Jadwal keputrian untuk kelas X Mipa 2 telah berakhir sejak lima menit yang lalu.
Untuk yang belum mengetahui keputrian itu apa, kegiatan keputrian adalah salah satu ekskul yang diselenggarakan oleh SMA Nusantara yang wajib diikuti oleh seluruh siswi Muslim.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam ilmu agama dengan pemberian materi yang disampaikan oleh santriwati dari pondok pesantren ataupun seorang ustadzah.
Selepas kegiatan itu, Naura bergegas mengambil mukena dalam tasnya untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Berbarengan dengan Lala yang baru saja memasuki kelas.
Lala mengucap, "Mau shalat dulu?"
Naura mengangguk mengiyakan.
Tatkala dia sudah sampai di pintu kelas, tubuhnya berbalik. "La, kacu aku lipetin, yang rapih oke?" cengirnya.Lala memutar bola matanya, "Ya, udah sana lo shalat dulu." Usirnya mengibaskan tangannya mengusir Naura.
Untung saja keadaan masjid sekolah masih sepi, hanya ada beberapa murid yang sedang bersiap untuk melaksanakan shalat.
Untuk waktu Dzuhur kali ini, tidak ada lelaki yang memimpin sebagai imam shalat, karena kaum adam telah menjalankan shalat jumat.
Hanya ada sebagian murid lelaki yang memilih berdiam diri di lantai bawah, tempat khusus untuk lelaki shalat.
Naura shalat dengan khusyuk, mengawalinya dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan Salam.
Di doa Dzuhurnya kali ini, Naura hanya meminta kepada Allah agar Aidan tidak akan memberi hukuman baginya. Karena Naura yakin, dengan begitu rasa takut dan gelisah dalam dirinya akan berkurang, berganti rasa ketenangan yang akan membawa dirinya santai untuk menghadapi makhluk semacam Aidan.
"Oke Naura, santai. Kamu udah latihan minta maaf, do'a juga udah. Jadi ga perlu lagi takut sama kak Aidan." Naura menarik nafas dan menghembuskannya berulang-ulang.
Di luar masjid, Naura mencari sepatunya. Namun sudah sedari tadi hasilnya nihil, sepatu warriornya tetap tidak ia ketemukan.
"Mana sih sepatunya, padahal aku inget kok simpennya disini."
"Apa ketukar sama orang lain?"
Matanya terus celingukan mencari dari ujung masjid, mondar-mandir untuk mencari sepatunya.
Sepatu Naura memang hampir sama dengan seluruh murid, karena sekolah mewajibkan untuk memakai sepatu warrior dengan tali berwarna putih. Jadi sangat besar kemungkinan bahwa sepatunya tertukar dengan siswa lainnya.
Satu persatu murid mulai pergi dari masjid, menyisakan Naura yang masih menyusuri setiap sudut masjid.
"Udah jam segini, tapi sepatunya masih ga ada," Lirik Naura pada jam yang terbalik di lengan kirinya.
Hanya ada sepasang sepatu di sana, modelnya persis seperti sepatu milik Naura, ukurannya saja yang berbeda. Sepatu itu berukuran besar, seperti ukuran cowok.
Naura duduk di tangga batas suci, mengambil sepatu itu, dan menelitinya dengan seksama. "Ini ukurannya gede banget, mana cukup sama kaki aku."
Mengingat waktu yang dimilikinya tinggal sedikit, Naura terpaksa memakai sepatu itu, daripada ia nyeker ke kelas dan membuatnya menjadi bahan tertawaan sepanjang koridor.
"Pake aja deh, Masa bodoh kegedean."
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Naura bersyukur tidak ada murid yang memperhatikan sepatu yang dipakainya. Dirinya mengambil langkah yang besar, supaya lebih cepat sampai di kelasnya.
Lala melihat Naura yang baru saja datang sehabis shalat, dirinya merasa aneh dengan cara berjalan Naura. "Langkah lo biasa aja kali Ra, sampe semeter gitu jaraknya."
YOU ARE READING
DESTINY
SpiritualJika ada makhluk yang paling menyebalkan, Naura akan dengan senang hati menunjuk Aidan. Cowok maniak pramuka yang selalu hadir untuk mengganggunya. Aidan cowok dingin, tapi menjengkelkan di hadapan Naura. Aidan dikenal judes, tapi menjadi sangat cer...