Chapter 1

108 4 0
                                    

11.25 a.m KST
.

.

.

Suasana di SM High School sekarang tampak hening. Ah tidak. Lebih tepatnya hanya kelas 11-A yang tampak sepi seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Bukan karena kelas kosong, melainkan karena mereka sedang fokus pada selembar kertas di meja masing-masing.

Mereka hening bukan tanpa sebab, tapi karena sang guru evil kini tengah berdiri di depan kelas dengan tatapan tajam yang selalu mengawasi mereka seperti sebuah CCTV. Bahkan, gerakan sekecil apapun sepertinya dapat terdeteksi olehnya. Untuk itu tak ada seorang pun yang berani bersuara atau sekadar melirikan bola mata mereka ke samping.

Mereka nampak serius mengerjakan soal demi soal, namun tak sedikit siswa yang mengeluh dan frustasi. Bagaimana tidak? Di siang hari begini mereka tiba-tiba diberi ulangan matematika mendadak. Ini sama saja seperti muncul petir di siang bolong.

Meskipun kelas ini adalah salah satu kelas unggulan yang notabene berisi murid-murid pintar, tapi tetap saja, masing-masing orang memiliki kapasitas otak yang berbeda. Terlebih ulangan ini diadakan mendadak. Deretan angka di lembar soal, tak ayal membuat sebagian murid merasakan pusing, mual, bahkan sakit perut *oke itu terlalu berlebihan.

Terlebih soal yang mereka dapat bukanlah soal pilihan ganda melainkan full essay. Masih mending jika itu soal pilihan ganda, setidaknya mereka bisa mengitung kancing siapa tau ada yang benar. Berbeda dengan essay, meskipun kita menulis jawaban panjang lebar kalau jawabannya salah tetap saja tidak membuahkan hasil. Berterimakasihlah pada saem (*guru) kita yang satu ini yang bahkan TIDAK berbaik hati untuk sekadar memberi upah menulis untuk muridnya walau itu hanya 1 poin. Bahkan satu kelas ah lebih tepatnya satu sekolah memberinya julukan "The Evil Teacher"

***

"Baiklah ini sudah 30 menit, apa sudah ada yang selesai mengerjakannya? Jika sudah harap kumpulkan ke depan sekarang juga!" ucap Kyuhyun seonsaengnim setengah berteriak

Mendengar itu, seorang namja (*Laki-laki/pria) yang duduk di pojok barisan paling belakang akhirnya berdiri. Membuat beberapa pasang mata tertuju pada namja berkacamata itu.

"Baekhyun-ssi apa kau sudah selesai?" Pertanyaan itu sontak membuat beberapa pasang mata menatapnya tidak suka. Namun yang menjadi pusat perhatian tampak mengabaikan tatapan-tatapan itu dan lebih memilih melangkah maju untuk menyerahkan lembar jawaban miliknya.

"Ne.. Saya sudah selesai mengerjakannya saem" balas Baekhyun sembari menyerahkan lembar soal serta jawaban miliknya

"Baiklah kau bisa keluar lebih dulu" Mendengar itu, Baekhyun hanya mengangguk seraya mengucapkan terimakasih. Sebelum ia keluar kelas, Baekhyun balas menatap beberapa pasang mata yang belum berhenti menatapnya. Baekhyun tau arti tatapan-tatapan itu. Tatapan yang sama saat ia pertama kali masuk sekolah ini, ahh lebih tepatnya kelas ini.

Tatapan tidak suka, benci bahkan jijik. Baekhyun tidak mengerti kenapa dia begitu dibenci. Apa karena dia jelek? Atau karena dia miskin? Dia memang masuk sekolah ini karena beasiswa, apa itu salah? Apa orang miskin tidak pantas untuk bersekolah di sekolah elit? Toh dia punya otak yang terbilang brilian meski kurang dari segi materi.

Baekhyun menghela nafas. Tatapan-tatapan itu sama sekali tidak berubah. Sepertinya seisi kelas benar-benar membencinya. Well, tidak sepenuhnya sih. Setidaknya ia punya satu orang yang benar-benar peduli padanya di kelas itu. Dia Xi Luhan, namja keturunan Korea-China. Mereka sudah saling kenal sejak masa penerimaan siswa baru, dan Baekhyun merasa beruntung karena dia ternyata satu kelas dengan Luhan.

STUPID LOVE STORY - [ CHANBAEK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang