00

636 70 19
                                    

Gadis itu tersenyum pedih, rasanya ia ingin menyalahkan Tuhan atas segala yang terjadi kepada dirinya.

Hatinya hancur saat harus menerima semua kenyataan ini, dia... Minatozaki Sana, gadis cantik yang memiliki darah Jepang itu baru saja dinyatakan memiliki penyakit kanker oleh dokter pribadinya.

Sana di haruskan untuk mengikuti berbagai rangkaian jenis pengobatan demi kesembuhannya.

Tapi di sini, Seoul masih belum punya rumah sakit yang sama canggihnya dengan kepunyaan Eropa.

Sana harus pergi, meninggalkan semua keluarganya untuk berobat, teman-temannya, dan Sang kekasih...

Park Jihoon.

Sana mengambil secarik kertas, menoreh sesuatu di kertas itu, dengan harapan Jihoon akan mengerti dengan keputusannya.

"Jihoon, maafin aku. Aku belum bisa jadi sesuatu yang selalu ada buat kamu. Maaf, hanya kata itu yang bisa aku ungkapkan. Aku akan pergi untuk sementara... tolong jaga hatimu. Biarkan namaku tetap terukir meski jarak kita sungguh berjauhan, believe me... aku akan kembali. Hanya untukmu, dan masa depan kita. Jangan lupakan kuliahmu juga ya?"

Tulisnya, dalam surat yang ia niatkan akan di sampaikan kepada Jihoon melalui sahabat terdekatnya,

Myoui Mina.

Sahabat yang sudah begitu dekat dengannya, sahabat yang selalu mengerti dirinya.

Yang menjadi kepercayaannya.

Sana mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi Mina. Rencananya, hari ini dia akan memberikan surat itu kepada Mina untuk di sampaikan kepada Jihoon.

"Halo?"

Sana tersenyum saat mendengar suara sahabatnya itu, "Halo, Min. Gimana kabarnya?"

"Baik, kok. Lu sendiri gimana kabarnya?"

"Baik... emh, ada yang mau gua omongin sama lu, boleh nggak kita ketemu?"

"Dimana? Jam berapa?"

"Di taman biasa, jam tiga sore, mau?"

"Oke lah, nanti gua ke sana."

"See you again, Mina."

Terdengar kekehan dari pihak seberang, "Ngapa dah lu? Sok iye pake see you again segala?"

Sana tersenyum simpul saat mendengar ucapan Mina, "Nggak papa, lagi pengen jadi bule inggris aja. Bye, Mina."

Ttttuuuttt

Sana menarik napasnya kuat-kuat, "Aku harap jalan yang aku pilih ini bukan jalan yang salah. Mina adalah orang yang paling bisa aku percaya, dia yang terbaik."

.

.

.

"Hai, Mina." Sana menepuk pundak Mina yang sedang menatap kosong tumbuh-tumbuhan yang ada di depan mereka.

Mina pun menoleh, "Eh Sana, duduk sini."

You Lost Me✔(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang