Kini kedai ramen itu telah sepi. Papan yang terpasang di depan pintu sudah berganti dengan tulisan close. Ya, sudah setengah jam yang lalu kedai ramen yang selalu ramai itu telah tutup. Kini yang terlihat hanyalah kesibukan para pegawai yang tengah membersihkan kedai sebelum mereka bergegas pulang. Seorang pegawai yang tengah mengelap meja menghentikan aktivitasnya, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tengah duduk menyandarkan kepalanya di atas meja.
Nishimura Kazuto tersenyum tipis mengamati sahabatnya yang terlihat kelelahan itu. Rambutnya yang hitam panjang hampir menutupi seluruh wajahnya yang kini tengah terkulai di atas meja. Entahlah sejak kapan Kazuto mempunyai kebiasaan mengamati sahabatnya itu secara diam-diam, mungkin sejak ia menyadari bahwa rasa sayangnya pada Hima bukan sekedar rasa sayang kepada sahabat. Ia mencintainya sejak ia merasakan jantungnya selalu berdebar kencang ketika ia berada di dekatnya, ketika ia merasakan ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya setiap kali ia menghabiskan waktu bersamanya. Tapi ia tidak pernah mengungkapkannya pada Hima karena ia tidak siap jika ternyata Hima tidak mempunyai perasaan yang sama dengannya. Mungkin kalian dapat menyebutnya pengecut, tapi sungguh Kazuto tidak pernah peduli dengan itu. Ia rela dikatakan sebagai pengecut asalkan Hima tetap berada di sampingnya.
Himawari Ishida mendongakkan kepalanya mendapati Kazuto yang telah duduk di depannya dengan membawa segelas air putih.
“Untukmu, minumlah.” Ucapnya seperti biasa, tenang dan dingin.
Ia tersenyum simpul, “Terima kasih, kau tahu saja aku sangat haus.” Ia meminum habis air putih itu dalam satu tegukan. “Ahhh… nikmatnya.. kau tahu rasanya tangan dan kakiku ini mau patah saja, hari ini kedai benar-benar ramai.”
Kazuto mengelap sisa air yang ada di sudut bibir Hima dengan telapak tangannya, “Ishh, minum saja belum benar seperti anak kecil saja. Kapan kau akan dewasa huh?”
“Yak! Apa hubungannya dewasa dengan caraku minum, huh? Lagi pula aku sangat lelah tau..” kesalnya.
“Tentu saja ada, apa pernah kau melihat seorang wanita minum seperti dirimu, huh? Benar-benar tidak anggun sama sekali. Pantas saja kau belum punya pacar juga.”
“Yak!! Aku belum punya pacar karena aku belum menemukan pria yang cocok untukku.” Ia menatap Kazuto dan mulai mengamatinya dari atas hingga bawah, “Kau sendiri juga belum punya pacar, atau… jangan-jangan gosip itu memang benar?”
Kazuto membulatkan matanya, “Memangnya ada gosip apa, huh?”
“Kau benar-benar tidak tahu?”
Kazuto menggeleng
“Sini biar aku beritahu.” Katanya sembari melambaikan tangannya member isyarat agar Kazuto mendekat karena ia akan membisikan rahasia itu padanya.
Kazuto pun mengikuti perintah Hima.
“Gosipnya, Nishimura Kazuto itu tidak suka perempuan..”
“YAK!! KAU GILA YA???”
“Ishhh.. kecilkan suaramu bodoh, kau mau nenek dan kakek dengar huh?”
“Aku masih normal bodoh..” Bukannya aku tak menyukai perempuan, hanya saja hati ini sudah terperangkap dalam cintamu, aku mencintaimu gadis bodoh..”
Kazuto bangkit dari duduknya, “Lebih baik aku pergi ke kamar saja, daripada disini lama-lama aku bisa jadi gila.”
***
Kazuto mematikan lampu belajarnya. Dimainkannya pulpen yang sejak tadi ia pakai untuk mengerjakan tugas. Ia memutar kursinya menghadap jendela, jalanan di bawah sana sudah nampak sepi, hanya ada beberapa pejalan kaki saja yang berlalu lalang di sana. Pikiran kazuto melayang pada saat pertama kali ia bertemu Hima sekitar lima tahun lalu, saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Saat itu puncak musim panas, udaranya yang kering dan panas yang menyeruak membuat Kazuto tidak betah berlama-lama di dalam kelas. Sebenarnya bukan udaranya yang membuat Kazuto ingin keluar, tetapi kebiasaannya yang tidak pernah bisa berlama-lama mengerjakan satu hal lah yang membuatnya ingin keluar sejenak melepaskan kejenuhannya. Sejak kecil Kazuto memang mempunyai kebiasaan itu, jadi ia selalu mencari sesuatu yang dapat menjadi selingannya ketika belajar. Salah satu selingan yang ia suka adalah izin ke toilet. Eitss, jangan kalian pikir ia akan benar-benar pergi ke toilet ya, karena Kazuto jarang sekali menggunakan izinnya untuk ke toilet. walaupun ia izin ke toilet, tapi ujung-ujungnya ia akan ke cafetaria atau berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Seperti pada hari itu..
