ISI

7 0 0
                                    


Pagi itu di sekolah sedang ada persiapan untuk ulangan tengah semester, dan semua siswa wajib beres-beres agar terlihat rapih. Tidak sengaja aku melihat seorang anak yang potongan rambutnya seperti artis Tukul Arwana.

Dengan suara lantang. Aku memanggilnya "hey tukul, kenapa sekolah disini, bukannya lagi shooting? tertawa "hahaha"...

Dia marah dan tidak menerimanya! dia mendorong" brug..."

Kejadian itu terlihat oleh teman-teman senior. Aku mudah akrab dengan orang. sehingga banyak yang menjadi teman. Pulang sekolah tiba. Teman-teman senior merencanakan sesuatu untuk menjegal mereka ketika di jalan pulang.

Beberapa menit menunggu "muka gelisah"....Di depan gerbang sekolah.

Insting mereka sudah tau mau di jegal. Mereka minta bantuan kepada penjaga gerbang. Sayangnya penjaga gerbang tidak membantu. Dengan cepat mereka keluar "ngeng"..

"lari... ucapku sambil menyalakan motor...., Aku menyusul mereka dan terjepit di dekat belokan. Akhirnya pertumpahan emosi pecah. " dug dag dug dag"... pukulan mengenai hidung.

Jumlahnya sangat berbeda. Banyak orang yang melihat dan ada satu teman yang mengeluarkan kunci untuk memukuli kepalanya. sampai akhirnya kepalanya berdarah banyak. Aku merasa takut beregegas melarikan diri ke kosan.

Malam datang, begitupun teman-teman juga ikut datang. Mereka membawa beberapa botol minuman berahkohol. "Ambil gelasnya"... suara orang yang sudah mabuk.

Sebetulnya tidak ada niat meminumnya karena takut Ibu tau. Mereka memaksa. "Minum saja ibu kita tidak datang kesini" teriak dari arah belakang.

Aku tidak bisa menolaknya. Rasanya kepala pusing dan mau muntah. Tidak terasa pagi datang, dan teman-teman masih tertidur. Segera aku memabangunkan mereka agar cepat mandi. Mungkin di sekolah terasa baik-baik saja, karena banyak orang yang tidak tahu.

Aku tak menyangka jika kaka senior yang ditaksir selama ini, dia menaruh rasa diam-diam. Bertanya-tanya.."Mungkin karena masalah itu? Atau bahkan bukan, tapi tidak penting yang penting dia mengenalku".

Masalah datang. Orang-orang yang merasa dipukuli mengadu kepada pihak sekolah dengan orang tuanya masing-masing. Ya begini resiko jika memulai api untuk disiram air. Menenangkan diri lebih baik. Sebetulnya ada hukuman yang diberikan. Awalnya merekea minta ganti rugi atau akan melaporkan ke pihak berwajib. Namun sayang niatan itu gagal. Sebab kepala sekolah mengenalku memalui prestasi di bidang otomif. Beberapa kali mendapat juara dalam perlombaan. Membuat citra yang awalnya baik berubah menjadi datar. dengan cepat. Tak apa. Masih ada waktu memperbaiki dan tidak melakukan kesalahan.

"Pulang saja sudah sore" kata bapak kepala sekolah....

Dalam malam aku mengirimkan pesan singkat. Dengan gaya seorang pencari cinta. Banyak jurus- jurus yang aku tunjukan untuk menarik dia. Sampai kemudian berani untuk menelponnya. Bahkan saking seringnya aku lupa pulsa yang dipakai jebol sekali. Tetap saja semua resiko itu, aku meminta kepada Ayah. Begitu cepat pendekatan ini terjadi, dan tidak terasa dia menjadi milikku.......

Setiap libur sekolah, aku pulang kerumah untuk melepas rindu bersama kedua orang tua, adik dan keluarga yang lain. Memang keluarga ini berkeadaan diatas cukup. Aku bahagia dalam setiap hembusan nafas ini.....

Siang itu cuaca memang panas.... "ah suara haus menggeliat ditenggorokan" sambil mencari minum dikulkas..

Tak sengaja dari luar terdengar suara teriakan yang memecah suasana menjadi kacau. Aku tak menyangka jika kepulangan hari ini adalah sesuatu yang menyedihkan. Ibu bertengkar dengan keluarga Ayah. Ya! Memang keluarga Ayah tidak suka dengan sifat Ibu yang keras. Tapi di balik itu semua, Ibu adalah malaikat dalam hidup. Ayah memang tidak membela siapapun dan hanya duduk terdiam di kursi depan. Aku tau apa yang Ayah pikirkan.

CITA-CITAWhere stories live. Discover now