuat kedua pipi Yeseul berubah merona. Yeseul hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
***
Setelah tiga jam otak Yesel berperang dengan beberapa mata kuliah yang digelutinya.Akhirnya sekarang adalah waktu untuk mengistirahatkan otaknya. Beralih ke badannya lah yang akan bekerja keras mulai saat ini.
"Apakah kamu yang bernama Lee Yeseul?" Tanya seorang pemuda berpakaian kemeja putih dengan celemek hitam dipinggul.Dia tersenyum ramah sambil menjabat tangan kanan Yeseul sebagai bentuk sambutan. Pemuda tersebut mempersilahkan Yeseul untuk masuk kedalam ruangannya.
"Perkenalkan saya Park Hyunbin" Yeseul menganggukan kepalanya mengerti. "Saya bukan kepala Cafe disini, saya hanya Karywan. Jadi kamu santai saja" Ucap Hyunbin ketika melihat ekspresi tegang Yeseul yang terpasang rapi di wajahnya.
Yeseul tersenyum kikuk ketika ekspresinya terlihat begitu kentara. Ia menghela nafas untuk merileksasikan tubuhnya agar tidak terlihat begitu tegang.
"Saya ditunjuk oleh Kepala cafe ini untuk memberitahukan kepadamu tentang pekerjaanmu disini sebagai pelayan dan jangan lupa baca peraturan serta tata tertib disini" Hyunbin meninggalkan Yeseul setelah memberitahu jenis pekerjaan apa yang ia kerjakan disini. Seragam rapi yang seharusnya diapakai.
***
"Aku tidak bisa mengantarkan pesanan dengan menggunakan nampan!" Pikir Yeseul dalam hati. "Bagaimana ini?" Ia meruntuki dirinya sendiri karena ia berpikir menjadi pelayan tidak menggunakan nampan tidak apa-apa. Tapi peraturan disini mengharuskan memakai nampan apapun yang terjadi.
Yeseul hanya berdiam diri di tempat ganti pakaian meskipun ia sudah memakai seragam pelayan. Berharap tidak ada yang memanggilnya. Namun, harapannya tidak terkabul untuk menolongnya saat ini.
"Ya eonni, aku tidak bisa mengantar pesanan menggunakan nampan, bagaimana ini?" Bisik Yeseul pada kakak kasir yang telah bekerja disini selama 2 bulan yang lalu.
"Perlahan saja Yeseul-ah" Seperti apa yang dikatakan oleh beberapa karyawan shift pagi di tempat ganti pakaian. Jung Yuri, gadis berambut coklat pendek sebahu yang bertugas sebagai penjaga kasir merupakan gadis cuek.Meskipun begitu ia sangat cantik diantara karyawan disini.
"Dua coffe Latte dan satu Blueberry Ice" Teriak kecil Hyunbin sambil mendentingkan lonceng kecil disampingnya pertanda pesanan sudah siap diantar ke meja pengunjung.
Dengan langkah kaku Yeseul berjalan perlahan ke arah nomor meja yang tertera. Kedua tangannya memegang nampan sedikit bergetar. Bagaimana tidak, meskipun ia sudah berkali-kali menjadi pelayan cafe, ia tak pernah sekalipun memakai nampan. Ditenpat kerjanya dulu, nampan sebagai pelengkap saja.
Mata kikuknya sesekali menatap minuman yang sedang ia bawa lalu kembali menatap lantai memastikan langkahnya agar berada dalam zona aman. Hampir sampai di tempat meja yang dituju, Yeseul sedikit tersandung oleh kakinya sendiri. Akibatnya, sebagian minuman tumpah diatas meja yang berhasil mengenai beberapa baju pelanggan tersebut.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja" Sesal Yeseul sambil membersihkan baju pelanggan dengan tisu. Beberapa orang menertawakan sikapnya sebagai pelayan. Bagaimana bisa ia menyandang gelar sebagai pelayan tapi tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik? Itu perlu dipertanyakan.
"Tenang saja ini hanya noda kecil" Ucap salah satu pelanggan tersebut dengan sopan yang terkena noda paling banyak diantara nona pelanggan lainnya. Yeseul sangat menyesal dengan apa yang terjadi. Ia berusaha membersihkan noda yang terlukis dibaju nona pelanggan tersebut. Namun, nona tersebut menyuruh Yeseul membersihkan area mejanya saja.
"Apakah kau karyawan baru?" Tanyanya. Yeseul tak mau memandang wajah nona itu. Terlalu takut untuk dipandang. Ia hanya membungkukkan badannya sopan dan mengangguk pelan ketika pertanyaan mulai berdatangan dari nona tersebut.
"Siapa namamu?" Akhir dari pertanyaannya.
"Lee Yeseul" Jawab Yeseul.
Gadis yang menarik...
KAMU SEDANG MEMBACA
Despondency In Love
FanfictionMenentukan sebuah pilihan dari kehidupan merupakan hal sangat sulit. Apalagi menentukan pilihan tentang Cinta. Itu lebih rumit dan sangat melelahkan!! Tapi, inilah yang harus dilakukan oleh seorang gadis bernama Lee Yeseul. Memilih cinta diantara 3...