Kazuto melangkahkan kakinya menuju keran yang terletak di samping lapangan. Dibasahinnya tenggorokannya yang terasa kering itu. Air yang mengalir di tenggorokannya terasa sangat segar dan menyejukan. Walaupun air itu sudah cukup membuatnya segar, tetapi itu saja belum cukup mengusir rasa bosannya, alhasil Kazuto pun memilih untuk duduk sebentar di tepi lapangan. Dan di sanalah ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia yakin betul ada seseorang yang tengah memperhatikannya dari balik pohon yang letaknya tak jauh darinya. Kazuto yang terkenal dingin tetapi mempunyai paras yang tampan memang cukup populer di kalangan siswi-siswi di sini. Tak jarang ia juga mendapatkan hadiah dari para penggemarnya tersebut, tapi sejauh ini tidak ada yang senekat ini menjadi penguntit dan bersembunyi di balik pohon seperti yang dilakukan anak itu.
"Keluarlah.."
Tak ada reaksi apapun, anak yang bersembunyi di balik pohon itu tak bergeming sama sekali. Ia sepertinya tahu kalau Kazuto berbicara padanya, tapi ia terlihat sangat ketakutan untuk keluar dari persembunyiannya.
"Kau mau keluar atau aku yang akan menyeretmu keluar dari situ?"
Sekali lagi tidak ada tanggapan apapun dari anak itu, dengan kesal Kazuto menarik anak itu keluar dari persembunyiannya.
"AWWW!!!" Anak itu mengerang kesakitan saat tangan Kazuto yang kuat itu mencengkram tangannya.
Anak itu mengibas-kibaskan tangannya yang terasa sakit. "Apa yang kau lakukan? uhhh tanganku sakit sekali.."
Ternyata anak itu seorang perempuan. Matanya yang bulat melotot tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Kazuto. Kazuto akui bahwa mata anak itu terlihat.. ehmm mempesona.
"Kenapa kau dari tadi bersembunyi di balik pohon dan menguntitku, huh?"
Anak itu memutar bola matanya tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan, "Menguntitmu? untuk apa aku menguntitmu, huh? kenal saja tidak.."
"Lalu untuk apa kau bersembunyi di balik pohon seperti seorang penguntit, huh?"
Anak itu terlihat gugup saat menyadari permasalahannya yang menyebabkannya sedari tadi harus bersembunyi di balik pohon. "Ehh, itu.. aku.." ia menggigiti kukunya gelisah, "Oh Tuhan, haruskah aku memberitahunya? aku pasti sudah gila, mau ditaruh di mana mukaku ini, Tuhan - "
"Yak!! cepat katakan, jangan berbicara sendiri seperti orang gila saja."
Anak itu mengatur nafasnya sejenak, "Kau tahu aku bocor, dan aku tidak tahu harus bagaimana. aku malu.."
Sangat pelan bahkan seperti berbisik anak itu memberitahu kazuto, namun Kazuto langsung menangkap apa yang sedang dibicarakan anak itu terlihat dari tingkahnya yang mulai kikuk. Tanpa berpikir panjang, ia melepas jas seragamnya dan memakaikannya pada anak itu untuk menutupi noda di roknya.
Anak itu terlihat bingung dengan perlakuan Kazuto barusan.
"Pakai saja, unit kesehatan ada di sebelah sana." Ia menunjuk sebuah lorong, "kau tinggal lurus dan belok ke kanan."
Tanpa berbicara panjang lebar lagi, Kazuto langsung berbalik arah menuju kelasnya.
"Terimakasih banyak ya, aku janji setelah aku mencucinya aku akan mengembalikannya!!" Seru anak itu.
Setelah kejadian itu, seperti janjinya, anak itu mengembalikan jas seragam Kazuto. ternyata anak itu bernama Himawari Ishida, dia baru pindah ke Jepang seminggu yang lalu. Entah suatu kebetulan atau bukan, dia tinggal di sebelah rumah Kazuto. sejak saat itu Kazuto dan Hima menjadi sahabat yang tidak pernah terpisahkan. Banyak yang mengira kalau persahabatan mereka pasti tidak akan bertahan lama karena kedua sifat mereka sangat berkebalikan. Kazuto yang tidak banyak bicara dan terkesan dingin, sedangkan Hima sangat senang berbicara ia juga terkenal ramah sehingga tidak heran jika ia mempunyai banyak teman. Tetapi semua itu tidak terbukti karena sampai saat ini mereka masih bersahabat dengan baik. Melalui pribadi Hima yang periang, kini es yang beku itu mulai mencair karena sesuatu yang disebut cinta..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love
Romancecinta yang datang di saat yang tidak tepat hanya akan membawa duka dan penyesalan..