BAB 2

72.6K 3.7K 60
                                    

Lapangan yang sangat besar itu tampak begitu indah dan mampu ditempati oleh beribu-ribu jiwa. berbagai macam wanita wanita yang berbalut pakaian seksi dan aku yakin pakaian itu adalah rancangan desaigner ternama.

Mereka berjalan sambil mengangkatkan kepala mereka keatas. seakan menunjukkan betapa indahnya karya Tuhan. cih.. aku berdengus kesal. Dasar, aku sangat tidak menyukai wanita seperti mereka. Mereka hanya dapat menghabiskan uang harta kekayaan keluarga mereka dan menghamburkannya. Bahkan mereka semua menggunakan polesan make up tebal yang bahkan melihatnya saja sudah membuatku jijik.

Kuhentikan langkahku sembari memperhatikan sekeliling. Semua orang  tampak tertawa ria dengan senyum palsu mereka. Dimana aku berada sekarang?

Aku memutar tubuhku dan berusaha mencari pintu keluar namun tatapanku berhenti saat tidak sengaja menangkap sosok wanita yang sangat cantik berbalut dress merah. Ia hanya menggunakkan polesan make up tipis. namun hal itu tidak mengurangi manisnya wajahnya. Sekilas ia tampak sepertiku. Kakak? Apa yang kakak lakukan disini?

ketika aku hendak mengejar kakakku, kakakku sudah terlebih dahulu berjalan pergi menuju panggung besar. aku berusaha mengejarnya namun langkahku terhenti karena lampu di ruangan ini tiba tiba redup membuat tubuhku limbung hampir terjatuh.

Kenapa lagi, batinku

Aku sedikit terkejut mendengar suara riuh tepuk tangan. aku menyipitkan mataku dan butuh waktu enam detik bagiku untuk menyesuaikan penglihatanku dengan cahaya lampu di atas panggung yang begitu terang.

Aku hampir terjatuh melihat kakak dan suamiku yang sedang berdiri di atas panggung. Ingin sekali rasanya aku melangkahkan kakiku ke atas panggung lalu menarik suamiku pergi dari wanita lain selain diriku.

Disana, Suamiku mengengam tangan kakakku dengan mesra. Mereka saling menatap penuh dengan kasih sayang. Oh apa kataku barusan? Mesra? Oh ya ampun, apa yang kupikirkan? apakah aku cemburu? tidak..tidak mungkin aku cemburu. Hatiku sudah terlalu kebal melihat permandangan seperti itu. Iya, aku tidak cemburu, Beberapa kali aku mencoba menegaskan hal itu pada diriku sendiri.

Aku memperhatikan suamiku. Ia tampak sangat tampan hari ini. Rambutnya sudah ia rapikan, tampak berbeda dari beberapa hari yang lalu dan senyum yang ia berikan begitu manis. Oh ya ampun, senyum yang ia berikan sangat manis sekali dan mampu melelehkan hati siapapun kaum hawa. namun kenapa yang kurasakan saat ini adalah begitu perih?

Tentu saja karena senyum yang ia berikan bukan untukku pantas saja hatimu sakit, sedangkan ia tidak pernah tersenyum seperti itu padamu bahkan senyum saja tak pernah ia berikan padamu.Ku pejamkan mataku dan berusaha tidak menjatuhkan air mata. Sakit rasanya.

" Ekhm, terima kasih bagi kalian semua yang sudah menghadiri acara kami." ucap suamiku mengengam tangan kakak.

" Jika saya boleh berbagi cerita, hari ini adalah hariku yang paling bahagia. Karena hari ini akhirnya aku dan dia resmi bertunangan. Aku sangat bahagia sekali. Kebahagiaanku bertambah dengan kehadiran kalian semua." ucap kakak.

kakak tersenyum pada suamiku lalu mereka mengangkat tangan mereka dan memperlihatkan cincin tunangan mereka.

" Hari ini dia berjanji akan menyanyikan sebuah lagu untukku. Ia telah berjanji dan ia mengatakan lagu itu adalah lagu romantis. Baiklah sekarang nyanyikanlah untukku, sayang. Kami semua penasaran mendengar suaramu." sambung kakak bergelut mesra di lengan suamiku. lalu suamiku membalas tatapan kakak sebelum akhirnya ia mencium kening kakak dan memeluk pinggang kakak.

aku berusaha menahan air mataku yang hampir terjatuh. Aku tidak ingin terlihat seperti orang gila yang tiba tiba menaggis disaat hari bahagia orang lain.

Tacking LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang