Ingin

8 1 0
                                    

INGIN
.
.
.
.
.
Suka gereget sama temen atau orang sekitar yang belum merasakan ni'mat dekat dengan ALLAH salah satu contohnya ta'at kepadaNya, berusaha untuk memenuhi perintahNya dan tentunya menjauhi laranganNya. Maksudnya gereget ke diri sendiri 'ko gak ngingetin pada kebaikan, ko gak negur kalo dia salah, ko gak ngajak dia kalo ada kajian, kalau lagi pada ngomongin orang bukannya negur atau pergi aja eh mala ikutan. Astagfirullah..
Kadang dalam hati suka bilang 'nanti juga kalo udah waktunya dapat hidayah dia berubah lebih baik ko'. Tapi bisikan postif juga tak kalah lantang 'emang kamu (aku) ga pengen jadi pelantaranya? Ga pengen ambil peran bantu dia jemput hidaya?'. Ada hadits arba'in ke 34 yang selalu terngiang-ngiang saat hati kontra seperti itu.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)

Nah skak! Betapa lemahnya iman ini. Saat melihat orang sekitar melakukan hal yang tidak baik aku ga bisa berbuat apa-apa, lisanku juga gak bisa negur dengan alasan takut dia tersinggung jadi cuma di hati saja aku tidak membenarkan perbuatannya. Sekali lagi betapa lemahnya imanku.
Sangat, sangat iri melihat orang yang lain yang mampu berperan untuk orang lain agar lebih baik dengan berdakwah di khalayak ramai atau bahkan di komunitas positif yang skalanya kecil tapi setidaknya orang itu ada tindakan. Lah aku??
Suka bertanya-tanya dimana keberanianku? Mengapa takut untuk menyerukan kebenaran?
Lalu kapan aku akan memulainya?
Kata 'secepatnya' selalu menjadi jawaban yang terlihat meyakinkan dari hati. Tapi kata 'secepatnya' itu tidak jelas, tidak spesifik. Jangan sampai ajal lebih dulu menjemput.

JEJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang