Ketika matahari mulai tertidur untuk beristirahat,nampak pancaran sinar terang yang muncul menyapa siapa saja yang tengah menikmatinya.
Sudah dua jam lebih jutaan bintang dan rembulan yang sinarnya terpancar sampai kepenjuru dunia menemani perjalananku malam ini.
Resah,gelisah,hancur dan hampa. Begitulah keadaan hatiku saat ini.
Kepergian Alena benar benar membuat orang terdekatnya terbanjiri oleh air mata. Termasuk aku.
Mataku seolah terus memacu mengeluarkan air mata yang tak kunjung reda.
Bayangan Alena selalu bergentayangan dipikiranku sejak sore tadi.
Di hadapan malam ini,untuk pertama kalinya aku merasa sepi, sunyi, sendiri tanpa kehadirannya.
Ingin rasanya memanggil Alena untuk kembali hidup,kembali menikmati indahnya dunia,kembali temukan seseorang yang membuatnya bahagia. Tidak sepertiku. Pria yang telah merebut semua kebahagiaannya, yang telah membuatnya tega menghilangkan nyawanya sendiri hanya karna kehilangan pria yang dicintainya.
Tapi apalah daya itu semua tidak akan pernah terjadi. Itu semua adalah sebuah kemustahilan.
Alena telah pergi dari dunia ini. Ia sudah bahagia. Ia sudah tenang. Tidak sepertiku yang masih penasaran kepada siapa yang telah tega menghabisi nyawaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen FictionHadirmu memberikanku sebuah pelajaran berharga yang tidak pernah kutemukan dimanapun selain di dalam dirimu.