3

63 6 0
                                    

Gabriel kini sudah sampai di halte dekat kompleksnya, Gabriel menuruni bus dari belakang.

"masih mau ngikutin gue?" Tanya Gabriel.

Iqbaal menggeleng, "gue balik," ucapnya dan langsung berjalan meninggalkan Gabriel.

"ish, maksudnya apa coba sok sok mau nganterin sampe halte, trus begitu aja tanpa ngomong apapun" Decak Gabriel kesal, lalu menepuk dahinya "dasar bego, jangan ngayal hal menjijikan sama Iqbaallll."

Gabriel berjalan menuju rumahnya, di jalan Gabriel membuka tasnya untuk menaruh earphone miliknya, namun Gabriel tersadar kalau ada yang hilang dari dalam tasnya.

"duh, buku Nathan kemana ya? jangan jangan ketinggalan di bus lagi tadi pagi," Desis Gabriel "gimana dong.... buku kesayangan gue pake acara ilang lagi."

Gabriel akhirnya memasrahkan bukunya, yang mungkin kini sudah berganti tangan. Gabriel hanya bisa cemberut, seraya berjalan gontai menuju rumahnya.

***

"Riel lo tadi kok gue liat di halte sekolah sama Iqbaal?" Tanya Sasa yang datang 10 menit lalu, dengan alasan ingin belajar.

"kebetulan searah..." Jawab Gabriel seadanya.

Sasa menyingkirkan buku paket dari hadapan Gabriel, "terus terus? lo ngobrol apa aja sama Iqbaal?" Tanya Sasa penasaran.

Gabriel menatap sahabatnya yang tengah berseri seri itu, "biasa aja... gak bahas yang spesial atau aneh aneh."

"ihhhh, dia tuh udah bener bener Nathan-nya Berlian Gabriel Lubis, fix"

Gabriel meraih bukunya, yang ada di tangan Sasa, "bagi lo dia mirip Nathan, bagi gue enggak."

"alah, nanti juga bakal bilang kalo Iqbaal itu adalah sosok Nathan yang udah lo cari cari sejak lama, kan?" ledek Sasa.

"udah ah sa, kebanyakan halu kalo sama lo mah."

TOK
TOK

Ibu Gabriel memasuki kamar Gabriel.

"dek, itu ada temennya yang dateng... katanya mau belajar bareng" Ucap ibu Gabriel.

Gabriel dan Sasa saling melirik satu sama lain, siapa yang datang kesini untuk belajar? pasalnya Gabriel hanya berani mengajak teman datang ke rumah kalau memang mereka 'dekat'.

"aku nanti turun.." ucap Gabriel.

Ibu Gabriel pun kekuar kamar, dan Gabriel mengucir rambutnya dan berjalan keluar kamar.

Gabriel membuka pintu rimahnya, dan melihat orang yang ingin belajar bersama itu, "Iqbaal?!, lo ngapain kesini?" Tanya Gabriel

Iqbaal tersenyum dengan 'sangat' manis, "mau belajar, gak boleh?."

"ya boleh, tapi kan... lo anak IPA"

"anak IPA atau IPS boleh belajar bareng kan?" Tanya Iqbaal.

Sasa muncul dari belakang, gadis itu sudah memakai tas punggungnya.

"Riel, gue balik ya..." Izin Sasa.

Gabriel memasang wajah memelas, "Sa... jangan pergi napa" rengek Gabriel.

Sasa berlari keluar rumah Gabriel, "kak Iqbaal! semangat!" teriak Sasa.

Iqbaal hanya mengangkat jempolnya.

***

Gabriel kini sedang mengajari Iqbaal pelajar bahasa, menurut Iqbaal pelajaran bahasa adalah pelajaran yang lebih sulit dibanding fisika dan kimia.

"lo bener bener gak ngerti kalimat pasif sama aktif?" Tanya Gabriel.

Iqbaal hanya mengangguk enteng, dan memainkan bolpoinnya.

Dear Nathan KWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang