Kamu itu dingin. Tapi saat bertemu denganmu, hatiku tiba-tiba menghangat.---
Bau buku menyeruak masuk ke dalam indra penciuman saat seorang gadis menginjakan langkah pertamanya di perpustakaan.
Senyumnya terpatri jelas di wajahnya kala memandangi buku-buku tersusun rapi di rak perpustakaan. Kakinya melangkah menuju rak bagian novel, menyusuri berbagai judul buku yang menarik untuk dibaca.
Tangannya terulur mengambil salah satu novel dengan judul Unpredictable love karya penulis kesukaannya. Setelah buku itu berada di genggaman tangannya,
meja berada di pojok perpustakaan menjadi tujuannya untuk melakukan ritual membaca novel."Yes, tempatnya kosong!" Tangan gadis itu terkepal di udara, meluapkan rasa senangnya sebab tempat ternyamannya di perpustakaan tidak ada yang menempati.
Tangan kirinya menjadi penyangga dagu, sedangkan tangan kanannya konstan memegang ujung buku dan membalikan halamannya saat matanya sudah membaca seluruh isi dari lembar tersebut.
Kini, lembaran novel itu terbuka satu persatu oleh tangannya. Fokusnya tertuju untuk membaca kata demi kata yang saling berhubungan membentuk cerita.
Gadis itu menikmati setiap lembar halaman yang menyuguhkan cerita antara sepasang insan yang tengah menjalin asmara. Imajinasinya membayangkan setiap adegan dan memposisikan dirinya sebagai tokoh perempuan dalam cerita itu.
"Andai aku jadi Charisa, bahagia lahir batin deh." celoteh gadis itu membayangkan menjadi peran utama dalam cerita novel yang dibacanya.
"Aduh Fatih manis banget sih,"
"Tapi kasian Vano, cintanya ga bertepuk sebelah tangan,"
"Vano sama Nau aja ya, mulai sekarang kita jadian."
Perkenalkan, gadis yang sedang bermonolog itu bernama Alesha Naura.
Tidak, tidak. Naura bukan siswi primadona sekolah dengan kecantikan yang selalu dipuja kaum adam, bukan bad girl yang selalu mengunjungi ruang BK, ataupun good girl yang selalu nangkring dalam urutan juara umum dengan nilai yang di atas rata-rata.
Naura adalah Naura, siswi SMA Nusantara yang baru merasakan indahnya masa SMA. Untuk sifat dan kepribadiannya kalian bisa menilai sendiri bagaimana seorang Naura.
Naura terus bermonolog, menanggapi alur cerita novel. Membuat seorang siswa yang tengah membaca buku astronomi terganggu, sebab posisinya berada di balik rak buku yang notabenenya berada di samping gadis itu.
"Berisik!" interupsi siswa itu, dengan nada tegas tak terbantahkan dalam intonasi ucapannya.
Sontak Naura menutup mulut dengan mata yang terbelalak. Tangannya refleks memegang dada, membuat halaman novel yang sedang terbuka tertutup dalam sekejap. "Uppps, maaf."
Tak ada jawaban yang dari murid itu, hanya dengusan kasar sebagai akhir dari percakapan.
Saat suasana mulai tidak tegang lagi, helaan nafas terdengar dari mulut Naura, deru jantungnya sudah kembali normal. Ia melanjutkan aktivitasnya seperti sedia kala.
"Mohon perhatian, sebelumnya maaf telah mengganggu waktu istirahat. Kepada seluruh kelas X, kegiatan keputrian dan shalat jumat berjalan seperti biasanya serta dilanjutkan dengan kegiatan kepramukaan. Untuk itu diharapkan semua siswa mengikuti kegiatan yang sudah ditentukan. Terimakasih."
YOU ARE READING
DESTINY
SpiritualJika ada makhluk yang paling menyebalkan, Naura akan dengan senang hati menunjuk Aidan. Cowok maniak pramuka yang selalu hadir untuk mengganggunya. Aidan cowok dingin, tapi menjengkelkan di hadapan Naura. Aidan dikenal judes, tapi menjadi sangat cer...