2 - Real Friendship

105 26 11
                                    

Jimin bungkam setelah mendengar kata-kata yang diucapkan Jungkook. Jimin juga tau Jungkook dulunya adalah pemuda yang sangat kuat, ceria dan tentunya baik kepada semua orang tetapi jimin berpikir,

"kenapa ada seseorang yang menyakiti Jungkook seperti ini dan membuat sifat Jungkook berubah 180 derajat?"

Akhirnya, setelah Jungkook selesai mandi, Jungkook bertanya kepada Jimin.

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu tadi? Kamu kan tau Chim kalo aku tidak suka mengingat masa lalu apalagi tentang dia."

Jimin terdiam, tidak tau harus menjawab apa karena dia benar-benar tidak ingin Jungkook berubah.

"Aku tidak marah kepadamu Chim, tapi setidaknya kamu tau apa yang dia lakukan di masa lalu. You know, it's very hard to forget it."

Jimin menegakkan kepalanya menatapku seolah-olah dia bisa berbicara dengan matanya. Akhirnya Jimin membuka suara.

"Aku tau itu Jungkook bahkan aku sangat tau tetapi aku hanya ingin kamu berubah seperti dulu bukan Jungkook yang sekarang , jujur aku tidak suka melihat perubahanmu sekarang."

Jimin menarik nafas dan menghembuskannya sekali lagi, ia menatap cemas ke arahku.

"Kamu bahkan tak ramah, tak peduli, dan tak hangat kepada orang lain. Ingatlah, dulu kamu itu baik bahkan semua orang sangat suka kepadamu. Tapi, sekarang semuanya berubah, tidak semua tetapi hanya kamu yang berubah Jungkook."

Melanjutkan kata-katanya dan membuatku membuang muka ke arah yang lain.

"Kamu ingat tidak kalo aku ini sahabatmu dari kapan? Aku tidak ingin sahabatku berubah hanya karena pemuda sepertinya."

Jungkook terdiam, dia menatap Jimin kembali dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti. Dia berdecak kesal lalu memutuskan meninggalkan Jimin.

"Sudahlah Jim, urusi dirimu sendiri. Jangan urusi aku dan aku ingin menghirup udara segar dulu di luar."

"itulah Jungkook yang sekarang, dia bahkan berubah. Bukan seperti dia yang kukenal dulu."

----

Jungkook POV

"Sudah tau aku tidak suka membahas itu tapi selalu saja dibahas. Padahal tadi dia masih baik-baik saja tak ada yang salah dengannya tapi kenapa tiba-tiba dia bertanya seperti itu?"

Aku menggerutu agak kesal meninggalkan apartemen. Aku mencoba menikmati udara diluar apartemen tanpa berjalan lebih jauh karena sudah dipastikan akan ramai.

Saat di luar apartemen, Jimin menghampiriku dan menatapku memasang aegyo yang sebenarnya menjijikkan untukku. Aku serasa ingin tertawa melihatnya, sebenarnya aku tidak marah kok tapi hanya agak kesal.

"Kenapa kamu memasang ekspresi seperti itu Chim?"

"Maafkan aku Jungkook-ie, aku tidak bertanya seperti itu lagi kok sahabatmu ini hanya khawatir kepada kamu makanya tadi menyebalkan."

Jimin ber-aegyo di depanku sedangkan aku hanya menatapnya datar dan bersiap-siap untuk muntah di hadapannya. Tolong bangunkan aku, jika anak ini sudah sadar.

"E-ehem kenapa kau ber-aegyo di depanku? Aku sangat geli melihatmu seperti itu dan aku tidak marah kok hanya saja sedikit kesal."

"Aku tidak main-main Jungkook, aku kira kamu tadi marah kalo tau kamu tidak marah ngapain juga aku ber-aegyo di depanmu seperti itu."

Sekarang, Jimin yang menatapku datar dan aku hanya menahan senyumku pada saat itu. Sungguh,kau sangat tidak cocok seperti itu Chim.

"Kau sungguh lucu Chim."

Dan, aku meledakkan tawaku begitu saja karena dia sangat lucu jika menatapku datar seperti itu.

"Nah gitu dong Jungkook-ie, itu baru Jungkook yang aku kenal. Aku senang kamu tertawa seperti dulu lagi. Kalo begitu, aku rela deh harus ber-aegyo di depanmu jika itu bisa membuatmu tertawa."

Aku tersenyum mendengar penuturan Jimin, aku juga sangat ingin kembali seperti aku yang dulu. Tapi, jika aku kembali seperti dulu, kenangan buruk itu selalu muncul kembali dalam ingatanku dan aku tidak ingin mengingat hal yang membuatku mengerti apa itu pengkhianatan dan apa itu kebencian.

---

Di sisi lain, seorang pemuda tengah melihat dua sahabat yang sedang berbicara itu tetapi matanya hanya tertuju kepada pemuda manis bersurai coklat gelap, Jeon Jungkook.

---

Taehyung POV

Aku melihatnya, ya aku melihatnya dari jauh. Dia benar-benar bisa menjadi adiktif untukku. Pertemuan pertamaku dengannya tidak berakhir indah seperti di telenovela. Pertemuan kita, Pertemuan yang singkat tetapi tak mengesankan. Bertemu di depan toko buku, saling acuh tanpa berkenalan. Menatapnya membuatku mengingat pertemuan pertama kita dan ingin segera menjabat tangan indahnya. Mungkin, sekarang bukan waktu yang tepat untuk aku menjabat tangannya. Mungkin nanti. Sebentar lagi.

Aku beranjak dari tempat ini akan kembali pulang. Sebelum kembali ke apartemenku, aku menyempatkan netra ini menatapnya terlebih dahulu.

"Kenapa dia bisa semanis itu? Mata doe indahnya, bibir cherrynya, hidung mungil serta mancungnya, kulit putih nan halusnya. Astaga, kenapa aku berpikir seperti ini sih? Jangan sekarang Tuhan"

Lama aku tenggelam dengan menatapnya mengagumi indahnya ciptaan Tuhan, selang beberapa waktu dia menatapku juga. Aku terkejut, dan aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan sifat anehku ini. Membuang muka menatap ke arah yang lain.

Saat dia menatapku aku bisa merasakan dia benar-benar orang yang sangat dingin. Wajahnya pun tak menunjukkan sifat bersahabatnya denganku. Tapi, itu tak membuatku menyerah untuk mengenalnya. Mengenal lebih jauh tentangnya.

"Heii kau! Mengapa menatapku seperti itu?"

"Tuan, apakah matamu ingin kucongkel dengan linggis? Csh, sangat tidak sopan"

Dia benar-benar remaja yang misterius dan menyeramkan. Dan itulah yang membuatku semakin tertarik dan semakin ingin mengenalnya.

---

Hai haiii....

Maaf ya kalo di bulan Ramadhan ini aku ngga bisa sering post cerita. Dan terima kasih untuk sider, dan yang sudah vomment.
Terima kasih banyak.
Salam kenal dari aku.

I Know It's Hurt!  [V.K]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang